Semua Bab Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon): Bab 71 - Bab 80

82 Bab

71. Keras Kepala Jenar

"Apa kita akan terus memperdebatkan ini, Mas. Bukankah harusnya kita bahagia dengan kabar kehamilanku ini." Padahal ini semua juga dari Jenar, kenapa dia seperti terbebani oleh masa kehamilannya. Bukannya bahagia dan terharu atas kehamilan yang dirasa, dia malah memikirkan pendidikannya. "Harusnya juga begitu," sahutnya dengan nada tenang, walau kenyataannya dia sangat ingin marah. Dia sungguh kecewa atas jawaban dari mulut isterinya, bagaimana bisa lebih mementingkan karir, ketika mereka sudah dipercaya memiliki keturunan. "Mas—" "Istirahatlah dan jaga dia dengan baik, jangan sampai apa yang hilang membuat kita menyesal, karena apa yang sudah pergi tidak akan kembali." Damar meletakkan nampan berisi makanan di nakas dan berjalan ke kamar mandi. Jenar menatap punggung kekar suaminya, dia keras kepala ingin tetap melakukan kegiatannya ketika kehamilannya masih sangat rentan, apalagi dengan kejadian seperti ini, Jenar harus jauh lebih hati-hati. "Tidak bisa, Dokter Jenar. H
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

72. Nasehat Mama

"Maaf membuat Mama datang, Damar ada pekerjaan keluar kota 2 hari dan tidak mau meninggalkan Jenar sendiri, jadi meminta Mama datang." "Kenapa minta maaf, Mama memang rencana datang setelah kemarin kalian memberi kabar bahagia ini. Sungguh, Mama tidak merasa keberatan, Mama merasa senang apalagi dengan kabar kehamilan Jenar, terima kasih, Nak."Susi datang ke Solo untuk menemani Jenar yang akan Damar tinggal untuk urusan pekerjaan, dia masih di rumah sakit dan sekarang sudah 4 hari, karena keinginan Damar juga, dia mau istrinya memulihkan kondisinya di rumah sakit daripada di rumah, ketika ditinggal bertugas dia akan di rumah sendiri. "Dia sangat keras kepala, dan ingin terus pulang. Aku harap Mama tidak membiarkannya turun tempat tidur," ujar Damar. "Lalu ke kamar mandi bagaimana sayang. Kan aku baik-baik saja, walau sedikit mual." "Tidak ada alasan apapun, bukankah kamu menggunakan catheter. Aku meminta Mama datang agar dia tidak canggung ketika aku harus meminta Ibu atau Mb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

73. Ditinggal Tugas.

"Tolong maafkan aku, Mas." Kembali Damar mencium kening Jenar. Mereka bicara sedikit berbisik karena takut jika Susi yang masih tidur akan terganggu. Apalagi masih begitu pagi ketika Damar datang. "Aku bantu ke kamar mandi biar Mama tidak repot." Seperti pagi biasa ketika di rumah sakit, Damar membantu isterinya membersihkan tubuh. Karena tidak boleh naik turun tempat tidur dulu, Damar selalu menggendong isterinya dan membantu membersihkan tubuh. Catheter Jenar sudah terlepas kemarin, itu juga anjuran dokter. Walau ada rasa khawatir jika isterinya malah akan banyak bergerak, Damar coba percaya jika isterinya akan menjaga calon bayi mereka. Perkembangannya memang baik, namun Damar ingin semua baik sampai Jenar bena-benar merasa sehat. "Kenapa, mual?" tanya Damar ketika menyodorkan sikat gigi pada istrinya. Jenar mengangguk pelan dengan tangan menutup mulut. Dia mual ketika akan gosok gigi, namun dia tetap harus membersihkan giginya. "Aku seperti bayi beberapa hari ini, karena M
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

