Home / Fantasi / Sisa Takdir / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Sisa Takdir: Chapter 91 - Chapter 100

135 Chapters

BAB 91

Malam purnama yang dijanjikan akhirnya tiba. Cahaya bulan menyelimuti Kuil Astra dengan sinar keperakan yang menambah aura mistis di sekitar bangunan tua itu. Angin malam berembus pelan, membawa bisikan dedaunan yang bergesekan satu sama lain. Caelum melangkah mantap menuju kuil, mengikuti petunjuk yang diberikan Ronan. Ia tidak tahu pasti apa yang menunggunya di sana, tetapi ia sudah mempersiapkan diri. Di pelataran kuil, Ronan sudah berdiri menunggunya. Namun, bukan hanya Ronan yang ada di sana. Di sampingnya, berdiri seorang pria berjubah yang tampak tidak asing bagi Caelum. Meski wajah pria itu tersembunyi dalam bayangan tudung, ada sesuatu dalam posturnya yang membuat Caelum merasa pernah melihatnya sebelumnya. Ronan meliriknya sekilas sebelum berkata, "Apakah kau sudah siap? Kau masih bisa mundur jika tidak ingin melakukan perjanjian ini." Caelum menatap Ronan dengan mantap. "Aku akan melakukannya. Jadi, apa syarat berikutnya?" tanyanya, sesekali
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

BAB 92

Keesokan harinya, cahaya matahari pagi menyelimuti kota dengan sinar hangatnya. Elian dan Damien menaiki kereta menuju kediaman Pangeran Ketiga. Di sepanjang perjalanan, Damien tidak berhenti berbicara, membuat telinga Elian hampir pecah. "Aku masih tidak setuju dengan ini," kata Damien dengan nada khawatir. "Kau terlalu memaksakan diri, Elian. Kemampuanmu memang luar biasa, tapi menyembuhkan seseorang bukanlah hal yang sepele. Apa kau yakin bisa melakukannya tanpa efek samping?" Elian menghela napas panjang, mencoba menahan kesabarannya. "Aku sudah memikirkannya, Kak. Ini bagian dari perjanjianku dengan Caelum. Aku tidak bisa mengingkari kata-kataku." Damien mengerutkan kening dan melipat tangannya. "Itu bukan masalahnya. Masalahnya adalah kau selalu mengorbankan dirimu tanpa berpikir panjang! Seharusnya kau lebih memikirkan kondisi tubuhmu sendiri!" Elian menoleh ke arah kakaknya dan menatapnya lekat-lekat. "Kak, kau lebih banyak bicara dari
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

BAB 93

Elian memejamkan matanya di dalam kereta, membiarkan tubuhnya bersandar pada sandaran kursi yang empuk. Namun, meskipun ia berusaha untuk beristirahat, tatapan tajam Damien yang duduk di depannya tetap terasa menusuk kulitnya. Ia tahu bahwa kakaknya masih belum bisa menerima keadaan ini sepenuhnya. Elian tersenyum kecil tanpa membuka mata. "Aku baik-baik saja, Kak Damien. Jangan memandangku seperti itu. Aku hanya ingin tidur sebentar." Damien menghela napas panjang sebelum akhirnya melemparkan selimut ke pangkuan Elian. "Kalau kau memang ingin tidur, gunakan ini. Aku tidak ingin kau jatuh sakit karena kecerobohanmu." Elian menerima selimut itu dengan senyum tipis. Tanpa berkata-kata lagi, ia menariknya hingga ke bahunya dan membiarkan dirinya tenggelam dalam kegelapan yang nyaman. *** Di sisi lain, di dalam ruangannya yang luas dan remang-remang, Azrael mondar-mandir dengan wajah penuh kecemasan. Tangannya mengepal erat, pikirannya t
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

