Semua Bab Belenggu Hasrat CEO : Bab 41 - Bab 50

80 Bab

41. Pertunjukan Maher

"Hafsah!" Hanan berlari dan memeluk adiknya dengan erat. "Abang," ucap Hafsah terkejut melihat kehadiran kakak lelakinya.Hanan memeluk dan memejamkan mata. Dia mencium kepalanya berulang kali, bibirnya gemetar ingin mengucapkan banyak hal tapi tersangkut di tenggorokan. Untuk pertama kali nya Hanan menangis setelah perpisahan selama satu bulan tanpa kabar berita dari Hafsah. Hafsah pun membalas pelukan kakak yang selalu ada untuknya sejak kecil. Selalu sembunyi-sembunyi untuk memberikan keinginan dirinya yang tidak mau dipenuhi oleh Hayati. Kini lelaki itu sudah tidak bisa didikte lagi. Dia sudah bisa melawan siapa pun demi sang adik."Abang kenapa tahu aku di sini?" tanya Hafsah pelan. Hanan menarik napas lalu melepaskan pelukannya. Matanya tajam menatap Maher yang berdiri tak jauh darinya di mana juga ada Vass yang memperhatikan semua orang."Aku mengikuti orang itu!" kata Hanan menunjuk Maher.Hafsah melihat ke arah Maher yang tetap berdiri dan mengangkat wajahnya. Tatapan Mahe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

42. Harimau Sumatera

Hanan tahu bahwa adiknya sudah melewati begitu banyak luka selama ini. Menghadapi rintangan tanpa seseorang di sampingnya. Kini, usianya pun sudah sangat dewasa dan sudah paham bagaimana luka dan cinta itu. Demi kebahagiaan Hafsah, Hanan menurunkan egonya dan mengetepikan kekesalannya pada Maher.Hafsah ikut mobil Hanan dan Maher mengikutinya dari belakang. Vass menyetir dengan sesekali melirik Hafsah yang bersandar di lengan kekar Hanan. Gadis itu tampak manja dan hilang dewasanya saat bersama sang kakak. Hanan mengusap punggung tangan Hafsah dengan lembut dan penuh perhatian."Bagaimana Maher menurutmu?" tanyanya melirik sang adik yang langsung pura-pura tidur."Aku tahu kamu tidak tidur! Jawab!" titah Hanan menepuk lembut pipinya, "terima dia agar kamu punya seseorang yang siap setiap waktu memanjakan kamu!"Hafsah membuka mata dan menatap kakaknya dengan manja tapi tajam. Dia mencubit hidung Hanan hingga lelaki itu memeluk."Lemah!" ejek Hafsah tertawa."Kamu gak boleh manja kayak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

43. Rencana pernikahan dan Aryan

Maher tetap tenang mendengar ancaman Hanan yang terdengar menakutkan. Tapi bagi lelaki itu lebih baik dia tiada dari pada perpisahan dari Hafsah. Sementara Hafsah merasakan jantungnya berdetak lebih cepat melihat ketenangan Hanan dan Maher. Namun, dibalik ketenangan Maher ada sesuatu yang terus berusaha dia redam, andai Hanan bukanlah kakak dari perempuan yang dia cintai mungkin keduanya telah adu otot."Jangan terus merayu adikku! Jika sungguhan kamar dia dan langsung ke KUA. Lelaki sejati tidak mengumbar janji, tapi memberi bukti!" tekan Hanan terus menatap calon adik iparnya.Maher menarik napas lalu melirik Hafsah."Aku sudah melamarnya," katanya melirik cincin di jari manis perempuan berjilbab yang duduk di dekat Hanan, "untuk pernikahan aku mau secepatnya. Apa kamu setuju Hafsah jika pernikahan kita diadakan minggu depan."Hafsah tercekat dan pandangannya tertuju pada Maher yang juga menatapnya. Udara di ruangan itu terasa berat dan sesak. Hatinya bergetar dan terasa menghanga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

