Semua Bab Suamiku Karakter Game : Bab 31 - Bab 40

72 Bab

Bab 31

Aezar berdiri di bawah terik matahari, dengan tekun membongkar satu per satu komponen PJUTS di hadapannya. Ia memisahkan bagian-bagian tiang, alas, lampu, panel surya, dan box controller, memperlakukan setiap bagian dengan hati-hati. Tangan kokohnya terlihat begitu terampil, seolah pekerjaan ini sudah menjadi bagian dari hidupnya.Di sisi lain, Ara berlari kecil menuju pagar kawat yang sebelumnya diperbaiki oleh Aezar. Ia mengamati hasil pekerjaan pria itu dengan saksama. Pagar kawat yang sebelumnya berlubang kini sudah tertutup sempurna, tanpa celah sedikit pun. Setiap potongan kawat baru terpasang rapi, seolah-olah pagar itu baru saja dipasang.Mata Ara berbinar saat melihat seekor belalang melompat di dekatnya. "Kebetulan sekali," gumamnya dengan nada penuh antusias. Ia segera menangkap belalang itu dengan cekatan, lalu melemparkannya ke arah pagar kawat. Namun, alih-alih tersetrum, belalang itu hanya menabrak kawat dan melompat menjauh, seolah yang disentuhnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

Bab 32

Aezar bergerak cepat, mencengkeram pergelangan tangan Ara dengan kuat sebelum jari-jari kecil gadis itu sempat menyentuh pagar kawat listrik. Wajahnya menegang, sorot matanya tajam. "Kau mau apa, Ara? Bunuh diri?" tanyanya dengan nada rendah, namun menggema seperti petir di udara.Ara terpaku, matanya membesar. Ia mencoba menarik tangannya, tapi cengkeraman Aezar terlalu kuat. Dengan canggung, Ara menggaruk pipinya, mencoba meredakan ketegangan. "Ti- tidak... Aku hanya ingin memastikan kalau pagar ini—"Sebelum Ara sempat menyelesaikan kalimatnya, Aezar menggerakkan kepalanya, menunjuk sesuatu di kejauhan. "Lihat ke sana."Ara mengarahkan pandangannya, mengikuti isyarat Aezar. Di ujung halaman, sebuah bangkai zombie tergeletak tak bernyawa. Tubuhnya hancur tak berbentuk, sebagian dagingnya menghitam dan mengeras, seolah telah terbakar. Bau busuk yang menyengat mulai tercium, membuat Ara bergidik ngeri.Wajah Ara memucat. "Z-zombie... itu..."
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Bab 33

Ara menatap tajam ke arah Aezar, matanya mencerminkan campuran rasa penasaran dan kebingungan. Gerak-gerik Aezar yang anggun saat memotong makanan dengan table manner yang sempurna seolah menegaskan bahwa ia bukan pria biasa. Bahkan dalam kesederhanaan, caranya membawa diri memancarkan sesuatu yang berkelas, sesuatu yang Ara tidak bisa abaikan."Ada apa, Ara?" tanya Aezar, menyadari tatapan intens itu. Ia tersenyum lembut, mencoba mencairkan suasana. "Kenapa menatapku seperti itu? Ada sesuatu yang ingin kau tanyakan?"Ara tersentak, sedikit salah tingkah. Ia menggigit bibir bawahnya, ragu untuk berbicara. "I—itu... Maaf sebelumnya, tapi..." katanya dengan gugup. "Aku... aku cuma—"Melihat Ara yang kesulitan menemukan kata-kata, Aezar berdiri dari kursinya dan berjalan ke lemari kecil di sudut ruangan. Ia mengambil selembar kertas kosong dan sebuah pulpen, lalu kembali ke meja. Dengan lembut, ia menyerahkannya pada Ara. "Kalau kau gugup bicara, tuliskan saj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Bab 34

