Home / Fantasi / Sisa Takdir / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Sisa Takdir: Chapter 111 - Chapter 120

135 Chapters

BAB 111

Elian berbaring di ranjangnya, berusaha menutup mata. Rasa lelah masih menyelimuti tubuhnya, tetapi pikirannya tetap berputar, sulit untuk benar-benar terlelap. Nyeri masih terasa di beberapa bagian tubuhnya. Ia sudah terbiasa dengan rasa sakit, namun kali ini berbeda. Di sampingnya, Caine duduk di bangku kayu, tubuhnya bersandar santai, tetapi matanya terus memperhatikan Elian. Tatapannya kelam, penuh sesuatu yang nyaris menyerupai kemarahan atau mungkin rasa bersalah yang tidak terucapkan. Ada sorot frustasi di sana, seolah ia tengah bertarung dengan pikiran dan perasaan yang enggan ia akui. Suara api dari lilin yang menyala di sudut ruangan sesekali berderak pelan, menciptakan suasana hening yang semakin menekan. "Kau tahu, kau itu tuan yang bodoh, Elian." Suara Caine terdengar tenang, tetapi ada sedikit nada mencemooh di dalamnya. Elian membuka matanya perlahan, menoleh ke arah lelaki itu. Tatapan Caine bukan hanya sekadar lelah, tetapi juga menyimp
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

BAB 112

Caine menutup matanya di sisi ranjang Elian, bersandar pada kursi empuk milik tuannya. Suara napas Elian terdengar tenang dan teratur, pertanda bahwa ia tertidur pulas setelah sekian lama bergelut dengan kelelahan dan rasa sakit. Caine menghela napas dalam, membiarkan dirinya tenggelam dalam keheningan malam yang jarang ia nikmati. Tanpa sadar, kelopak matanya pun semakin berat, hingga akhirnya ia jatuh tertidur dengan posisi duduk. Pintu kamar Elian terbuka perlahan tanpa suara. Ethan masuk dengan langkah hati-hati, matanya langsung menangkap pemandangan dua orang yang tengah tertidur. Ia terdiam sejenak, lalu mendekati Caine yang tertidur dengan posisi duduk yang tampak tidak nyaman. Dengan gerakan lembut, Ethan mengambil selimut tipis dari ujung ranjang dan menyelimutinya, memastikan tubuhnya tetap hangat di malam yang dingin. Setelah itu, Ethan beralih ke sisi Elian. Ia menatap wajah tuannya yang tampak lebih tenang dibanding sebelumnya. Raut wajah Elian yang
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

BAB 113

Ethan masih duduk di kursinya, matanya menatap lembut ke arah dua sosok yang tertidur di hadapannya. Cahaya lilin yang berpendar redup menciptakan bayangan samar di wajah mereka, seolah mengukir kelembutan dan ketenangan yang jarang terlihat. Udara malam terasa dingin, menusuk kulit, tetapi keheningan ini lebih hangat dibanding malam-malam penuh ketegangan yang mereka lewati. Sesaat, Ethan menghela napas panjang, menikmati momen langka ini. Elian, yang biasanya selalu tampak tegang dan penuh waspada, kini tampak begitu damai. Napasnya teratur, dadanya naik turun perlahan di bawah selimut yang tertata rapi. Wajahnya yang pucat masih memperlihatkan jejak kelelahan, tetapi setidaknya kali ini, ia bisa beristirahat tanpa beban. Di sisi lain, Caine tertidur dalam posisi duduk. Bahunya sedikit merosot, kepalanya hampir terjatuh ke depan jika bukan karena tangannya yang tersilang di atas perutnya. Ethan bisa melihat jejak kepenatan di wajah pria itu. Mereka semua telah
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