44. kepanikan Maher

Malini melangkah dengan berat tapi hatinya berdegup saat mendengar penjelasan dokter. Dia sudah lama menantikan momen seperti ini. Tapi diujung keputusan asaannya dokter memberi kabar terbaik tentang Aryan. Dia mendorong pintu ruang ICU dan berdiri dengan gemetar saat melihat Aryan tersenyum dan mengangkat kedua tangannya."Aryan!" isak Malini hampir tak terdengar, dia tersenyum disela tangisnya."Mama!" ujar Aryan tersenyum lebar dan terus membuka kedua tangannya.Malini mempercepat langkahnya dan memeluk erat sang anak. Dia menangis tersedu dan menumpahkan segala kesedihan yang dia tahan sendiri. Lama suster membiarkan mereka sampai Malini menarik diri dan memukul pelan pipi anaknya yang tersenyum manja."Jangan ulangi lagi kayak gini, Aryan! Mama sendirian," katanya mengusap air mata yang terus menetes."Maaf, Mama!" Aryan tersenyum lalu menoleh ke pintu."Kamu lihat apa?" tanyanya ikut melirik ke pintu."Papa. Mana papa!" jawab Aryan menatap ibunya.Sejenak Malini menarik napas d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

45.; Mama juga kurang ajar!

Adnan berhenti di halaman mesjid. Kebetulan di sana ada pengajian yang dipimpin langsung oleh ustad ternama, dia pernah beberapa kali melihatnya di sosial media. Adnan berwudhu sebisanya lalu duduk berdempetan dengan jamaah lain. Matanya fokus pada jamaah yang bertanya atau mendengarkan dengan serius. Namun, dia berharap agar pengajian ini cepat selesai agar dia bisa bertanya secara pribadi.Satu jam berlalu semenjak kedatangan Adnan. Ustad mulai mengakhiri tausyiahnya, perlahan para jamaah mulai beranjak meninggalkan mesjid. Adnan masih setiap ditempatnya dan membiarkan orang-orang keluar. Ustad pun masih duduk di tempatnya dan minum. Adnan mendekati dan tersenyum setelah mengucap salam."Ada hal yang harus saya diskusikan dengan, Ustad. Semoga Anda mempunyai waktu luang dan memberikan pendapat atau solusi," kata Adnan setelah dia memperkenalkan diri."Insyaallah sebisa dan semampu yang saya tahu, saya akan menjawabnya," jelas Ustad tersenyum."Begini, Ustad. Boss saya ingin menikah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

46. Cheetah

"Terus berteriak dan membentakku, Ma! Bukankah hanya itu saja yang bisa mama lakukan? Foya-foya bersama teman-teman Mama, membeli barang yang mahal tapi tidak diperlukan, terus berusaha bagaimana menjadi pebisnis yang wanita yang handal dan tak terkalahkan. Mama haus pujian dan sanjungan! Mama ingin menjadi perempuan berdedikasi dan mandiri! Mama jadi wanita yang sukses tapi mama gagal menjadi seorang ibu! Mama gagal menjadi ibu yang baik untuk kami!"Hanan terus mengeluarkan amarah yang tertahan selama ini. Rahangnya mengeras dan sorot matanya tajam dengan tangan terkepal kuat. Dia tahu apa yang dilakukannya salah dosa. Dosa berkata kasar pada ibunya. Halimah pernah mengajarkannya agar banyak mengalah pada Hayati, karena walaupun bagimanapun surga seorang anak ada pada ibunya. Tapi Hanan hilang kendali ketika terus mendengar hinaan untuk adik perempuannya. Hanan hanya ingin Hayati menyadari kesalahannya dan menyayangi Hafsah."Anak durhaka kamu, Hanan! Anak kurang ajar!" teriak Hay
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

47. Lebih Berhak!

Tawa Hafsah meledak seketika. Dia menatap kakak lelakinya dengan geli. Tapi juga pikirannya membayangkan Maher digerubuti hewan yang berasal Afrika itu, di mana Maher berlari ketakutan sementara Hanan tertawa jahat."Kamu pernah tertawa lepas kayak gini di depan Maher?" tanya Hanan melirik adiknya sekilas lalu kembali fokus pada jalanan."Tidak. Aku gak pernah, selalu berusaha jaga sikap kecuali sama Abang, aku jadi diriku sendiri," katanya berusaha meredakan tawa."Jadi perempuan jangan terlihat banget murahannya, jangan terlihat banget cintanya dan mengharapkan dia. Lelaki akan cepat bosan dan merasa dibutuhkan jadi jadi dia akan bertindak sesuka hatinya," jelas Maher membelokkan mobil masuk ke parkiran perusahaan Maher."Hmm, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Jangan cemaskan aku!" jawab Hafsah keluar dari mobil.Para karyawan dan satpam menatap kedatangan Hafsah dengan lelaki berbeda. Bahkan Hanan ikut masuk dengan tatapan dingin dan mahal senyuman. Hafsah berjalan di sisi kakak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

