Home / Fantasi / Suamiku Karakter Game / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Suamiku Karakter Game : Chapter 11 - Chapter 20

72 Chapters

Bab 11

Ara menatap punggung tangannya, yang masih dibalut rapi dengan perban putih. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya—sesuatu yang tidak bisa dia abaikan begitu saja. Tapi lamunannya terhenti ketika suara langkah kaki mendekat. Aezar muncul dari dapur, membawa semangkuk makanan dan secangkir kopi hangat. Dia meletakkan semuanya di atas meja dengan hati-hati, kemudian menatap Ara yang masih tenggelam dalam pikirannya. "Apa yang kau pikirkan?" tanyanya dengan nada lembut, meski sorot matanya penuh rasa ingin tahu. Ara tersentak ringan, lalu dengan cepat menarik punggung tangannya ke pangkuan, menyembunyikannya di antara kedua pahanya. Dia tersenyum kecil, berusaha terlihat tenang. "Tidak apa-apa," jawabnya singkat. Namun, di balik senyuman itu, pikirannya tetap tidak tenang. Ketertarikannya pada luka di tangannya semakin besar, seperti teka-teki yang menuntut untuk dipecahkan. Aezar menarik kursi dan duduk di hadapannya. Sesaat, mereka berdua hanya diam. Tapi akhirnya, Ara memutu
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 12

"Heheh..." Aezar terkekeh kecil sambil kembali mengambil sesuap mie dari mangkuk dan menyuapkannya kepada Ara. Tatapan matanya lembut, penuh perhatian. "Maafkan aku karena hanya bisa menyajikan mie instan. Kau pasti kecewa, ya?" Ara menggeleng cepat, masih mengunyah mie di mulutnya. Setelah menelan, dia menjawab, "Tidak sama sekali! Mie instan itu makanan paling enak di dunia! Dan yang paling penting... mudah dibuat." Aezar tersenyum kecil mendengar jawaban Ara. "Heheh... Tapi makan mie instan terlalu sering itu tidak baik, tahu? Pokoknya besok aku akan memasakkan sesuatu yang lebih sehat untukmu. Tapi sekarang, makan dulu. Yang penting perutmu terisi." Ara mengangguk patuh. Dia melanjutkan makan mie instan yang disuapkan Aezar dengan lahap, tampak menikmati setiap gigitan. Setelah selesai makan, Aezar dengan tegas mengambil semua alat makan dan membawanya ke dapur. Dia melarang Ara untuk membantu dengan alasan luka di tang
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 13

Hari mulai beranjak sore. Di dalam kamar yang diterangi oleh sinar matahari yang lembut, Aezar membuka bajunya, memperlihatkan tubuhnya yang penuh luka tetapi tetap memukau. Otot-otot dadanya yang terpahat sempurna dan pinggang rampingnya menciptakan siluet yang nyaris seperti patung seni. Luka-luka yang menghiasi kulitnya hanya menambah kesan berbahaya sekaligus memikat. Ara duduk di ranjang, kedua tangannya meremas selimut dengan erat. Pandangannya terpaku pada sosok Aezar yang berdiri membelakanginya. Dia bahkan tidak sadar mulutnya sedikit terbuka, menganga takjub oleh apa yang dia lihat. Aezar menyadari tatapan Ara dari pantulan cermin di depannya. Dengan senyum kecil yang nakal, ia berbalik dan berjalan menghampiri Ara, membawa kotak obat di tangannya. "Sudah waktunya mengganti perbanmu," ucapnya lembut, namun nada bicaranya memiliki kekuatan yang tidak bisa dibantah. Dengan hati-hati, Aezar du
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 14