74. Ingin Bertemu Suami

"Rumah rapi walau kamu sedang sakit, kalau bukan suami yang baik, apa coba. Yang banyak bersyukur, Nak." "Jangan terus memarahi anakmu, nanti dia malah kabur dan Damar menyalahkan kita tidak becus merawatnya," sahut Anggi pada besan yang juga temannya. Mereka dekat karena memang sudah berteman sejak lama. "Aku gemas padanya kalau sudah keras kepala." Yang di marahi hanya diam bersandar di ruang tengah rumah dinas Damar, baru tadi siang dia pulang dan sesampainya di rumah diperlakukan bak ratu karena tidak boleh melakukan apapun, apalagi Dokter bilang harus melewati trimester pertama ini agar janinnya benar-benar kuat untuk diajak melakukan kegiatan. "Kamu tidak menginginkan sesuatu, Je? Makan apa gitu?" tanya Wulan. "Apa ya, Mbak, pengen ketemu Mas Damar saja sih, gak pengen makan apa-apa." "Mau di tungguin suamimu ya. Sabar ya, Nak, kita di sini bersamamu. Lain kali kalau ada apa-apa bilang. Atau kamu mau pulang ke Jakarta saja agar bisa kita bantu," tutur Anggi. "Dan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

75. Ngidam

"Ngidam pengen suaminya pulang, bagaimana kalau jadi pindah tugas, akan sulit." Suara seseorang menghentikan tangis Jenar karena mendengarkan kata-kata itu. Hatinya semakin gelisah, dia hanya ingin suaminya pulang sekarang, agar merasa lega. "Aku telepon lagi nanti, aku bicara dulu dengan seniorku. Tidak apa-apa kan?" Meski bekerja di lingkup orang yang lebih tua, tidak membuat Damar besar kepala, karena dia juga masih baru di posisinya sekarang dan harus banyak belajar dari seniornya. "Sudahlah, makin bikin kesal saja." Jenar mematikan sambungan telepon begitu saja karena suaminya masih saja sibuk, padahal dia merindukannya. Lawan bicaranya hanya menatap layar ponsel sesaat panggilan masuk itu tertutup. Mood Jenae Hal seperti ini tidak biasa dia lakukan, mungkin juga karena efek hamil karena beberapa hari kemarin terus bersama dan sekarang ada tugas keluar kota. Namun, jika memang suaminya di pindah tugas, dia sunggu harus merelakan pekerjaannya untuk fokus pada keluarganya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

76. Wanita Tak Dikenal

Damar sampai di Bandara dan menunggu Dika yang akan menjemput, katanya mobil yang ditumpangi mengalami pecah ban di dekat Bandara, jadi Damar memilih menghampiri Dika menggunakan Taksi online. Jam menunjukan pukul 8 malam saat sampai di Solo. Rasa lelah dia rasakan, apalagi pesawat delay beberapa jam karena cuaca buruk. "Maaf, Komandan, harusnya saya tidak terlambat," ucap Dika ketika melihat Damar menghampirinya. "Apa sudah selesai?" Setelah meletakkan tas yang dibawa, Damar memghampiri Dika yang merapikan ban yang pecah itu ke bagasi, seperti baru selesai. "Mohon izin, baru selesai, Komandan, apa kita—" "Pak, tolong saya. Pria di sana mengikuti saya sejak tadi, bisakah saya pulang bersama dengan menggunakan motor di depan mobil Bapak."Seorang wanita pengguna jalan menghampiri Damar yang berniat akan pulang. Wanita itu tampak ketakutan ketika mengatakannya. Jalanan memang tidak begitu ramai, wanita itu langsung menghampiri Damar dan Dika. Wanita itu melihat Dika memakai seragam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

77. Pindah Tugas

"Komandan!" Dika datang dengan 4 anggota Polisi, mereka yang awalnya menantang Damar hampir akan pergi sebelum Polisi mengejar mereka dan menendangnya karena lari. "Bahu kiri Anda—" "Ini hanya goresan saja. Apa wanita tadi sudah aman?" tanya Damar. "Ternyata wanita itu dikejar karena motor yang dia gunakan dianggap kredit macet, 2 pria itu mengikutinya sejak keluar dari tempatnya bekerja," jelas Dika yang tau sedikit masalah wanita itu. Damar menemui wanita itu dan memastikan dengan benar masalah mereka. Setelah itu Damar coba mengobati lukanya sebelum dia pulang. Ini akan menjadi masalah untuknya, ketika Jenar tau. Jam munjukan pukul 12 malam ketika Damar sampai di rumah. Rasa bersalah terlihat jelas ketika melihat isterinya menunggu di ruang tamu sampai tertidur. "Bukankah Mas bilang sudah sampai Bandara sejak pukul 8. Kenapa baru pulang?" "Ada masalah tadi di jalan, kamu bisa pastikan pada Mbak Widi besok kalau bertemu. Akh!" Rintihan lirih ketika Damar membuka jaket
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