BAB 114

Dalam sebuah ruangan megah yang dipenuhi pernak-pernik emas dan permadani mahal, Azrael berdiri dengan penuh percaya diri di hadapan seorang pria muda berambut hitam legam dengan mata tajam berkilat. Leander, Pangeran Kedua Kerajaan Eldoria, mengenakan pakaian megah yang memancarkan aura kekuasaan. Wajahnya tampan, namun sorot matanya dingin dan penuh ketegasan. “Yang Mulia, ada hal mendesak yang perlu saya sampaikan,” Azrael memulai dengan nada hormat, tubuhnya sedikit membungkuk. Meski bibirnya tersenyum ramah, sorot matanya penuh kepuasan tersembunyi. Leander menatapnya dengan ketidaksabaran yang samar-samar, jarinya mengetuk sandaran kursi dengan irama teratur. “Bicaralah, Azrael. Jangan buang waktuku,” perintah Leander dengan suara rendah yang tajam. Ketika kata-kata itu terucap, alis Leander sedikit mengernyit, tanda kejengkelannya yang mulai muncul. Azrael menyeringai tipis, matanya berkilat penuh intrik. Ia menurunkan suaranya, seolah ingin menj
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

BAB 115

Di dalam ruang kerja megah keluarga Silvercrest, rak-rak buku tinggi menjulang penuh dengan buku-buku tua berlapis emas dan kulit mewah. Aroma kayu tua dan tinta memenuhi udara, menciptakan suasana serius dan penuh wibawa. Di sudut ruangan, api perapian berkobar hangat, namun hawa dingin dan tegang terasa menusuk hingga ke tulang. Pintu besar berlapis ukiran rumit terbuka perlahan, suara deritannya mengoyak keheningan. Azrael melangkah masuk dengan langkah mantap, setiap gerakannya dipenuhi percaya diri dan sikap penuh kemenangan. Senyum tipis terlukis di bibirnya yang pucat, tatapan matanya menyiratkan kepuasan licik. Lucien berdiri tegak di balik meja kerjanya, tangan-tangan kokohnya menggenggam erat tepi meja hingga buku-buku jarinya memutih. Cahaya api perapian memantulkan bayangan kelam pada wajahnya yang penuh ketegangan, mata merah menyala penuh amarah terarah pada sosok saudaranya yang berdiri dengan angkuh di ambang pintu. Hawa panas dari api yang berkob
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

BAB 116

Caine menggeliat pelan dari tempat duduknya, tubuhnya terasa pegal dan kaku setelah tertidur dalam posisi yang kurang nyaman. Suara kursi berderit pelan saat ia bergerak, menciptakan bunyi yang terdengar jelas di ruangan yang sunyi. Matanya perlahan membuka, mengerjap beberapa kali untuk mengusir kantuk, sementara cahaya pagi yang menyelinap dari balik jendela besar membuat matanya sedikit menyipit. Udara dingin menyentuh kulitnya, membawa aroma teh hangat yang samar namun menenangkan. Di depannya, Elian duduk tenang di tepi ranjang dengan secangkir teh hangat dalam genggamannya, uapnya masih mengepul. "Selamat pagi, Caine," sapa Elian dengan senyum lembut yang terasa begitu menenangkan, uap teh hangat masih mengepul di cangkirnya. Caine mengerjap lagi, berusaha mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya yang masih tercecer. Matanya tertuju pada Elian yang tampak santai, kontras dengan kekhawatiran yang memenuhi pikirannya sejak kemarin. Pikirannya berusaha me
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

BAB 117

Suara detik jam terdengar jelas dalam kesunyian kamar Elian. Udara dingin menusuk, membuat api di perapian berkedip-kedip memancarkan cahaya keemasan yang samar. Elian duduk bersandar di ranjangnya, tatapannya fokus pada meja rendah di depannya yang penuh dengan kertas, peta, dan catatan tentang pergerakan Azrael dan kutukan yang menyebar. Ethan berdiri beberapa langkah di belakangnya, menjaga jarak namun selalu siap menerima perintah. Caine berdiri di sisi lain, sikapnya kaku dengan tangan terlipat di dada. “Aku ingin melihat korban yang masih sadar,” ucap Elian tiba-tiba, memecah kesunyian. Ethan dan Caine saling pandang sebelum Ethan membungkuk hormat. “Tuan Muda, apakah Anda yakin? Korban-korban itu sudah berada dalam tahap kutukan yang parah. Pangeran Pertama dan Tuan Ronan sudah mengamankan mereka dengan pengawasan ketat.” “Itu sebabnya aku harus melihat mereka langsung,” tegas Elian. “Aku ingin memahami apa yang kita hadapi.”
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more

