Home / Fantasi / Sisa Takdir / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Sisa Takdir: Chapter 81 - Chapter 90

135 Chapters

BAB 81

Suasana di ruang tamu keluarga Silvercrest masih terasa tegang setelah pernyataan mengejutkan dari Pangeran Caelum. Ronan menyandarkan punggungnya ke kursi, ekspresinya tetap tajam saat menilai pria yang berlutut di hadapannya. Sementara itu, Damien tampak lebih tenang, menunggu Caelum menjelaskan lebih lanjut. Lucien menyilangkan jemarinya, menatap sang pangeran dengan sorot penuh pertimbangan. "Pangeran, kesetiaan bukan sesuatu yang bisa diberikan begitu saja tanpa konsekuensi. Anda sendiri pasti memahami hal itu. Apa yang membuat Anda begitu yakin ingin bersekutu dengan kami?" Caelum mengangkat kepalanya, matanya masih menyiratkan tekad yang sama seperti sebelumnya. "Saya telah menghabiskan waktu memikirkan ini. Ayah saya, Raja, mulai menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap rakyat. Pangeran Kedua memiliki ambisi besar, dan jika dibiarkan, ia akan menyeret kerajaan ke dalam kekacauan. Saya tidak bisa tinggal diam lagi." Damien mengangguk kecil. "Jadi,
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

BAB 82

Percakapan itu akhirnya mereka sudahi. Pangeran Caelum diminta untuk beristirahat lebih dahulu agar dapat memulihkan tenaganya. Lucien keluar lebih dulu dari ruangan itu, diikuti oleh Elsya yang dengan sigap melangkah di belakangnya. Ronan, Damien, dan Elian masih berada di dalam ruangan, baru akan beranjak pergi ketika suara Caelum menghentikan langkah mereka. "Bolehkah aku berbicara dengan kalian?" Ronan melirik Damien sekilas sebelum kembali duduk. Ada keraguan di matanya, tetapi ketegasannya tak berkurang. "Aku mendengarkan." Caelum menarik napas dalam, matanya menatap tajam ke arah mereka. "Apakah kalian mengingat pesan monster malam itu? Dia mengatakan bahwa utusan dewa telah bangkit." Keheningan sejenak menyelimuti ruangan. Ronan mengusap dagunya, berpikir sejenak sebelum mengangguk. "Ya, aku ingat. Lalu?" tanyanya, matanya menatap tajam ke arah Caelum. Caelum menggenggam kedua tangannya erat. "Tolong bantu aku menemukannya."
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

BAB 83

Ronan menatap Caelum dengan sorot mata tajam, lalu melirik Damien yang masih tampak tidak percaya dengan permintaan sang pangeran. Keheningan menyelimuti ruangan, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Akhirnya, Ronan menarik napas dalam dan berkata dengan tegas, "Aku tidak bisa memberi jawaban sekarang. Kami akan membicarakannya dengan keluarga terlebih dahulu. Setelah itu, baru kami akan memutuskan apakah kami akan membantumu mencari utusan dewa atau tidak." Caelum tampak ingin membantah, tetapi ia menahan dirinya. Ia tahu bahwa ini bukan keputusan yang bisa dibuat dengan mudah. "Baiklah," katanya akhirnya, meskipun jelas terlihat bahwa ia menginginkan jawaban yang lebih cepat. Tanpa berkata apa-apa lagi, Ronan berdiri dan melangkah keluar, diikuti oleh Damien dan Elian. Damien masih sesekali menoleh ke belakang, memastikan bahwa Caelum tidak akan mencoba melakukan sesuatu yang mencurigakan. Ketika mereka sudah cukup jauh dari ruangan, Damien akhirny
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

