Home / Romansa / Bos Arogan Itu Ayah Anakku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Bos Arogan Itu Ayah Anakku: Chapter 31 - Chapter 40

56 Chapters

Bab 31

Bab 31 "Hey Evan, sekalipun kamu tidak menyukaiku, tapi kamu harus mengingat satu hal Evan. Kalau aku ini adalah istrimu, kamu tahu itu. Aku adalah istrimu.""Terus mau mu, apa?" "Sentuh aku, lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan." DegEvan mematung untuk beberapa saat, ucapan itu membuatnya meruntuhkan tekadnya yang tidak akan memperlakukan Chintya layaknya seorang istri. Sebab wanita itu tidak ia cintai, tapi ... ucapan Chintya ada benarnya juga. Dan ... Chintya ternyata sudah memasukkan sesuatu ke dalam minumannya Evan. "Apa yang membuatmu masih diam, Evan. Ayo lakukanlah. Aku sudah tidak tahan." Dalam hitungan detik, Evan mendekatkan diri ke Chintya, ia mulai melakukan sesuatu persis seperti keinginan Chintya. Walaupun ia melakukannya tanpa cinta, tapi ia cukup bernafsu pada tubuh mulus Chintya yang sampai menggeliat di atas ranjang. "Kamu ganas juga, Evan. Lakukan lagi sayang, lakukan dengan perlahan-lahan sayang. Yes, aku suka itu sayang. Ahhhh ... ini sangat nikmat sa
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 32

Bab 32Evan baru saja kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan bulan madunya bersama Chintya. Meski baru saja menjalani momen yang seharusnya penuh kebahagiaan, hatinya terasa kosong. Hubungannya dengan Chintya tak lebih dari sekadar formalitas. Di dalam kamar hotel yang kini menjadi saksi bulan madu mereka, tidak ada cinta, hanya rutinitas. Begitu tiba di rumahnya, hal pertama yang Evan lakukan adalah mengambil ponselnya dan mengetik pesan kepada seseorang yang selalu ada di pikirannya. *"Anya, aku sudah sampai di Indonesia. Besok aku mulai ngantor. Aku ingin kamu datang lebih awal, dan pastikan untuk tidak terlambat."* Evan mengirim pesan itu tanpa ragu, lalu melemparkan ponselnya ke meja. Ia menunggu dengan harapan mendapat balasan cepat. Namun, setelah beberapa menit berlalu, ponselnya tetap sunyi. “Dia benar-benar berani,” gumam Evan, merasa sedikit kesal. Tidak puas dengan diamnya Anya, Evan mengetik pesan lain. "Anya, aku serius. Besok aku ingin kamu datang lebih
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 33

Bab 33Evan menatap tajam ke arah Anya, membuat wanita itu merasa seperti sedang diinterogasi oleh seorang hakim yang tidak kenal belas kasihan. Suasana di dalam ruangan itu terasa mencekam, hanya diisi oleh napas keduanya yang terengah-engah, seolah sedang berada di medan perang tanpa kata. Evan akhirnya berbicara dengan nada dingin namun penuh tekanan. "Anya, aku tanya sekali lagi. Siapa bosnya di sini?" Anya yang sejak tadi mencoba menahan emosinya akhirnya menjawab dengan suara pelan namun cukup jelas untuk didengar. "Bapak bosnya." Evan tersenyum sinis, senyuman yang tidak mengisyaratkan kebahagiaan, melainkan tanda bahwa ia tengah bermain-main dengan emosinya sendiri. "Kalau aku bosnya, kenapa kamu berani menentangku? Kenapa kamu mengabaikan pesan dan teleponku? Apa kamu pikir kamu istimewa, Anya?" Anya menatap Evan dengan tatapan tidak percaya. Dia tahu betul bahwa ada sesuatu yang lebih besar di balik kemarahan ini, tapi ia tidak ingin memperpanjang drama. "Pak Evan, maaf
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 34.. Kamu bisa hamil gak sih