BAB 118

Angin pagi yang sejuk menyusup melalui celah jendela kamar Elian, membawa aroma dedaunan basah dan embusan kabut tipis. Cahaya matahari yang lembut menembus tirai tipis, memercikkan warna keemasan pada lantai kayu yang mengilap. Namun, ketenangan itu terasa rapuh seolah-olah pagi yang damai ini menyembunyikan badai yang akan datang. Suasana kamar terasa sunyi, terlalu sunyi, seakan menunggu sesuatu yang tak terelakkan. Ia berdiri di depan cermin tinggi dengan ekspresi datar, mengenakan kemeja putih sederhana yang disulam halus. Jubah tebal berwarna hitam dengan lapisan bulu abu-abu terlipat rapi di kursi dekatnya, terabaikan. Caine berdiri di samping meja dengan tangan terlipat di dada, tatapannya keras dan penuh keteguhan. “Tuan Muda, Anda harus mengenakan jubah ini,” tegas Caine, nadanya tajam namun berlapis kekhawatiran yang tak tersamarkan. Elian mendengus dan mengibaskan tangan, tapi gerakannya kaku, seolah mengabaikan rasa nyeri yang masih tersisa
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

BAB 119

Hutan yang dilalui Elian semakin lebat seiring langkah kudanya yang terus melaju. Pepohonan menjulang tinggi dengan ranting-ranting kering yang menggantung seperti tangan kurus hendak merenggut siapa saja yang lewat. Daun-daun gugur berdesir tertiup angin, menciptakan bunyi lirih yang mengiringi perjalanan mereka. Aroma tanah basah dan dedaunan busuk menyusup ke dalam hidung, menciptakan sensasi mencekam seolah makhluk tak kasat mata mengawasi dari balik semak-semak. Bayangan pepohonan bergerak pelan saat angin berhembus, membuatnya tampak seperti sosok-sosok mengintai dalam kegelapan. Suara burung hantu sesekali terdengar, serupa bisikan ancaman di tengah hutan yang kelam. Ethan dan Caine mengikuti di belakang Elian dengan waspada. Sorot mata mereka terus mengawasi lingkungan sekitar, seakan siap menghadapi serangan mendadak. Jalan setapak yang sempit dan penuh akar pohon mengharuskan mereka berjalan perlahan, tapi Elian tak mau memperlambat laju kudanya. Meski luka di tu
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

BAB 120

Langkah kaki mereka bergema di lorong gelap dan lembap. Udara dingin berbau tanah basah dan besi berkarat memenuhi ruang bawah tanah itu. Cahaya obor yang berpendar redup memantulkan bayangan panjang di dinding batu kasar, menciptakan ilusi makhluk-makhluk bersembunyi di setiap sudut gelap. Elian berjalan di depan, diapit oleh Ronan, Caine, Damien dan Kaelian yang menjaga posisi mereka dengan waspada. "Tempat ini... penuh dengan sihir terkutuk," gumam Caine, matanya menyipit saat memandang jauh ke dalam kegelapan. Ronan mendengus. "Azrael selalu terobsesi dengan kekuatan terlarang. Tempat ini adalah bukti betapa gilanya dia." Elian diam saja, pikirannya terfokus pada apa yang akan mereka hadapi. Setiap langkah yang diambil mendekatkannya pada sosok yang dikurung di balik jeruji besi—makhluk yang pernah menjadi manusia sebelum direnggut oleh kutukan yang jahat. Suara desahan dan erangan samar mulai terdengar, menggema seperti bisikan hantu. Akh
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more
PREV
1
...
91011121314
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status