BAB 84

Malam terasa panjang bagi Elian. Meskipun Damien sudah meninggalkan kamarnya, pikirannya masih terus berputar. Apa yang akan terjadi jika keluarganya mengetahui kebenaran ini? Bagaimana mereka akan menanggapinya? Ketakutan yang selama ini berusaha ia kubur perlahan kembali mengusik pikirannya. Apakah mereka akan tetap melihatnya sebagai Elian Silvercrest atau sebagai ancaman yang bisa membahayakan keluarga mereka? Ia menatap langit-langit kamarnya yang diterangi cahaya remang dari lilin di sudut ruangan. Bayangan nyala lilin menari di dinding, seolah menciptakan sosok-sosok samar yang mengintainya dalam kesunyian. Angin malam yang masuk melalui celah jendela terasa dingin, menusuk hingga ke tulangnya, membuatnya semakin gelisah. Ada keinginan untuk beranjak, keluar dari kamarnya, dan menguping pembicaraan mereka. Namun, ia menahan diri. Apa pun yang terjadi malam ini, ia tidak bisa mengubah kenyataan bahwa dirinya adalah utusan dewa yang mereka cari. Ia
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

BAB 85

Suasana pagi terasa lebih sunyi dari biasanya. Cahaya matahari yang menyelinap melalui celah tirai tidak mampu mengusir hawa dingin yang menyelimuti kamar Elian. Ia terbangun dengan kepala yang masih berat, pikirannya berkabut oleh berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi setelah percakapan semalam. Ia tidak tahu keputusan seperti apa yang telah diambil keluarganya, tapi firasatnya mengatakan bahwa malam itu mengubah segalanya. Elian duduk di atas ranjang, merasakan kelembutan selimut yang membalut tubuhnya. Namun, kenyamanan itu tidak mampu menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Ia mencoba menenangkan dirinya dengan menarik napas dalam, tetapi bayangan percakapan Damien dan orang tuanya terus berputar di kepalanya. Apakah mereka memutuskan untuk menjauhinya? Ataukah mereka masih bisa menerimanya sebagai bagian dari keluarga Silvercrest? Terdengar ketukan pelan di pintu. Elian menoleh, lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan sebelum menjawa
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

BAB 86

Hari-hari berlalu dengan cepat setelah keputusan keluarga Silvercrest untuk mendukung Pangeran Caelum. Mereka tidak berjanji akan menemukan utusan dewa, tetapi mereka berkomitmen untuk membantu pangeran ketiga dalam perjuangannya. Sementara itu, keributan yang sempat terjadi mulai mereda seiring dengan persidangan yang akan segera digelar. Pangeran Caelum telah mengumpulkan bukti yang cukup kuat untuk menjatuhkan hukuman pada Tuan Rotherham, dalang dari kekacauan yang hampir menghancurkan kestabilan kerajaan. Bukti itu bukan hanya sekadar kesaksian, tetapi juga dokumen dan kesaksian para saksi yang mengarah langsung pada keterlibatan Rotherham dalam konspirasi yang terjadi. Meskipun telah memutuskan untuk berada di kubu Pangeran Caelum, keluarga Silvercrest memilih untuk tetap mengamati dan memastikan kepercayaan mereka sebelum benar-benar menyerahkan kesetiaan mereka sepenuhnya. *** Di sisi lain, Pangeran Kedua, Leander, mengamuk di kamarnya.
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

BAB 87

Malam terasa begitu sunyi ketika seorang pelayan mengetuk pelan pintu kamar Pangeran Kedua Leander. Ketukan itu nyaris tenggelam dalam keheningan, tetapi di dalam kamar, seseorang telah menantikannya. Dari balik pintu, Azrael berdiri dengan tenang, menunggu izin untuk masuk. Begitu pintu terbuka, ia melangkah masuk, matanya langsung menyapu ruangan yang kacau balau. Kamar Leander gelap, hanya diterangi cahaya remang dari lilin yang hampir habis di sudut ruangan. Pecahan beling berserakan di lantai, beberapa di antaranya masih berkilauan akibat pantulan cahaya. Aroma alkohol bercampur debu memenuhi udara. Namun, sebelum Azrael sempat mengamati lebih jauh, sebuah tangan mencengkeram kerahnya dengan kuat. “Bajingan! Pengkhianat sepertimu berani muncul di hadapanku?” Leander menarik Azrael dengan kasar, lalu menampar wajahnya dengan keras. Azrael terhuyung, namun dengan cepat menyeimbangkan diri. Bukannya marah, ia malah tersenyum tipis sembari menyentuh pi
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