Ara memiringkan kepala, tatapannya penuh rasa ingin tahu. "Jadi, di mana adik Daddy sekarang? Dia baik-baik saja, kan?" tanyanya dengan suara lembut, tanpa sadar memicu sesuatu dalam diri Aezar.Senyum Aezar yang biasanya hangat perlahan menghilang. Matanya menyipit tajam, pupil merahnya memancarkan cahaya samar seperti bara api yang membara. "Kenapa kau menanyakan tentang Aether?" suaranya terdengar dingin, dengan nada yang nyaris menuduh. "Ada apa? Kenapa kau begitu peduli padanya?"Ara tersentak, tubuhnya kaku saat merasakan aura tajam yang keluar dari Aezar. Pupil merah yang menyala itu seperti menusuk ke dalam dirinya, membuatnya merasa kecil dan lemah. "T-ti-tidak... Itu hanya... Aku cuma penasaran..." Ara tergagap, kepalanya menunduk dalam, tangannya bergetar halus.Mendengar ketakutan dalam suara Ara, Aezar tersadar dari amarah yang tiba-tiba meluap. Ia memejamkan mata erat-erat, menarik napas panjang. Tangannya yang besar menutupi wajahnya, seolah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

Bab 35

Setelah menyelesaikan cucian piring, Aezar dengan tenang menaruh piring-piring bersih yang masih basah ke atas rak. Gerakannya lembut, namun ada kesan penuh perhitungan di setiap tindakannya. Setelah mematikan keran, ia mencipratkan air dari tangannya yang masih basah ke bawah wastafel. Dengan gerakan elegan, ia mengambil selembar tisu, mengeringkan tangannya secara perlahan, sebelum membuang tisu tersebut ke tempat sampah di samping wastafel. Tak lama kemudian, ia menyeret kursi dan duduk di samping Ara.Ara yang sejak tadi hanya memperhatikannya dengan penuh rasa ingin tahu, langsung duduk tegak. Wajahnya menunjukkan antusiasme, bibirnya sedikit terbuka, seperti hendak menanyakan sesuatu. Namun, seketika ia membatalkan niatnya. Pikirannya mulai dihantui bayangan kemungkinan respon dingin atau aneh dari Aezar, membuatnya memilih bungkam."Kenapa, Ara?" suara Aezar terdengar lembut, hampir seperti bisikan yang mengalir di antara mereka. Tangannya, besar dan hangat,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

Bab 36

Aezar menatap layar ponsel di tangannya dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan, campuran antara jijik, kesal, dan rasa malu yang membakar. Jari-jari lentiknya terus menggeser layar, membuka satu demi satu foto dan video yang menghuni galeri ponsel Ara. Setiap kali gambarnya muncul, rahangnya semakin mengeras, napasnya semakin berat. "Apa-apaan ini..." gumamnya lirih, tapi nada suaranya mengandung ancaman. "Wajah polos, tingkah laku seperti anak baik-baik," bisiknya pelan, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. "Tapi isi galerinya... seperti gadis nakal yang hyper." Di depannya, Ara hanya bisa menunduk dalam-dalam. Kedua tangannya saling meremas, jemarinya gemetar saat rasa malu menyerang seluruh tubuhnya. Ia merasa seperti seorang kriminal yang baru saja tertangkap basah oleh hakim yang tidak akan memberi keringanan hukuman. "Ara!" Suara Aezar memecah keheningan, tajam dan penuh tuntutan. Ia mengangkat ponsel Ara tinggi-tinggi, mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 37

Ara terjatuh berlutut di atap. Kakinya terasa sangat lemas, seolah tak sanggup menopang tubuh mungilnya lagi. Udara di sekeliling terasa semakin berat saat pikirannya berputar-putar, didera bayangan tentang keluarganya yang telah menjadi zombie. Air matanya mulai jatuh perlahan, membasahi pipi chubby-nya. Dengan suara yang nyaris tidak terdengar, ia bergumam di sela-sela isakannya. "Keluargaku... Keluargaku yang sudah menjadi zombie... Artinya mereka juga..."Aezar tidak tinggal diam. Pria itu segera berjongkok di hadapan Ara, menyamakan tingginya dengan gadis yang terlihat rapuh di depannya. Tanpa ragu, Aezar melingkarkan lengannya ke tubuh Ara, menariknya ke dalam pelukan yang hangat dan kokoh. Ia menepuk punggung Ara dengan lembut, mencoba menyalurkan ketenangan di tengah gejolak emosi yang melingkupi mereka."Ara, dengarkan aku." Suara Aezar terdengar berat, tapi ada ketegasan dan ketenangan di dalamnya. "Tenanglah. Kita akan turun ke bawah dan memastikan apa y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 38