Bab "Sebenarnya kamu bisa hamil gak sih!? Sudah setahun menikah kamu belum juga hamil." ucapan itu keluar dari dalam mulut Saraswati, ia tengah memarahi menantunya Chintya karena sampai sekarang tidak kunjung memberikan keturunan pada Evan. Tapi sayangnya Chintya lebih marah dari pada Saraswati. Dengan terdengar tajam Chintya menjawab ucapan Saraswati. "Ma, seharusnya yang seperti ini Mama bilang ke Evan! Kenapa dia sangat jarang sekali menggauli ku? Jangan salahkan aku, Ma. Salahkan tuh anakmu itu!" "Kamu dibilangin malah membantah, seharusnya kamu berusaha Chintya. Bagaimana caranya agar Evan anakku tertarik menggauli mu. Kalau kamu nya aja nyebelin gitu. Mana mau Evan dengan kamu, Chintya. Sadar diri dong." "Jadi maksud Mama, aku ini jelek, aku ini tidak menarik atau aku ini kurang bisa membuat Evan tertarik, Ma? Nggak Ma, Anak Mama itu yang salah. Sampai kini dia masih mengharapkan mantan kekasihnya itu!" Chintya menegaskan ucapannya. "Lagian aku heran, semenarik apa sih wa
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 35..Rencana mantan kekasih yang tersakiti

Bab 35. Rencana mantan kekasih yang tersakiti Setelah kepergian Saraswati yang penuh amarah, Evan duduk di kursinya dengan wajah yang penuh tekanan. Ia menghela napas panjang, menatap Anya yang masih berdiri di ruangan dengan ekspresi tenang, namun sorot matanya menunjukkan sesuatu yang sulit diartikan. Evan akhirnya berbicara, suaranya terdengar lebih lembut daripada sebelumnya. "Anya, kamu tidak usah mengambil pusing ucapan Mama. Apapun yang ia katakan nanti, jangan kamu masukkan ke dalam hati." Anya menatap Evan dengan mata yang sulit ditebak. "Baik," jawabnya singkat, lalu menundukkan kepala. Evan memperhatikan wajah Anya yang tetap datar, tetapi ia tahu betul di balik ketenangan itu pasti tersimpan perasaan yang berbeda. "Aku ingin kamu tahu," lanjut Evan, "Aku melakukan semua ini demi perusahaan. Tidak lebih." Anya menganggukkan kepalanya, tapi dalam hati ia berbisik, *Memangnya aku peduli? Aku tidak peduli, Evan. Tapi ibumu sudah sangat kelewatan. Aku sangat mem
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 36

Bab 36: Api Cemburu ChintyaSetelah malam pertemuan mereka di Kafe Melati, hubungan antara Evan dan Anya mulai memasuki babak baru. Meski awalnya Evan bersikeras menjaga jarak, pekerjaan yang melibatkan keduanya semakin membuat mereka sering bertemu. Proyek baru di perusahaan memberikan alasan yang kuat bagi mereka untuk menghabiskan waktu bersama, meskipun di balik itu semua, Anya memiliki rencana yang jauh lebih berbahaya—menghancurkan rumah tangga Evan dan merebutnya kembali. Chintya, di sisi lain, semakin merasa tersisih. Awalnya ia mencoba untuk tidak terlalu memikirkan kebersamaan Evan dan Anya, berusaha meyakinkan dirinya bahwa suaminya adalah pria yang setia. Namun, semakin hari, semakin banyak orang di kantor yang mulai berbicara tentang mereka. "Aku lihat tadi Pak Evan keluar makan siang dengan Bu Anya lagi," bisik seorang karyawan saat Chintya kebetulan melewati pantry. Chintya berhenti sejenak, menggigit bibirnya, lalu melanjutkan langkahnya dengan cepat seolah tidak
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 37

Bab 37: Kecurigaan Nathan Malam itu, di apartemen mewahnya yang terletak di pusat kota, Anya tengah sibuk membalas email dari Evan ketika suara pintu terbuka. Nathan masuk dengan langkah pelan, matanya menatap tajam ke arah wanita yang tengah duduk di sofa dengan ekspresi serius. Ia memperhatikan bagaimana Anya tampak begitu sibuk dalam beberapa hari terakhir, selalu menghindari percakapan mereka dengan alasan pekerjaan. Nathan berdeham pelan, membuat Anya tersentak sedikit sebelum menoleh ke arahnya. “Kamu kelihatan sibuk sekali akhir-akhir ini,” kata Nathan dengan nada datar, tapi sorot matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam. Anya tersenyum tipis, mencoba terdengar santai. “Ya, proyek di kantor sedang banyak. Bos baru sangat perfeksionis, jadi aku harus kerja ekstra.” Nathan berjalan mendekat, menatapnya lekat-lekat. “Bos baru?” ulangnya pelan. “Evan, maksudnya?” Anya menelan ludah, tetapi ia tetap berusaha tenang. “Iya, memangnya kenapa?” Nathan menyandarka
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 38.Luka yang Tak Termaafkan

