Share

Bab 31

Penulis: Sylus wife
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 18:47:08

Aezar berdiri di bawah terik matahari, dengan tekun membongkar satu per satu komponen PJUTS di hadapannya. Ia memisahkan bagian-bagian tiang, alas, lampu, panel surya, dan box controller, memperlakukan setiap bagian dengan hati-hati. Tangan kokohnya terlihat begitu terampil, seolah pekerjaan ini sudah menjadi bagian dari hidupnya.

Di sisi lain, Ara berlari kecil menuju pagar kawat yang sebelumnya diperbaiki oleh Aezar. Ia mengamati hasil pekerjaan pria itu dengan saksama. Pagar kawat yang sebelumnya berlubang kini sudah tertutup sempurna, tanpa celah sedikit pun. Setiap potongan kawat baru terpasang rapi, seolah-olah pagar itu baru saja dipasang.

Mata Ara berbinar saat melihat seekor belalang melompat di dekatnya. "Kebetulan sekali," gumamnya dengan nada penuh antusias. Ia segera menangkap belalang itu dengan cekatan, lalu melemparkannya ke arah pagar kawat. Namun, alih-alih tersetrum, belalang itu hanya menabrak kawat dan melompat menjauh, seolah yang disentuhnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Karakter Game    Bab 32

    Aezar bergerak cepat, mencengkeram pergelangan tangan Ara dengan kuat sebelum jari-jari kecil gadis itu sempat menyentuh pagar kawat listrik. Wajahnya menegang, sorot matanya tajam. "Kau mau apa, Ara? Bunuh diri?" tanyanya dengan nada rendah, namun menggema seperti petir di udara.Ara terpaku, matanya membesar. Ia mencoba menarik tangannya, tapi cengkeraman Aezar terlalu kuat. Dengan canggung, Ara menggaruk pipinya, mencoba meredakan ketegangan. "Ti- tidak... Aku hanya ingin memastikan kalau pagar ini—"Sebelum Ara sempat menyelesaikan kalimatnya, Aezar menggerakkan kepalanya, menunjuk sesuatu di kejauhan. "Lihat ke sana."Ara mengarahkan pandangannya, mengikuti isyarat Aezar. Di ujung halaman, sebuah bangkai zombie tergeletak tak bernyawa. Tubuhnya hancur tak berbentuk, sebagian dagingnya menghitam dan mengeras, seolah telah terbakar. Bau busuk yang menyengat mulai tercium, membuat Ara bergidik ngeri.Wajah Ara memucat. "Z-zombie... itu..."

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Suamiku Karakter Game    Bab 33

    Ara menatap tajam ke arah Aezar, matanya mencerminkan campuran rasa penasaran dan kebingungan. Gerak-gerik Aezar yang anggun saat memotong makanan dengan table manner yang sempurna seolah menegaskan bahwa ia bukan pria biasa. Bahkan dalam kesederhanaan, caranya membawa diri memancarkan sesuatu yang berkelas, sesuatu yang Ara tidak bisa abaikan."Ada apa, Ara?" tanya Aezar, menyadari tatapan intens itu. Ia tersenyum lembut, mencoba mencairkan suasana. "Kenapa menatapku seperti itu? Ada sesuatu yang ingin kau tanyakan?"Ara tersentak, sedikit salah tingkah. Ia menggigit bibir bawahnya, ragu untuk berbicara. "I—itu... Maaf sebelumnya, tapi..." katanya dengan gugup. "Aku... aku cuma—"Melihat Ara yang kesulitan menemukan kata-kata, Aezar berdiri dari kursinya dan berjalan ke lemari kecil di sudut ruangan. Ia mengambil selembar kertas kosong dan sebuah pulpen, lalu kembali ke meja. Dengan lembut, ia menyerahkannya pada Ara. "Kalau kau gugup bicara, tuliskan saj

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Suamiku Karakter Game    Bab 34