BAB 94

Caine berdiri di tengah hutan yang mulai gelap. Tubuh monster yang baru saja ia kalahkan tergeletak di hadapannya, darahnya mulai mengering di tanah yang lembab. Napasnya masih terengah, namun pikirannya sudah memikirkan langkah selanjutnya. Tanpa ragu, ia menghunus pedangnya dan menebas kepala monster itu, memisahkannya dari tubuhnya. Jika makhluk ini bisa dijadikan bukti, maka dia akan membawanya kembali ke Silvercrest. Dengan sedikit kesulitan, ia mengangkat tubuh monster itu dan mulai berjalan menuju kediaman keluarga Silvercrest. Langkahnya mantap, pikirannya berputar tentang desa yang ia lihat sebelumnya sunyi, sepi, tanpa tanda kehidupan. Ia tidak tahu apakah itu karena ancaman monster ini atau ada sesuatu yang lebih besar yang belum ia ketahui. Yang jelas, ia harus melaporkan temuannya. *** Di kediaman Silvercrest, Elian baru saja kembali dari kerajaan bersama Damien. Perjalanan panjang membuat tubuhnya sedikit lelah, namun ia tidak bisa beristi
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

BAB 95

Dua hari telah berlalu sejak Caine kembali ke desa untuk melanjutkan penyelidikannya. Tim dari Pangeran Pertama pun telah dikirim untuk membantu. Sejauh ini, tidak ada tanda-tanda pergerakan mencurigakan, dan hari-hari berlalu dengan damai di kediaman Silvercrest. Namun, ketenangan itu berakhir ketika sebuah kereta kuda berhenti di depan gerbang rumah keluarga Silvercrest. Kereta itu sangat familiar bagi para penghuni rumah. Tanpa perlu bertanya, mereka tahu pemiliknya adalah Azrael. Lucien menyambut adiknya dengan ekspresi netral, menyembunyikan kecurigaannya dengan sangat baik. Azrael pun tidak berbeda. Jika Elian yang mendeskripsikannya, maka dia adalah manusia berparas seribu topeng, mampu memutarbalikkan fakta dengan mudah setiap kali berbicara. “Aku kebetulan akan pergi ke kerajaan besok, jadi kupikir aku akan singgah dan menginap di sini malam ini,” kata Azrael dengan senyum ramah yang dibuat-buat. “Tentu saja. Rumah ini selalu terbuka
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

BAB 96

Pagi tiba, cahaya matahari yang lembut menelusup melalui jendela dapur, menciptakan semburat kehangatan di dalam ruangan. Elsya, dengan tenang, memutuskan untuk ikut serta dalam persiapan sarapan hari ini. Tangannya cekatan membantu para pelayan menata hidangan di meja panjang. Meskipun pikirannya dipenuhi kecemasan tentang masalahnya dengan Azrael, ia tetap berusaha terlihat tenang. Di kamar Elian, suasana berbeda. Aroma teh melati menguar dari cangkir porselen yang dipegang oleh seseorang yang tengah duduk santai di kursi kayu berukir. Azrael, dengan senyum tipis, menyeruput tehnya perlahan sebelum akhirnya berbicara. "Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk berada di pihak Pangeran Kedua?" Suaranya terdengar tenang, namun ada nada peringatan yang jelas. Elian duduk di tepi ranjangnya, berusaha menjaga ekspresi datarnya. Ia tahu, setiap kata yang keluar dari bibirnya harus dipilih dengan hati-hati. "Maaf, Paman," jawabnya dengan suara lembut. "Ini k
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

BAB 97

Ethan masih berusaha menenangkan Elian. Tangannya tetap berada di bahu tuannya, memberikan kehangatan yang menenangkan. Napas Elian kini sudah teratur, meski matanya masih menyiratkan emosi yang belum sepenuhnya mereda. Perlahan, Ethan membantunya duduk di kursi dekat perapian, lalu dengan sigap menuangkan secangkir teh hangat. “Minumlah. Ini akan membuatmu lebih baik,” kata Ethan lembut. Elian mengambil cangkir itu, menghangatkannya di antara kedua telapak tangannya. Uapnya naik perlahan, menyentuh wajahnya, tetapi dia tetap diam. Jari-jarinya sedikit mengencang di sekitar cangkir, seakan mencoba mencari pegangan di tengah pikirannya yang kacau. Namun, dia hanya menatap permukaan teh itu tanpa benar-benar meminumnya, seolah mencari jawaban yang tidak bisa ditemukan di dalam cangkir tersebut. Ethan tidak ingin memaksanya, jadi dia hanya berdiri di seberangnya, menunggu. “Apa yang terjadi?” Ethan akhirnya bertanya, suaranya penuh perhatian. Eli
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

