Semua Bab Belenggu Hasrat CEO : Bab 21 - Bab 30

33 Bab

21. Kedatangan Big Boss

Hanan menarik napas yang terasa berat saat mendengar ungkapan perasaan ibunya. Dia mundur dan memilih ke kantor yang lain untuk memeriksa keadaan. Dia sedang menghindari Hayati demi menjaga agar dirinya tidak lepas kontrol saat bicara dengan orang yang telah melahirkannya.Di mobil, Hanan melirik semua pejalan kaki yang memakai cadar. Bahkan sesekali dia menghentikan mobil lalu turun menyapa perempuan yang memakai pakaian yang sama dengan sang adik."Hafsah kamu kemana, Dek!" Hanan memukul angin dan menendang mobilnya hingga alarm tanda bahaya berbunyi.Di Jakarta, siang ini Hafsah memilih berjalan sendiri menyusuri trotoar. Tiga hari sudah di sini dan terus mencari pekerjaan apa saja. Namun, setiap lowongan yang tersedia sudah terisi saat didatangi. Terasa berat dan ingin menyerah dengan keadaannya. Namun, ucapan Hayati dan Gio menjadi cambuk agar dirinya kuat dan jangan sampai menyerah.Hafsah duduk di taman dengan tatapan menatap semua orang dan memperhatikan apa saja kegiatannya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

22. Melamar Pekerjaan

Adnan dan pengawal lainnya mengawasi mereka dengan ketat sebelum polisi datang. Maher meminta semua orang merapikan kantor dengan beberapa orang mengumpulkan semua laporan untuk diberikan kepadanya.Maher merasa selama ini dia terlalu fokus dengan perusahaannya di Bandung. Juga terlalu sibuk mencari Hafsah meski gadis itu selalu ada di dekatnya. Maher memejamkan mata sambil membayangkan bagaimana pertemuan demi pertemuan yang menguras perasaannya.Lamunannya buyar ketika polisi datang dan langsung membawa lima orang itu. Meski mereka teriak dan memberontak, tapi tidak menyurutkan polisi untuk melakukan tugasnya. "Proses mereka seadil-adilnya, Pak. Dia akan mengurus segalanya," kata Maher menunjuk Adnan. "Anda tenang saja, Pak. Semua akan berjalan secara adil dan sesuai hukum. Kami akan proses secepatnya," jawab polisi membawa mereka dan mendorongnya masuk ke mobil khusus tahanan.Maher menarik napas lalu menatap kantor dengan perasaan yang sulit diungkapkan. Dia masuk dan melihat p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

23. Ide Hafsah

Hafsah mengangkat wajah menatap ke asal suara yang menyebut namanya. Sementara Maher langsung berdiri seiring Hafsah menatapnya. Ada rindu di saat dua mata itu saling bertemu, ada suara yang tercekat disaat ingin menyapa lebih lanjut. "Maher, eh, hai!" sapa Hafsah gugup karena dia tidak mengira bahwa Maher adalah pemilik perusahaan ini."Eh, jangan gugup. Meski aku juga," kekehnya mengajak Hafsah ke sofa dekat jendela, "kamu di sini?"Hafsah menarik napas lalu duduk di hadapan Maher dengan meletakkan tas di pangkuannya. Dia gugup dan merasa ini sebuah kejutan."Aku gak nyangka bakal ketemu kamu di sini. Padahal aku sudah menghindari orang-orang yang mengenaliku. Aku juga sudah menutup diri dari segala hiruk pikuk keluargaku. Bahkan aku gak lagi memikirkan Bandung demi ketenangan semua orang. Tapi nyatanya ....''"Tenanglah, Hafsah. Aku profesional kok. Aku gak mau ikut campur urusan kamu sama teteh Malini. Aku di sini lagi nyari sekretaris." Maher menatap Hafsah yang sedang meredakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