Aezar dengan cekatan mengangkat tubuh kecil Ara, menggendongnya seperti mengangkat sesuatu yang sangat berharga. Tubuh Ara terasa ringan di lengannya, tetapi situasinya membuat segalanya terasa berat. Langkah kaki Aezar lebar dan cepat, setiap pijakannya menggema di jalan aspal yang retak, berpacu melawan waktu dan ancaman yang mengejar di belakang mereka. Zombie-zombie berbondong-bondong keluar dari bus yang hancur, merangkak dan berlari dengan gerakan menyeramkan, mata mereka yang kosong menatap tanpa emosi."Ara, kau bisa menggunakan senjatamu dari posisi seperti ini?" tanya Aezar, suaranya dalam tetapi tetap tenang. Matanya yang merah menyala menatap ke depan, tak pernah membiarkan fokusnya goyah.Ara yang berada di dalam dekapan Aezar menelan ludah. Tangannya gemetar, tetapi ia mengangkat pistol kecil yang ada di genggamannya. "A-akan aku coba, Daddy!" jawabnya dengan suara yang sedikit serak karena tegang."Hanya tembak zombie yang sudah sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Bab 39

Ara duduk di kursi di lantai dua restoran yang sunyi. Kakinya yang kecil diluruskan di atas kursi lainnya, sementara Aezar berlutut di hadapannya. Tangannya yang kokoh membersihkan luka lecet di kaki Ara dengan tisu yang telah dibasahi air dari wastafel rusak di lantai bawah. Suasana di sekitar mereka hening, hanya suara nafas mereka yang terdengar, sesekali diiringi bunyi angin malam yang merayap melalui jendela pecah. "Daddy ..." suara Ara memecah keheningan, lembut tetapi penuh perhatian. "Lukaku ini tidak parah. Tapi daddy ... bagaimana dengan daddy? Daddy juga ikut terseret tadi saat jatuh dari motor. Pasti daddy terluka juga." Aezar tidak menghentikan tangannya yang sedang membersihkan luka Ara. Matanya tetap fokus pada tugasnya, meskipun kata-kata Ara membuat sesuatu di dalam dirinya sedikit bergolak. "Ara, aku sudah bilang berkali-kali, aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku. Fokus saja pada lukamu." Namun Ara tidak menyerah.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

Bab 40

Ara menatap Aezar dengan mulut sedikit terbuka, matanya membulat, terlalu bingung untuk berkata-kata. Ucapannya terhenti di tenggorokan, mencoba mencerna kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Aezar. “Daddy ... Maksud daddy ... Daddy pikir aku ...” Belum sempat kalimat itu selesai, Aezar meledak dalam tawa yang menggema di seluruh ruangan. "Selamat! Kamu kena prank!" serunya sambil memegangi perut, ekspresi wajahnya penuh kegembiraan. Wajah Ara memerah, bukan karena malu, melainkan karena rasa kesal yang mulai mendidih di dalam dirinya. Napasnya memburu, tangannya mengepal di sisi tubuhnya, mencoba menahan diri untuk tidak melompat dan menyerang pria itu. “Hmph! Tidak lucu!” serunya dengan nada keras sambil memalingkan muka, ekspresi kesalnya begitu kentara hingga membuatnya tampak seperti anak kecil yang sedang merajuk. Aezar, masih terguncang tawa, menyeka sudut matanya yang basah akibat terlalu banyak tertawa. De
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status