    Ara memiringkan kepala, tatapannya penuh rasa ingin tahu. "Jadi, di mana adik Daddy sekarang? Dia baik-baik saja, kan?" tanyanya dengan suara lembut, tanpa sadar memicu sesuatu dalam diri Aezar.Senyum Aezar yang biasanya hangat perlahan menghilang. Matanya menyipit tajam, pupil merahnya memancarkan cahaya samar seperti bara api yang membara. "Kenapa kau menanyakan tentang Aether?" suaranya terdengar dingin, dengan nada yang nyaris menuduh. "Ada apa? Kenapa kau begitu peduli padanya?"Ara tersentak, tubuhnya kaku saat merasakan aura tajam yang keluar dari Aezar. Pupil merah yang menyala itu seperti menusuk ke dalam dirinya, membuatnya merasa kecil dan lemah. "T-ti-tidak... Itu hanya... Aku cuma penasaran..." Ara tergagap, kepalanya menunduk dalam, tangannya bergetar halus.Mendengar ketakutan dalam suara Ara, Aezar tersadar dari amarah yang tiba-tiba meluap. Ia memejamkan mata erat-erat, menarik napas panjang. Tangannya yang besar menutupi wajahnya, seolah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Suamiku Karakter Game    Bab 35

    Setelah menyelesaikan cucian piring, Aezar dengan tenang menaruh piring-piring bersih yang masih basah ke atas rak. Gerakannya lembut, namun ada kesan penuh perhitungan di setiap tindakannya. Setelah mematikan keran, ia mencipratkan air dari tangannya yang masih basah ke bawah wastafel. Dengan gerakan elegan, ia mengambil selembar tisu, mengeringkan tangannya secara perlahan, sebelum membuang tisu tersebut ke tempat sampah di samping wastafel. Tak lama kemudian, ia menyeret kursi dan duduk di samping Ara.Ara yang sejak tadi hanya memperhatikannya dengan penuh rasa ingin tahu, langsung duduk tegak. Wajahnya menunjukkan antusiasme, bibirnya sedikit terbuka, seperti hendak menanyakan sesuatu. Namun, seketika ia membatalkan niatnya. Pikirannya mulai dihantui bayangan kemungkinan respon dingin atau aneh dari Aezar, membuatnya memilih bungkam."Kenapa, Ara?" suara Aezar terdengar lembut, hampir seperti bisikan yang mengalir di antara mereka. Tangannya, besar dan hangat,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Suamiku Karakter Game    Bab 36

    Aezar menatap layar ponsel di tangannya dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan, campuran antara jijik, kesal, dan rasa malu yang membakar. Jari-jari lentiknya terus menggeser layar, membuka satu demi satu foto dan video yang menghuni galeri ponsel Ara. Setiap kali gambarnya muncul, rahangnya semakin mengeras, napasnya semakin berat. "Apa-apaan ini..." gumamnya lirih, tapi nada suaranya mengandung ancaman. "Wajah polos, tingkah laku seperti anak baik-baik," bisiknya pelan, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. "Tapi isi galerinya... seperti gadis nakal yang hyper." Di depannya, Ara hanya bisa menunduk dalam-dalam. Kedua tangannya saling meremas, jemarinya gemetar saat rasa malu menyerang seluruh tubuhnya. Ia merasa seperti seorang kriminal yang baru saja tertangkap basah oleh hakim yang tidak akan memberi keringanan hukuman. "Ara!" Suara Aezar memecah keheningan, tajam dan penuh tuntutan. Ia mengangkat ponsel Ara tinggi-tinggi, mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Suamiku Karakter Game    Bab 37

    Ara terjatuh berlutut di atap. Kakinya terasa sangat lemas, seolah tak sanggup menopang tubuh mungilnya lagi. Udara di sekeliling terasa semakin berat saat pikirannya berputar-putar, didera bayangan tentang keluarganya yang telah menjadi zombie. Air matanya mulai jatuh perlahan, membasahi pipi chubby-nya. Dengan suara yang nyaris tidak terdengar, ia bergumam di sela-sela isakannya. "Keluargaku... Keluargaku yang sudah menjadi zombie... Artinya mereka juga..."Aezar tidak tinggal diam. Pria itu segera berjongkok di hadapan Ara, menyamakan tingginya dengan gadis yang terlihat rapuh di depannya. Tanpa ragu, Aezar melingkarkan lengannya ke tubuh Ara, menariknya ke dalam pelukan yang hangat dan kokoh. Ia menepuk punggung Ara dengan lembut, mencoba menyalurkan ketenangan di tengah gejolak emosi yang melingkupi mereka."Ara, dengarkan aku." Suara Aezar terdengar berat, tapi ada ketegasan dan ketenangan di dalamnya. "Tenanglah. Kita akan turun ke bawah dan memastikan apa y

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Suamiku Karakter Game    Bab 38