BAB 88

Elian mengetuk pintu ruang kerja Lucien dengan perlahan. Ketukan itu tidak terlalu keras, tetapi cukup untuk memberi tanda bahwa seseorang ingin masuk. Tak lama, suara dari dalam terdengar samar, mengizinkannya untuk masuk. Elian membuka pintu dan melangkah masuk dengan tenang. Matanya langsung tertuju pada sosok Lucien yang tengah sibuk dengan tumpukan dokumen di mejanya. Laki-laki itu belum menoleh untuk melihat siapa yang datang, masih fokus dengan pekerjaannya. "Apakah saya mengganggu Anda, Ayah?" tanya Elian dengan nada sopan. Lucien mengangkat wajahnya dari dokumen, alisnya sedikit berkerut karena masih tenggelam dalam pikirannya. Namun, saat menyadari siapa yang datang, garis tegang di wajahnya perlahan melunak. Sudut bibirnya sedikit terangkat, menciptakan senyum samar yang jarang terlihat kecuali untuk keluarganya. "Oh, Elian." Elian tersenyum kecil. "Bolehkah saya berbicara sebentar denganmu, Yah?" Lucien seketika menghenti
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

BAB 89

Elian keluar dari ruangan Lucien dengan langkah pelan. Koridor kediaman Silvercrest terasa sunyi, hanya terdengar suara sepatu botnya yang menyentuh lantai marmer yang dingin. Cahaya bulan masuk melalui jendela besar, membentuk bayangan samar di sepanjang dinding. Pikirannya dipenuhi kenangan akan masa lalu. Pangeran pertama, Kaelian dihukum mati karena tuduhan penghianatan. Sebuah tuduhan keji yang dibuat oleh Pangeran kedua, Leander, hanya karena Kaelian memiliki pengaruh kuat di militer. Caelum, sang Pangeran ketiga, telah berusaha keras untuk membela kakaknya, tetapi kebencian Leander telah membutakan akalnya. Elian mengepalkan tangannya. Ia mengingat bagaimana Kaelian dituduh merencanakan kudeta, padahal semua itu hanya dalih Leander untuk menyingkirkan saingan. Apa aku bisa menyelamatkannya kali ini? Setelah masuk ke dalam kamarnya, Elian menutup pintu dengan pelan, lalu merebahkan diri di atas ranjang. Matanya menatap tangannya yang terbuka.
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

BAB 90

Diruang pribadi pangeran pertama, cahaya matahari pagi menerobos masuk melalui jendela-jendela besar, menerangi ruangan dengan lembut. Lucien dan Elian berdiri di hadapan Kaelian, sementara beberapa ksatria istana berjaga di sudut ruangan. "Sepertinya inilah saatnya kami berpamitan," ujar Lucien dengan suara tenang namun penuh makna. "Aku berterima kasih atas keramahan anda pangeran." Kaelian mengangguk ringan. "Keamanan kalian adalah prioritas. Dengan situasi kerajaan yang seperti ini, aku tidak bisa menjamin perjalanan yang sepenuhnya aman, tapi aku akan memastikan tidak ada yang mengusik kalian sampai kalian keluar dari wilayah ini." Elian, yang sejak tadi diam, akhirnya membuka suara. "Pangeran, saya berharap anda mempertimbangkan dengan serius apa yang saya beritahukan sebelumnya." Lucien menatap Kaelian melanjukan kata-kata Elian, "Dan saya harap anda akan memberi kami kabar secepat mungkin. Keluarga Silvercrest tidak bisa sering datang
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status