24. Mengantar Hafsah

"Uangku banyak, Hafsah! Membayar gaji karyawan bukanlah suatu hal yang berat bagiku," kata Maher dengan nada sedikit tinggi, "aku orang kaya. Tujuanku menjual ini agar modal awal tak terbuang sia-sia dengan menjadikan mebel ini pajangan tak berguna!""Maaf, Pak. Maksud saya juga begitu. Maafkan jika saya salah ucap," ujar Hafsah menunduk merasa salah telah terlalu mengatur.Maher menatap Hafsah dan langsung salah tingkah. Dia lupa memposisikan sikap saat dengan Hafsah. Lelaki itu menggaruk batang hidung yang tidak gatal lalu berdehem seraya lihat kiri dan kanan."Maaf, Hafsah. Maksud saya juga begitu," jelas Maher lalu meninggalkan Hafsah dan pegawai lelaki yang langsung melirik Hafsah dengan menahan tawa."Big Boss aneh," katanya tersenyum dan Hafsah menarik napas panjang."Dibersihkan ini semua ya, Pak. Kalau ada yang perlu di cat ulang, lakukan. Setelah itu kita akan lakukan promosi," jelas Hafsah."Baik, Bu," jawab pegawai.Lelaki itu mulai melakukan tugasnya. Menyisihkan beberap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

25. Kepedihan Malini

"Gak usah, Maher. Aku bisa pulang naik kendaraan yang lain," tolak Hafsah lembut hingga matanya menyipit menandakan dia sedang tersenyum.Tunjukkan senyumanmu, Hafsah."Masuklah! Aku akan mengantarmu, ini sudah terlalu sore," ujar Maher memaksa.Hafsah menarik napas lalu melangkah dan duduk di sisi Maher. Setelah itu lelaki tampan itu melajukan mobil dalam kecepatan sedang. Wangi maskulin menusuk hidung Hafsah menembus cadarnya. Dadanya berdegup kencang ketika aroma tubuh Maher mengangguk ingatannya ketika lelaki itu memeluknya erat di saat Hafsah berniat bu-nuh di-ri.Sementara Maher melirik Hafsah yang tampak santai duduk di sisinya. Tatapan gadis itu lurus ke depan. Maher tak kalah gelisah mencium aroma lembut yang menguar dari tubuh Hafsah. Dia memilih diam dan tak banyak bicara demi menenangkan hati dan pikirannya. Maher takut terlalu menunjukkan kepeduliannya."Depan belok kanan, Maher," ujar Hafsah memecah keheningan.Maher mengangguk sambil menaruh satu telunjuk di batang hidu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

26. Gadis Itu

"Jangan memikirkan dia. Untuk sekarang kita harus fokus ke Aryan. Pikirkan keselamatannya dan bagaimana caranya agar dia pulih seperti sediakala. Setelah itu baru pikirkan tentang gadis itu," ujar Gio menatap Malini.Jauh dalam lubuk hati Malini, dia sangat mengkhawatirkan Hafsah. Namun, kekecewaan pada Gio jauh lebih menusuk hatinya. Malini tahu dan paham bagaimana Hafsah selama ini. Tapi dua orang itu hanya memikirkan ego dan harga dirinya."Kamu benar, Mas. Kita harus fokus pada kesembuhan Aryan. Tapi aku tidak pernah melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Kamu menipuku selama puluhan tahun. Kamu mengabaikan kesetiaan dan kejujuranku. Aku tahu Mas, pernikahan kita sebab perjodohan bisnis orang tua kita. Tapi, sebelum hubungan di buat, maka keputusan itu harus tepat. Kamu memilihku sebagai istrimu, tapi hatimu memilih dia. Ini sakit, Mas. Aku kecewa dan sulit memaafkanmu!" "Malam itu aku khilaf, Malini," jelas Gio menunduk."Iya aku tahu. Itu alasan yang klise sekali. Kamu ahli
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