Setelah beberapa menit bermain lempar-lemparan bantal, Ara akhirnya duduk di atas ranjang. Ia menatap pintu kamar mandi di depannya, mendengarkan suara air yang mengalir dari shower. Uap tipis sesekali terlihat keluar dari celah bawah pintu, mengingatkannya bahwa pria tampan itu sedang mandi di dalam. Ara tersenyum nakal, membisikkan sesuatu pada dirinya sendiri. "Ada pria tampan sedang mandi... Bagaimana kalau aku mengintip sedikit saja?" Tiba-tiba, suara berat Aezar terdengar dari balik pintu, membuatnya terlonjak. "Berani mengintip, aku siram matamu dengan air panas!" "Hiy... Seram!" Ara terkekeh pelan, mencoba menyembunyikan rasa malunya. "Bercanda, daddy!" "Kalau serius juga tidak apa-apa," balas Aezar dengan nada menggoda, suaranya terdengar jelas di atas deru air shower. Ara memeluk bantal di pangkuannya, wajahnya mulai merona. "Sudah! Jangan dilanjutkan! Cepat mandi saja sana!" "Baik, s
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 15

Aezar perlahan melepas pelukannya dari Ara, matanya menatap lembut, penuh kasih sayang yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Dengan gerakan yang tampak mudah baginya, ia mengangkat tubuh Ara dalam gendongannya, seperti seseorang yang memegang harta paling berharga dalam hidupnya."Sudah waktunya makan malam, sayang. Kita makan dulu, ya," ucapnya dengan suara hangat, melangkah perlahan namun pasti.Ara memalingkan wajahnya, berusaha menutupi pipinya yang merona menggunakan rambut panjang bergelombangnya. "Kakiku tidak sakit sama sekali. Kenapa harus digendong terus?" tanyanya, suaranya terdengar setengah protes.Aezar hanya tersenyum kecil, namun sorot matanya tetap hangat. "Istriku tersayang, untuk merasakan perhatian dan kasih sayangku, kau tidak perlu menunggu tubuhmu merasa sakit. Menggendongmu seperti ini hanyalah sebagian kecil dari caraku menunjukkan betapa berharganya dirimu."Ara terdiam, pikirannya mulai berkecamuk. Matanya menatap kos
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 16

Aezar menyajikan masakannya dengan penuh ketelatenan, menata makanan di atas meja seperti seorang chef profesional. Aroma ayam goreng tepung yang baru matang bercampur dengan wangi capcay hangat memenuhi ruangan, menggoda siapa pun yang menciumnya. "Ayam goreng!" Ara langsung mengambil potongan ayam goreng dengan mata berbinar, menggigitnya tanpa ragu. Sensasi renyah tepung di luar dan daging yang juicy di dalam membuatnya nyaris lupa bernapas. "Boleh aku makan ini tanpa nasi?" tanyanya sambil terus mengunyah. Aezar terkekeh, senyumnya hangat, menatap istrinya dengan tatapan penuh cinta. "Tentu saja, sayang. Makanlah sepuasnya, aku sudah membuat semangkuk penuh untukmu. Itu semua khusus untukmu, nikmatilah." Ara mengangguk sambil terus menyantap ayam gorengnya. "Terima kasih banyak, daddy," ucapnya dengan suara penuh kebahagiaan. "Apapun untuk istriku tersayang." Aezar mengambil sepiring nasi untuk dirinya sendiri, menambah
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 17

Aezar selesai menata piring-piring yang sudah bersih di rak dengan rapi, lalu mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding. Jarum panjang menunjukkan pukul sembilan malam. Ia melirik Ara yang duduk diam di kursi, tampak melamun. "Apa sudah satu jam sejak kita selesai makan?" tanyanya, suaranya memecah keheningan. Ara terkejut, pikirannya kembali ke dunia nyata. "Mungkin? Aku tidak tahu kita selesai makan jam berapa. Memangnya kenapa?" Aezar tersenyum lembut, lalu berjalan mendekat dan mengusap kepala Ara dengan penuh kasih sayang. "Tidak, maksudku... Kalau sudah satu jam setelah makan, artinya kita sudah boleh tidur." Ara memandangnya dengan tatapan datar, menebak maksud di balik kata-kata itu. "Takut asam lambung naik, ya?" "Pintar!" Aezar mengangguk puas, senyumnya semakin melebar. "Berbaring setelah makan sebelum satu jam memang berbahaya. Itu bisa memicu asam lambung naik dan—" Ara memotong
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 18

