Malam terasa begitu sunyi ketika seorang pelayan mengetuk pelan pintu kamar Pangeran Kedua Leander. Ketukan itu nyaris tenggelam dalam keheningan, tetapi di dalam kamar, seseorang telah menantikannya. Dari balik pintu, Azrael berdiri dengan tenang, menunggu izin untuk masuk. Begitu pintu terbuka, ia melangkah masuk, matanya langsung menyapu ruangan yang kacau balau. Kamar Leander gelap, hanya diterangi cahaya remang dari lilin yang hampir habis di sudut ruangan. Pecahan beling berserakan di lantai, beberapa di antaranya masih berkilauan akibat pantulan cahaya. Aroma alkohol bercampur debu memenuhi udara. Namun, sebelum Azrael sempat mengamati lebih jauh, sebuah tangan mencengkeram kerahnya dengan kuat. “Bajingan! Pengkhianat sepertimu berani muncul di hadapanku?” Leander menarik Azrael dengan kasar, lalu menampar wajahnya dengan keras. Azrael terhuyung, namun dengan cepat menyeimbangkan diri. Bukannya marah, ia malah tersenyum tipis sembari menyentuh pi
Last Updated : 2025-03-01 Read more