Home / Romansa / Bos Arogan Itu Ayah Anakku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Bos Arogan Itu Ayah Anakku: Chapter 21 - Chapter 30

32 Chapters

Bab 21

Bab 21Evan berdiri mematung di dekat pintu apartemennya, menatap Chintya yang masih duduk santai di ranjangnya. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan rasa frustrasinya. "Chintya, aku nggak mau mengulangi lagi. Kalau kamu tidak keluar dari sini, aku yang akan pergi." Namun, Chintya tidak bergeming. Dia malah mengubah posisi duduknya menjadi lebih santai, dengan salah satu kaki terlipat di atas ranjang, memamerkan pahanya. Dengan senyum menggoda, dia menatap Evan sambil berkata, "Kenapa sih kamu harus tegang seperti ini? Aku ke sini karena aku rindu, sayang. Apa itu salah?" Evan memalingkan wajah, berusaha menghindari tatapan Chintya. "Aku nggak punya waktu untuk ini. Aku lelah, Chintya. Kamu nggak bisa seenaknya datang ke sini tanpa izin." Chintya bangkit dari ranjang, mendekati Evan dengan langkah pelan. Dia berdiri hanya beberapa inci dari tubuh Evan, lalu berkata dengan nada lembut, "Evan, apa kamu sadar kalau sebentar lagi kita akan menikah? Kita ini pasangan, nggak
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 21. Persimpangan takdir

Bab 21Persimpangan TakdirPagi itu, suasana di ruang kerja Evan terasa tegang. Saraswati, ibunya, duduk di sofa dengan tatapan tajam mengarah padanya. Wajah Evan menunjukkan kelelahan, dan mungkin juga sedikit frustrasi. Baru saja ia selesai rapat penting dengan klien, namun Saraswati tetap menunggu di ruangannya, jelas dengan maksud tertentu."Evan, hari ini kamu harus menemani Chintya mengurus keperluan pernikahan kalian," ujar Saraswati dengan nada tegas. Tidak ada ruang untuk penolakan dalam suaranya.Evan mendesah pelan, mencoba meredam emosinya. “Bu, saya tidak bisa hari ini. Jadwal saya penuh dengan rapat dan pekerjaan yang tidak bisa ditunda.”Saraswati mengangkat alisnya, ekspresi wajahnya tak berubah. "Saya tidak peduli dengan jadwalmu, Evan. Yang saya tahu, pernikahanmu dengan Chintya sudah semakin dekat. Jika kamu tidak mulai serius mengurus ini, semuanya bisa kacau. Dan saya tidak mau mendengar alasan apapun."“Tapi, Bu…” Evan mencoba membela diri.Saraswati memotongnya
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 23

Bab 23Jarak dan KetidakpastianPrewedding yang seharusnya menjadi momen membahagiakan justru berubah menjadi medan ketegangan antara Evan dan Chintya. Sejak awal, Evan merasa terjebak dalam semua rencana besar yang didikte oleh ibunya dan Chintya. Ia bukan tidak peduli, tetapi hatinya berada di tempat lain. Lebih tepatnya, pada seseorang—Anya. “Evan, kamu ini kenapa sih? Seharusnya kita menikmatinya, bukan malah marah-marah seperti ini,” ujar Chintya dengan nada frustrasi. Evan hanya menatap Chintya dengan dingin, tidak ingin terjebak dalam pembicaraan lebih jauh. Ia tahu, jika ia bicara lebih banyak, amarahnya akan meluap. Tanpa sepatah kata pun, ia memanggil Roy dan memintanya mengakhiri sesi foto. “Roy, bawa mobil. Kita pergi sekarang.” “Tapi, Evan, masih ada beberapa foto lagi—” Roy mencoba menengahi, tetapi tatapan tajam Evan sudah cukup menjelaskan bahwa dia tidak ingin dibantah. Roy segera menuruti perintah Evan dan melangkah ke mobil. Namun, ia tahu bahwa keputusan
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