BAB 98

Ronan mengetuk jarinya di atas meja, ekspresinya serius. “Jangan lupa untuk melaporkan ini pada Ayah, Damien. Biar Ayah yang melaporkan pada Pangeran. Sekarang kita tidak bisa bergerak sendiri.” Damien melepas jubahnya dan meletakkannya di kursi dekat meja penuh dengan peralatan penelitian. Dia menghela napas, lalu menatap Ronan dengan mata penuh pertimbangan. “Aku tahu, Kak. Tapi sejujurnya aku sedikit bingung bagaimana cara melaporkannya.” Elian dan Ronan menunggu kelanjutannya. Damien menatap batu sihir hitam yang masih berdenyut pelan di dalam cairan, seolah hidup. Korban seperti ini pasti akan terus bertambah,” lanjut Damien, suaranya sedikit lebih berat. “Penyelidikan juga pasti akan berbahaya. Aku yakin pelaku tidak akan pilih-pilih dalam memilih kelinci percobaan.” Tangannya mencengkeram lengan bajunya sendiri, jemarinya menegang. Batu sihir hitam di hadapannya masih berdenyut pelan dalam cairan, seolah memiliki nyawa sendiri. Cahaya h
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

BAB 99

Caine melangkah dengan hati-hati di antara reruntuhan desa yang sunyi. Angin dingin berembus melewati jalanan berbatu, membawa serta bau tanah lembab dan sesuatu yang samar-samar seperti besi berkarat. Beberapa prajurit Silvercrest yang ia bawa bersamanya juga tampak waspada, tangan mereka erat menggenggam senjata. “Tempat ini… seperti sudah lama ditinggalkan,” gumam salah satu prajurit, suaranya bergetar pelan. “Tidak.” Caine menggeleng, tatapannya menyapu bangunan-bangunan kayu yang masih berdiri meski dalam keadaan usang. Udara di sekeliling terasa berat, seakan menyimpan jejak langkah yang belum lama pergi. “Tidak ada debu yang menumpuk di jalanan. Api di perapian beberapa rumah masih tersisa sedikit arang hangat. Jendela beberapa rumah masih terbuka, seolah pemiliknya pergi tanpa sempat menutupnya. Ini bukan desa mati… ini desa yang ditinggalkan secara mendadak.” Angin bertiup lebih kencang, membawa suara samar yang terdengar seperti bisikan. Seora
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

BAB 100

Caine berdiri tegak, jari-jarinya mencengkeram gagang pedang di pinggangnya. Tatapannya terkunci pada Azrael yang berdiri di ambang pintu batu, senyum sinisnya tak berubah sedikit pun. Udara di dalam ruangan itu semakin menyesakkan, dipenuhi tekanan sihir yang hampir menekan napas para prajurit Silvercrest. "Kau seharusnya tidak berada di sini, Caine," suara Azrael terdengar pelan, tetapi mengandung ancaman yang jelas. "Menggali rahasia yang bukan milikmu... sungguh kebiasaan buruk." Caine tidak menjawab. Ia tahu tak ada gunanya berbasa-basi dengan pria itu. Tangannya sedikit mengendur dari gagang pedangnya, seolah menunjukkan ketenangan, padahal pikirannya berputar cepat mencari jalan keluar. Beberapa prajurit di belakangnya tampak tegang, sebagian bahkan mundur selangkah, tetapi mereka tetap memegang senjata mereka erat-erat. Azrael melangkah masuk, menelusuri ruangan dengan tatapan puas. "Jadi, kau sudah melihat semuanya," gumamnya, matanya menyapu t
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status