    Aezar dengan cekatan mengangkat tubuh kecil Ara, menggendongnya seperti mengangkat sesuatu yang sangat berharga. Tubuh Ara terasa ringan di lengannya, tetapi situasinya membuat segalanya terasa berat. Langkah kaki Aezar lebar dan cepat, setiap pijakannya menggema di jalan aspal yang retak, berpacu melawan waktu dan ancaman yang mengejar di belakang mereka. Zombie-zombie berbondong-bondong keluar dari bus yang hancur, merangkak dan berlari dengan gerakan menyeramkan, mata mereka yang kosong menatap tanpa emosi."Ara, kau bisa menggunakan senjatamu dari posisi seperti ini?" tanya Aezar, suaranya dalam tetapi tetap tenang. Matanya yang merah menyala menatap ke depan, tak pernah membiarkan fokusnya goyah.Ara yang berada di dalam dekapan Aezar menelan ludah. Tangannya gemetar, tetapi ia mengangkat pistol kecil yang ada di genggamannya. "A-akan aku coba, Daddy!" jawabnya dengan suara yang sedikit serak karena tegang."Hanya tembak zombie yang sudah sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Suamiku Karakter Game    Bab 39

    Ara duduk di kursi di lantai dua restoran yang sunyi. Kakinya yang kecil diluruskan di atas kursi lainnya, sementara Aezar berlutut di hadapannya. Tangannya yang kokoh membersihkan luka lecet di kaki Ara dengan tisu yang telah dibasahi air dari wastafel rusak di lantai bawah. Suasana di sekitar mereka hening, hanya suara nafas mereka yang terdengar, sesekali diiringi bunyi angin malam yang merayap melalui jendela pecah. "Daddy ..." suara Ara memecah keheningan, lembut tetapi penuh perhatian. "Lukaku ini tidak parah. Tapi daddy ... bagaimana dengan daddy? Daddy juga ikut terseret tadi saat jatuh dari motor. Pasti daddy terluka juga." Aezar tidak menghentikan tangannya yang sedang membersihkan luka Ara. Matanya tetap fokus pada tugasnya, meskipun kata-kata Ara membuat sesuatu di dalam dirinya sedikit bergolak. "Ara, aku sudah bilang berkali-kali, aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku. Fokus saja pada lukamu." Namun Ara tidak menyerah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29

Bab terbaru

  • Suamiku Karakter Game    Bab 59

    Dharma menarik napas panjang, mencoba menenangkan gelombang emosi yang bergejolak di dalam dirinya. Matanya memandang lembut ke arah Ara yang duduk di hadapannya, bahunya yang mungil terlihat bergetar halus karena tangis yang tertahan. Ia mendekatkan diri, menunduk sedikit hingga wajah mereka hampir sejajar. Dengan nada yang pelan tapi penuh ketegasan, ia berkata, "Ara, kau tidak perlu membohongi Papa. Papa tahu, kau tidak mungkin mempertaruhkan nyawamu untuk seseorang yang hanya kau anggap sebagai sekadar tumpuan. Jika kau sampai sejauh itu, berarti kau benar-benar peduli. Papa bisa melihatnya."Ara terdiam, seolah kata-kata ayahnya itu menghantam benteng yang selama ini ia bangun. Pandangannya jatuh ke lantai, matanya berusaha menghindari tatapan Dharma. Namun, tak mampu lagi menahan semua yang mengganjal, air matanya mulai mengalir deras. Butiran-butiran hangat itu jatuh tanpa henti, seperti banjir yang tak terbendung. Dengan suara yang bergetar, ia b

  • Suamiku Karakter Game    Bab 58

    Malam semakin larut, hanya suara angin yang berdesir lembut di luar jendela. Ara tertidur di pelukan Dharma, wajahnya basah oleh air mata yang mengering, tampak begitu rapuh seperti seorang anak kecil yang kembali ke pelukan ayahnya untuk berlindung dari dunia yang keras. Dharma memandangi wajah putrinya dengan perasaan yang bercampur aduk—kasih sayang, penyesalan, dan tekad yang semakin menguat.Dengan hati-hati, Dharma meletakkan Ara di sofa. Ia merapikan posisi tidur putrinya agar lebih nyaman, lalu menyelimuti tubuhnya yang mungil. Tangannya terulur, mengusap lembut rambut Ara, merasakan kehalusan setiap helaian rambutnya. Sebuah senyum tipis yang penuh kepedihan muncul di wajahnya. "Ara... Papa tahu kau kuat. Tapi di balik kekuatan itu, kau tetap putri kecil Papa yang butuh perlindungan. Papa hanya ingin yang terbaik untukmu."Dharma menghela napas panjang, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Suaranya keluar seperti bisikan yang ditujukan untuk dirinya sendiri. "Sebenarn