24. Mantan istri kurang ajar

Bab 24Baru saja Evan sampai rumah, ia langsung mendapat teguran dari mamanya. Saraswati. "Evan!" Evan yang dipanggil menoleh. "Iya Ma.""Chintya bilang kalau kamu berulah lagi Evan. Kamu meninggalkan Chintya saat sesi prewedding. Kenapa Evan? Apa karena wanita itu?""Ma, berhenti menyangkut pautkan ini dengan Anya. Karena tidak ada hubungannya dengan Anya, Ma!"Saraswati menatap Evan dengan marahnya, lagi-lagi dia tidak sejalan dengan Evan. Padahal Sarawati berpikir kalau Evan menikah dengan Chintya. Maka akan berdampak baik pada perusahaan Evan, tapi nyatanya Evan tidak peduli dengan semua itu. Yang ia inginkan kini adalah kebahagiaannya dengan Anya. Namun, bagaimana akan bahagia. Kalau Anya sendiri tidak mau kembali ke perusahaan Evan. "Evan tidak suka Ma, kalau Mama lagi-lagi menyalahkan Anya.""Sudahlah Evan, capek kalau bicara denganmu. Yang Mama inginkan sekarang. Belajarlah untuk menerima Chintya, karena dia kelak yang akan menjadi ibu dari anak-anakmu."Bukannya senang den
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 25

Bab 25."Kenapa gaya bicara mu. kurang sopan dengannya Anya? Bukankah seharusnya kamu menghormati nya sebagai seorang, bos?" Nathan sedikit penasaran dengan sikap Anya pada Evan. Apalagi saat melihat tatapan mata Anya, yang menyorot kan kebencian saat melihat kedatangan Evan. Jelas seperti Anya menaruh rasa dendam pada Evan. "Kamu tidak perlu tahu, Nathan. Tapi aku tidak suka kamu ikut campur dengan urusan pribadi mu. Sebab kamu tidak tahu siapa itu Evan dan siapa itu mamanya.""Kalau begitu ceritakan, Anya. Aku dengan senang hati akan mendengar mu."Anya menatap dingin ke Nathan, belum cerita saja hatinya sudah sakit, apalagi mengingat kejadian lima tahun lalu. Sungguh Anya tidak sanggup. Sehingga Anya mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Sudah malam, Nathan. Apa tidak sebaiknya kamu pulang?" yang parahnya lagi, sampai Anya pura-pura menguap. "Aku begitu ngantuk sekali, aku tidur Evan. Apa tidak sebaiknya kamu pulang?""Apa kamu mengusirku, Anya?" "Mmmmm, terserah kamu berpiki
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 26. Pembalasan terhadap Evan

Bab 26Anya melangkah keluar dari ruang kerja Evan dengan dada yang sesak. Kata-kata yang ingin ia lontarkan sebenarnya jauh lebih banyak dari apa yang ia tahan tadi. Evan tidak pantas mendapatkan penjelasan lebih dari apa yang sudah ia ucapkan dalam hati. Bukan hanya karena luka lama yang terus menganga, tetapi juga karena Anya tahu, berbicara lebih banyak hanya akan memperlihatkan bahwa ia masih peduli—sesuatu yang tak ingin Evan tahu."Kenapa aku harus kembali ke sini? Aku bodoh sekali!" Anya merutuki dirinya sambil berjalan menuju meja kerjanya. Roy sempat melirik Anya, lalu tersenyum kecil seolah ingin menunjukkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi Anya tidak butuh itu. Ia tidak butuh hiburan dari siapapun, terutama dari orang-orang yang dekat dengan Evan.Sementara itu, di ruangan lain, Evan merapikan berkas terakhir sebelum meninggalkan kantornya. Ia melirik jam di tangannya. "Kurang dari 20 menit. Kalau aku terlambat, Mama pasti akan membuat drama besar-besaran," gumamny
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 27. Mimpi buruk Evan

Bab 27"Selamat, Chintya. Kamu sekarang sudah resmi menjadi menantu Mama. Mama sangat senang," Saraswati memeluk Chintya erat, wajahnya dipenuhi senyum puas."Terima kasih, Tante. Maksud saya, Mama," jawab Chintya dengan senyum yang lebar. "Saya juga senang. Akhirnya, Evan telah sah menjadi suami saya." Namun, di antara percakapan mereka, hanya Evan yang tampak kaku. Wajahnya datar, tanpa emosi, dan matanya bahkan tidak menatap ke arah Chintya. Saat acara berakhir, tanpa sepatah kata, Evan langsung berjalan ke kamar, meninggalkan istrinya yang masih berbicara dengan Saraswati.Melihat hal itu, Saraswati mengarahkan pandangannya ke Chintya dan berkata, "Sana, ikuti suamimu. Dia sepertinya sudah tidak sabar menunggu malam ini."Chintya tersipu, lalu tersenyum. "Iya, Ma. Terima kasih," katanya penuh semangat sebelum mengikuti Evan ke kamar mereka.Saat Chintya masuk ke kamar, ia menemukan Evan berdiri di dekat jendela, memandang ke luar dengan tatapan kosong. "Evan," panggil Chintya sa
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 28