Bab 38: Luka yang Tak TermaafkanMalam yang sunyi terasa menyesakkan di rumah Anya. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, memandangi jendela yang gelap. Di luar, lampu-lampu kota memancarkan cahaya redup yang seakan menggambarkan perasaannya saat ini. Dalam hatinya, ia berbicara pada diri sendiri.“Demi misi balas dendamku, maafkan aku, Nathan. Kamu pria yang baik, tetapi aku tidak bisa menerimamu untuk saat ini," kata-kata itu keluar setelah pertemuannya dengan Nathan beberapa saat yang lalu. dan Nathan sempat mengutarakan perasaannya ke Anya. "Padahal, aku sebenarnya mau denganmu, Nathan. Tapi untuk saat ini aku tidak bisa menerimamu Nathan. Maafkan aku. Mungkin kamu akan sangat kecewa padaku, Nathan," lanjutnya yang masih terbayang wajah Nathan. Anya memejamkan mata, membayangkan semua momen indah bersama Nathan. Senyuman lembutnya, cara Nathan selalu memperhatikannya, bahkan ketika ia sibuk dengan pekerjaannya. Namun, itu semua tidak cukup untuk menghentikannya. Ia sudah membuat pili
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 39

Bab 39: Pertemuan yang MenyayatPagi itu, Anya memutuskan untuk keluar dari rumah setelah semalaman tidak bisa tidur. Udara sejuk pagi yang biasanya menenangkannya kini tidak membantu sama sekali. Pikirannya penuh dengan bayangan Nathan dan Evan. Ia memutuskan untuk pergi ke swalayan kecil di dekat rumahnya, berharap mendapatkan sedikit distraksi. Saat memasuki swalayan, langkah Anya terhenti. Matanya langsung menangkap sosok Nathan yang sedang berdiri di depan rak minuman, mengenakan jaket kulit hitam yang biasa ia pakai. Jantung Anya berdegup kencang. Biasanya, Nathan selalu menyapanya lebih dulu, tetapi kali ini tidak. “Nathan?” panggil Anya, mencoba menarik perhatian pria itu. Nathan meliriknya sekilas, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke botol air mineral yang ada di tangannya. Ia tidak berkata apa-apa, hanya memasukkan botol itu ke keranjang belanjanya dan berjalan menjauh tanpa menoleh sedikit pun ke arah Anya. “Nathan, tunggu,” kata Anya lagi, mengejarnya. Namun,
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Bab 40. Balasan terhadap mantan kekasih

Bab 40Ruangan itu terasa sunyi ketika Evan duduk di belakang mejanya, mengamati Roy yang masih berdiri di hadapannya. Dengan ekspresi datar, ia melirik laporan yang baru saja diberikan Roy, lalu meletakkannya begitu saja tanpa membacanya. "Kamu boleh keluar," kata Evan akhirnya. Roy mengangguk dan berbalik menuju pintu. Namun, baru saja ia sampai di ambang pintu, suara Evan kembali terdengar. "Roy, panggil Anya untuk menemuiku sekarang juga." Roy sempat menoleh, sedikit bingung, tetapi ia tetap menjawab, "Baiklah, Pak." Dengan langkah cepat, ia berjalan menuju ruangan Anya. Setibanya di sana, ia mengetuk pintu dan melihat Anya yang tengah sibuk dengan pekerjaannya. "Anya, kamu dipanggil Bos Evan," katanya. Anya mengerutkan kening, tampak bingung. "Ngapain dia manggil aku? Padahal laporannya sudah aku letakkan di atas mejanya." Roy mengangkat bahu. "Mungkin ada yang salah dengan yang kamu buat." Anya menggeleng. "Gak mungkin. Aku sudah memastikan semuanya sebelum men
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status