  • Suamiku Karakter Game    Bab 57

    Malam semakin larut, dan kesunyian di ruang tamu terasa begitu mencekam. Ara duduk di sofa, tubuhnya sedikit membungkuk, tangan meremas ujung bajunya. Matanya yang sembab dan memerah akibat terlalu banyak menangis kini hanya menatap kosong ke lantai. Di kepalanya, kata-kata Dharma terus terulang, seperti gema yang menghantam dinding pikirannya tanpa henti."Papa benar... Apa yang papa katakan adalah benar..." gumamnya pelan, hampir seperti bisikan kepada dirinya sendiri. Bibirnya bergetar, mencoba menyangkal perasaan yang terus mencabik hatinya. "Sangat mencurigakan pria sesempurna dirinya memberikan semua perhatian itu padaku. Mana mungkin ada pria seperti itu? Tidak ada pria yang lebih tulus dari Papa! Bahkan di luar sana, banyak ayah yang meninggalkan istri dan anak-anaknya demi wanita lain. Apa yang aku harapkan dari pria seperti Aezar?"Ara menunduk semakin dalam, mencengkeram kepalanya dengan kedua tangan. Logika dan emosinya terus bertarung, saling beradu tanpa ada yang mau men

  • Suamiku Karakter Game    Bab 56

    Ruangan terasa dingin dan sunyi setelah kepergian Aezar, tetapi ketegangan yang tersisa membakar seperti api yang tak terlihat. Ara berdiri mematung, wajahnya dipenuhi air mata yang tak berhenti mengalir. Namun, bukan hanya kesedihan yang terpancar dari matanya—melainkan amarah yang mendidih. Ia menatap ayahnya dengan tajam, suaranya penuh getaran emosi. "Papa... Papa jahat! Papa sudah mengusir Daddy!"Dharma menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Ara," katanya, suaranya berat dan penuh penekanan. "Papa melakukan ini demi kebaikanmu, demi keamananmu. Kau harus memahami itu. Lihat luka di lenganmu—""Itu bukan Daddy yang salah!" Ara memotong dengan suara yang bergetar, tetapi tegas. "Aku sendiri yang memaksanya meminum darahku! Daddy tidak mau, tapi aku memaksa karena dia tidak bisa meminum darah zombie. Apa salahnya, Pa? Mendonorkan darah kepada yang membutuhkan, apa itu salah?!"Tatapan Dharma mengeras, namun ada rasa frustrasi yang mendalam di matanya. Ia menatap putr

  • Suamiku Karakter Game    Bab 55

    Ruangan lobi yang sebelumnya hening kini dipenuhi ketegangan yang pekat. Suara Dharma yang menggelegar menggema di dinding, memecah keheningan seperti petir di malam gelap. "Pergi dari sini!" titahnya dengan tegas, matanya menatap tajam ke arah Aezar, penuh amarah dan ketidakpercayaan.Aezar tetap berdiri tegak, wajahnya dingin tetapi ada sedikit rasa bersalah yang tersirat. "Maaf, Paman," ucapnya pelan namun tegas, "Saya tidak bisa melakukannya. Saya sudah berjanji pada Ara untuk melindunginya.""Pergi!" Dharma memukul meja dengan keras. Dentuman suara meja kayu yang terhantam menggema, membuat tubuh Aezar tetap tak bergeming, tetapi Ara yang tertidur di sofa tersentak. Ia membuka mata dengan bingung, wajahnya yang lelah tampak kebingungan menatap ayahnya."Papa? Ada apa ini?" tanyanya dengan suara serak, matanya berkedip menyesuaikan diri dengan cahaya di ruangan.Dharma segera berbalik, suaranya berubah menjadi lebih lembut tetapi masih penuh rasa khawatir. "Ara, kau baik-baik saja