48. Dasar Protektif

"Please, Hanan, jangan seperti ini. Di sini aku pemilik perusahaan jadi aku yang berhak memutuskan kontrak karyawan. Kamu gak berhak!" jelas Maher menghadang mereka."Jadi ini alasanmu tidak memberikan Hafsah ruangan sendiri?" tanya Hanan menatap Maher.Maher menunduk gelagapan. Matanya tak fokus sementara Hanan terus menatapnya dengan tatapan menghunus jantung. Dua lelaki itu saling serang melalui tatapan dan sikapnya. Meski pada akhirnya Maher menegakkan tubuh agar tampak tak kehilangan wibawa di hadapan karyawannya."Perhatian semua!" katanya bertepuk tangan, "minggu depan saya akan menikah dengan Hafsah! Hari tanggal dan waktunya bisa kalian lihat di website perusahaan nanti. Kalian harus datang tapi tidak perlu membawa hadiah. Cukup datang dan doakan saja!"Karyawan menggeleng frustasi dan penuh kecewa. "Pak, Kenapa harus Bu Hafsah? Kami juga mau!" celetuk salah satu karyawan dengan berderai air mata, "anda menghancurkan harapanku.""Hafsah ini bukan asal kenal yang saya tarik j
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

49. Siapa Gadis Itu?

"Aku sudah mengambil keputusan." Hanan menghela napas sambil menatap keduanya bergantian. "Hafsah akan resign sampai dia sah menjadi istrimu. Setelah kalian sah menjadi suami istri terserah kalian, aku juga akan kembali ke Padang. Tapi kali ini ... sebelum kamu berjabat tangan dengan mensahkan Hafsah dengan wali hakim. Aku tidak bisa membiarkan kalian berdua. Pahamilah!" katanya menatap Maher serius."Ikutlah pulang denganku, kita akan ke apartemen dan menyusun barang-barangmu dan menemui designer ternama untuk baju kalian nanti. Kamu fokuslah bekerja sebelum masa cuti honeymoon dan sebelum nikah! Banyak persiapan dan waktu semakin menipis."Maher akhirnya pasrah dan menerima keputusan Hanan. Lelaki itu tak bisa mencegah kepergian Hafsah pulang bersama kakaknya. Menemui klien pun terpaksa ditemani oleh yang lain dan untuk sementara waktu posisi Hafsah digantikan oleh Reo. Lelaki yang ditunjuk sebagai sekretaris meski dia belum ahli desain seperti Hafsah tapi Maher mencoba memberikan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

50. semakin berdebar

Maher membeku, tangannya gemetar dan suaranya melembut. Lelaki itu bingung harus jujur ataukah tetap diam dan tidak menjelaskan siapa perempuan yang akan dinikahinya. Tapi dia yakin, cepat atau lambat Malini akan mengetahui atau dia sendiri yang akan mengenalkannya pada keluarganya bahwa Hafsah adalah perempuan yang dia cintai saat ini."Nanti Teteh akan tahu! Akan kukenalkan jika sudah sah menjadi istriku nanti. Tapi dia gadis yang baik. Percayalah ... pilihanku tidak salah," jelas Maher dengan penuh keyakinan.Malini menghela napas panjang. "Baiklah, Teteh tidak akan memaksa!" "Aku tutup, Teh. Mau lanjut kerja," jelas Maher sambil mematikan sambungan telepon dengan kakaknya."Ya Allah semoga Maher bertemu dengan perempuan yang baik, yang bisa menerima segala kekurangannya, yang siap menerima masa lalunya," bisik Malini menutup wajah dengan kedua tangan.Malini kembali ke ruangan di mana Aryan di rawat dan masih dipantau dokter. Dia tersenyum lalu mengecup kening sang anak. Aryan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status