78. Semakin Sensitif Saja

"Puas sekali menggoda orang, sekarang malah tertawa," gerutu bumil yang masih pagi sudah bawel setelah mengobrol dengan suaminya. "Makanya kamu juga jawabnya begitu. Tenanglah, Sayang, aku masih lama di sini. Karir yang aku jalani di sini masih terbilang baru. Untuk rumah baru, nanti aku coba bicarakan dengan salah satu teman. Kita pilih yang nyaman untukmu." Damar hanya membohongi Jenar tentang pindah tugas ke Papua. Dia diperbolehkan untuk fokus di Batalyon dan juga istrinya. Apalagi kondisi kehamilan sang istri sedang tidak baik, meski harusnya mengutamakan tugas. "Kamu suka sekali menggoda isterimu, sepertinya masa kehamilan Jenar sangat manja. Dikit menangis, ingat menangis, apa yang dia mau menangis," sahut Susi. "Mama sudah rapi, mau ke mana?" tanya Damar. "Mama hari ini mau pulang, ada Wulan dan ibumu juga di sini. Nanti 3 bulanan Mama akan datang. Beberapa minggu saja kan. Titip anak Mama yang bawel ini, dia akan semakin merepotkanmu dengan tingkah manjanya," balas Susi.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

79. Rencana Gagal

"Izin, Pak Danyon. Apa kabar!" Dengan sikap hormat, orang dihadapan Damar menjabat sebelum dipersilahkan duduk kembali. "Lama tidak bertemu, Anda juga tidak ada kabarnya, ke mana saja?" Damar tampak senang teman satu satuan dulu datang berkunjung. "Aku masih menjalankan tugas ku di lapangan. Beruntung Anda sekarang sudah dengan tenang membuat rencana untuk Prajurit. Bekerja di balik meja kerja ini."Pria dihadapan Damar adalah seorang kapten, beliau pernah menjadi satu regu ketika penugasan. Belum lagi mereka sering di perintahkan untuk tugas sebelum akhirinya Damar menjadi seorang Komandan Batalyon sekarang. Mereka malah asyik bicara. Apalagi kedatangan Kapten Bambang memiliki sebuah tujuan bukan hanya saling sapa. Damar untuk pulang karena ada tamu, entah akan seperti apa Jenar nanti marah padanya, yang pasti dia tidak bisa pulang sekarang. "Tidak bisakah Anda bergabung latihan kita lusa, satuan mengadakan latihan gabungan aman bersama NKRI, jika mau saya kirimkan jadwalnya."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

80. Rujak Buah Serut

"Kenapa, sudah makan dan habiskan." Jenar hanya menatap makanan yang baru dia makan beberapa suap saja. Padahal tadi begitu senang bisa makan diluar berdua. Nyatanya, setelah mengisi perutnya beberapa suap, dia tidak ingin lagi. "Mas saja yang makan, aku mual." Mata yang berkaca-kaca tanda dia memang sedang menahan rasa mual. Kasihan juga jika sudah seperti ini, Jenar malah tidak bisa makan dengan lahap, rasa mual menyiksanya. Meski itu tanda baik, akan tetapi Damar kasihan pada istrinya. "Enak?" Jenar menangguk senang, dia menyedot susu pisang yang dia minum. Damar mengusap ujung kepala istrinya, dari makanan yang dipesan dia hanya makan 2 suap saja setelahnya Damar yang menghabiskan, dia sangat ingin makan itu, tapi malah mual. Jenar belum tau apa yang pas untuk perutnya, hanya susu pisang yang tidak membuatnya mual. "Maafkan aku, Mas," ucapnya. Usia kandungannya jalan 3 bulan, meski sesekali masih merasa sakit dibagian perutnya, kondisi kehamilan Jenar tetap terkontrol. Apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status