  • Suamiku Karakter Game    Bab 54

    Dharma berdiri di depan wastafel, air mengalir deras dari keran, membasahi tangannya yang sibuk mencuci piring. Tapi pikirannya melayang jauh, meninggalkan kesibukan fisiknya. Tatapannya kosong menatap piring yang dipegangnya, sementara pikirannya penuh dengan satu sosok—Aezar."Anak muda itu..." gumamnya pelan, nyaris tidak terdengar di tengah suara gemericik air. Matanya menyipit seolah sedang menilai sesuatu yang tidak kasat mata. "Dia sangat tampan, mandiri, tegas, baik, dan ramah. Dia terlihat terlalu sempurna... tanpa celah."Ia berhenti sejenak, menaruh piring yang telah selesai dicuci ke rak. Namun, pikirannya semakin gelisah. "Sempurna... Justru itulah masalahnya."Dharma menghela napas panjang, mengambil piring lain dari tumpukan, lalu kembali mencuci. Air yang dingin mengalir di tangannya, tapi dadanya terasa panas, penuh oleh kecurigaan yang terus tumbuh. "Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua orang punya kekurangan, sisi gelap, sesuatu yang disembunyikan...," ucapny

  • Suamiku Karakter Game    Bab 53

    Dharma memandang Aezar dan Ara dengan tatapan penuh sindiran, sudut bibirnya terangkat seolah mengejek. "Dasar budak cinta!" ujarnya dengan nada tajam, menyelipkan sedikit cibiran. "Kalau kau memang kuat, buktikan. Angkat Ara kalau kau bisa!" tantangnya, nada suara penuh keraguan, jelas menunjukkan bahwa ia tidak menganggap Aezar mampu melakukannya.Aezar menatap Dharma dengan tenang, senyum tipis terlukis di wajahnya. Tanpa sepatah kata, ia mengambil nampan dari meja yang di atasnya terdapat tumpukan piring, gelas, dan mangkuk kosong. Dengan satu tangan, ia mengangkat nampan itu dengan mudah. Lalu, tanpa kehilangan keseimbangan, Aezar berjongkok di depan Ara, mengangkat tubuh gadis itu dengan lembut. Satu tangan menopang di bawah lutut Ara, sementara yang lainnya tetap memegang nampan. Ara memeluk lehernya erat, tersenyum lebar seperti anak kecil yang merasa dimanjakan.Dharma melongo, mulutnya sedikit terbuka, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. "Ap

  • Suamiku Karakter Game    Bab 52

    Ara menatap Aezar dengan tatapan haru, matanya mulai berkaca-kaca. "Daddy...," ucapnya pelan, penuh emosi.Anjani, yang meski lemah masih bisa mengikuti percakapan mereka, terkekeh pelan. "Ara sudah punya panggilan kesayangan saja," katanya lembut, senyumnya samar namun tulus."Tentu saja!" jawab Ara dengan bangga, nadanya penuh kebahagiaan yang terasa menular. "Mama saja memangil suaminya dengan sebutan papa. Aku juga mau memanggil calon suami ku dengan sebutan daddy!"Namun, Dharma mendengus, mencoba memecah suasana. "Yah ... Saat ini kau bisa mengatakan hal itu sekarang. Tapi tunggulah sampai kalian menikah. Nanti ucapanmu pasti akan berbeda. Awas saja kau selingkuh dengan wanita lain yang lebih pandai memasak atau yang lebih bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anakmu!" ucapnya dengan nada setengah menyindir, matanya menatap tajam Aezar.Aezar menunduk, pandangannya tertuju pada Anjani dan kedua anaknya yang masih terbaring lemah di matras. M

  • Suamiku Karakter Game    Bab 51

    Dharma kembali menghampiri Ara dan Aezar setelah menyelesaikan tugasnya memberi makan istri dan kedua anaknya yang lain. Wajahnya terlihat letih, tapi masih menyimpan kelembutan seorang ayah. Ara menoleh dengan penuh harap, tersenyum kecil ketika melihat sosok ayahnya mendekat."Ara, sudah selesai makan?" Dharma bertanya lembut, menatap putri sulungnya dengan tatapan penuh perhatian."Sudah, Papa," jawab Ara ringan, senyumnya seolah mencoba menyembunyikan rasa lelah yang sebenarnya masih membekas.Dharma tersenyum kecil, lalu mendekat untuk membopongnya. Tubuh Ara yang masih belum sepenuhnya pulih terasa ringan di pelukannya. "Bisa berjalan, kan? Kalau tidak, Papa bantu."Ara hanya mengangguk pelan, membiarkan dirinya dibopong menaiki tangga menuju lantai dua. Sesaat kemudian, suara kecilnya memecah keheningan, "Papa, apa kita benar-benar akan bertemu Mama, Ariana, dan Aurora? Mereka sudah sembuh?"Dharma menarik napas panjang, menjeda la

DMCA.com Protection Status