Ara menggeleng cepat tanpa sadar, berusaha mengusir pikiran-pikiran nakal di kepalanya. Gerakan itu membuat Aezar memandangnya penuh kebingungan. "Ada apa, Ara? Apa yang kau pikirkan? Apa aku membuatmu tidak nyaman?"Nada suara Aezar lembut, tapi di balik itu ada rasa khawatir yang mengintip. Ia mengernyitkan dahi, mencari jawaban di wajah Ara."Tentu saja!" jawab Ara dengan spontan, suaranya sedikit meninggi. Ia menyesal sesaat setelah kata-kata itu keluar dari mulutnya. "Lihat saja tubuhmu itu! Sangat sempurna, seperti pahatan patung yang dibuat oleh seniman kelas dunia! Wanita mana yang bisa tenang tidur di samping pria seperti dirimu? Bukannya tidur, aku malah memelototi tubuhmu terus sampai pagi!"Aezar mendengarnya dengan tatapan penuh kehangatan, lalu tiba-tiba terkekeh pelan. Suara tawanya dalam dan lembut, seperti angin malam yang menenangkan. "Ara, kau ini benar-benar lucu," katanya sambil berdiri dari ranjang.Ara menatapnya dengan bing
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 19

Di dapur yang hangat, aroma bumbu dan rempah memenuhi udara. Aezar berdiri dengan apron diikat rapi di tubuhnya, tangan sibuk membaluri potongan ayam mentah dengan tepung. Di belakangnya, Ara duduk di kursi dengan ekspresi bosan, memainkan ujung rambutnya sambil mengeluh."Huwaa... Aku bosan! Biarkan aku membantu!" seru Ara, nadanya manja. Meski sebenarnya ia menikmati menjadi tuan putri yang hanya duduk diam, terlalu lama dimanjakan membuatnya merasa tidak enak hati.Aezar menoleh sejenak sambil tersenyum, tangannya tetap sibuk. "Mau bantu? Boleh."Ara menatapnya penuh semangat, tubuhnya sedikit condong ke depan. "Boleh? Aku bantu apa?"Aezar melirik Ara, menahan tawa. "Bantu doa," katanya santai, nada bercandanya sangat jelas.Semangat Ara langsung menguap, wajahnya berubah masam. "Ish! Kalau cuma itu, aku duduk saja lagi!" gerutunya sambil menyilangkan tangan di dada.Aezar tertawa kecil, menikmati ekspresi Ara yang kesal namu
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 20

Aezar baru saja selesai memasak. Seperti biasanya, ia langsung beranjak membereskan piring kotor bekas makan, termasuk milik Ara. Gerakannya cekatan, seolah rutinitas ini sudah menjadi kebiasaan alami baginya."A-"Belum sempat Ara menyelesaikan kalimatnya, Aezar menoleh dan memotongnya dengan suara tegas namun tetap lembut. “Tidak boleh! Kembali ke kamar.”Ara mendengus kesal. “Huh! Kau ini otoriter sekali!” Ia akhirnya menurut, meski dengan langkah berat. Sesampainya di kamar, ia menjatuhkan tubuhnya ke ranjang dengan perasaan bercampur aduk.Aezar menatap punggung Ara yang menjauh dengan ekspresi penuh penyesalan. Tapi ia memilih untuk menyelesaikan tugasnya lebih dulu. Sambil mencuci piring, pikirannya dipenuhi kekhawatiran. "Aku harus lebih hati-hati. Ara sedang menstruasi. Perasaannya pasti jauh lebih sensitif sekarang."Beberapa menit berlalu. Setelah semua beres, Aezar langsung berlari ke kamar. Tanpa mengatakan apa pun, ia memelu
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
PREV
123456
...
8
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status