Bab 28 Bulan Madu yang DipaksakanMatahari bersinar dengan indah, cahayanya menyelusup ke sela-sela tirai rumah keluarga Saraswati. Udara pagi yang segar seharusnya mampu menciptakan suasana hati yang ceria, tapi tidak demikian dengan Evan. Ekspresi wajahnya datar, menandakan hatinya yang berat. Pagi itu, Saraswati mengeluarkan sesuatu dari tas kulitnya yang elegan—sebuah tiket pesawat yang sudah ia persiapkan jauh-jauh hari. “Ini, Evan,” Saraswati menyodorkan tiket itu dengan senyum penuh arti. “Mama harap kamu bersenang-senang, Nak.” Evan mengambil tiket itu dengan dahi mengernyit. Matanya membaca cepat, lalu membulat penuh keheranan. “Apa ini, Ma?” “Itu tiket ke Paris,” Saraswati menjelaskan dengan lembut. “Mama sengaja belikan untuk kamu dan Chintya. Sebagai hadiah pernikahan kalian. Mama ingin kalian menikmati bulan madu yang indah, Nak.” Evan langsung meletakkan tiket itu di meja, seolah benda itu adalah barang tak berguna. “Ma, Evan nggak punya waktu untuk ini. Evan
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 29. Haruskah aku menjebak nya

Bab 29. "Apa yang kurang dari diriku? Kenapa Evan menolak untuk menyentuhku? Bukankah aku ini sekarang istrinya?"Chintya kesal, karena Evan begitu menjaga diri agar tidak sampai jatuh ke pelukan Chintya. "Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku memancing nya? Sekuat apa dia menahan gairah nya, dan sial nya. Seharusnya dia yang melakukan ini padaku," lanjut Chintya yang bergumam sendiri di dalam hatinya, sesekali ia melirik ke arah Evan yang tidak justru sibuk dengan ponselnya, tanpa menghiraukan Chintya sebagai seorang istri. "Evan," panggil Chintya. "Mmmm." Evan memang menjawab, tapi tidak menoleh ke Chintya, sebisa mungkin Evan mengalihkan pandangannya dari Chintya. Chintya jenuh, ia memutuskan untuk lebih berusaha lagi agar mendapat perhatian Evan. Dengan cara ia berpura-pura terjatuh ke atas lantai. "Aduh," erangnya, sambil ia memijat pelipis kakinya. "Apa dia juga tidak peduli?" tanya Chintya di dalam hatinya, ia sesekali melirik ke arah Evan. Ingin melihat reaksi Evan. "
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 30. Ternyata karena dia

Bab 30: Rahasia di Balik Keputusan“Belum juga masuk sudah di suruh pulang, mau apa sih mereka? Minggu lalu aku dipecat tanpa alasan jelas, sekarang dipanggil masuk kerja lagi, lalu hari ini malah disuruh pulang. Mereka pikir aku mainan atau apa?” gerutunya. Nathan yang berdiri di sampingnya mencoba menenangkan. “Sabar, Anya. Mungkin ada alasan jelas kenapa mereka menyuruhmu pulang. Kita nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi.”Anya menoleh tajam ke arah Nathan, ekspresi wajahnya menunjukkan kejengkelan. “Alasan apa lagi, Nathan? Kalau mereka nggak suka sama aku, bilang saja langsung. Kenapa harus putar-putar begini? Rasanya aku seperti dipermainkan.”Nathan tertawa kecil mencoba mencairkan suasana. “Ya sudah, mendingan kita pulang aja. Atau, kalau kamu mau, kita bisa jalan-jalan dulu. Sekalian cari udara segar biar mood kamu membaik.”“Bukannya kamu harus kerja juga?” tanya Anya sambil menaikkan satu alis.“Tenang aja. Bosku nggak terlalu ketat. Kalau aku bilang ada urusan penting,
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status