27. Aroma Apa Ini?

Maher mengepalkan tangan dengan jemari saling merapat kuat. Matanya tajam dengan dada bergetar hebat. Seluruh tubuh seakan kehilangan keseimbangan di saat pikirannya tertumpu pada sosok gadis di club malam kala itu."Adnan, bagaiman gadis yang kita temui di bar malam itu? Kamu sudah mendapatkan kabar tentang dia?" tanya Maher menelepon asistennya yang ada di kamar ujung apartemennya."Semenjak kita kembali ke Jakarta saya belum mendapatkan kabar apa pun, Tuan. Utamanya semenjak tuan Aryan kecelakaan di Padang. Fokus kita terpecah antara tuan Aryan dan perusahaan," jelas Adnan."Tetap cari tahu dia di mana. Aku ingin sekali bertemu dengannya!" titah Maher menutup panggilan lalu membanting ponsel ke sisinya.Bayangan gadis itu terlintas jelas dibenaknya. Maher mengerang frustasi dengan menggusar rambut sehingga berantakan dan menutup sebagian matanya. Bibirnya menyebut sesuatu yang samar dengan jemari saling merangkai. Angin kencang bertiup melalui kaca balkon hingga meniup tirai.Hafs
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

28. Berharap

Hafsah melirik ke sana kemari mencari sesuatu yang tercium oleh Maher. Setelah itu dia menggeleng sambil menatap lelaki itu."Apa?" tanya Maher menatap Hafsah karena hari ini tampak fres sekali, "kamu tidak mencium aroma makanan di sini?"Hafsah melirik kotak bekalnya lalu menariknya pelan dan menyembunyikan di laci. Maher menatap penuh selidik sambil terus melangkah."Itu apa?" tanyanya lagi mencondongkan tubuh pada Hafsah hingga aroma maskulinnya menusuk hidung."Ini kotak bekal saya, Pak," jawab Hafsah."Kamu bawa bekal?" Maher menarik diri lalu bersandar di meja miliknya sambil menyilangkan kedua kakinya.Hafsah mengangguk."Kenapa?""Saya ingin fokus bekerja dan males jajan di luar, Pak!""Dasar perempuan!" decih Maher tertawa.Hafsah menunduk sembari memainkan ujung jilbabnya. Dia belum begitu terlalu mengenal Maher. Belum tahu bagaimana sifat lelaki itu, hanya yang membekas di pikiran Hafsah adalah ketika dia menyelamatkan dirinya malam itu. Jemarinya kembali menekan keyboard
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

29. Cemburu

Hanan berdiri lalu merapikan jasnya. Tatapannya lurus tapi tajam. Sejenak dia menarik napas setelah itu melangkah keluar dari ruangannya. Dia menuju pos satpam tempat anak buahnya berkumpul menanti dirinya."Ale!" panggil Hanan tegas."Siap, Boss!" Lelaki bernama Ale itu berdiri dan langsung memberi hormat ala tentara."Selidiki ke bandara tentang Hafsah. Tanyai orang-orang di sana apa mereka benar melihat Hafsah atau tidak. Paksa mereka menjelaskannya!" titah Hanan menatap anak buahnya."Siap, laksanakan, Boss!" jawab mereka lantang.Hanan mengangguk lalu berbalik meninggalkan mereka. Sejenak Ale menatap bingung lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Boss!" Ale mengejar Hanan dengan wajah takut.Hanan berhenti dan langsung menoleh serta menatap tajam."Maaf, Boss! Apa boleh saya minta foto nona untuk ditunjukkan pada orang-orang yang kami tanyai?" tanya Ale dengan wajah takut juga panas dingin."Aku akan mengirimnya ke nomor kamu!" balas Hanan kembali melanjutkan langkahnya.,Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

30. Kemenangan Yang membuat Pingsan

Lavina menyandar di dinding dengan mata memanas dan dada yang terasa sesak. Mengakhiri segalanya demi mempertahankan cinta untuk Maher tapi nyatanya lelaki itu tak jua peka. Teman masa kuliah serta rekan bisnis ayahnya itu tak paham bagaimana hati gadis yang selalu menyebut namanya di dalam doa dan setiap waktu.Lavina mengabaikan tatapan orang-orang yang meliriknya penuh tanya. Dia fokus pada perasaannya yang begitu tertekan dengan keadaannya."Maher ...." Akhirnya air mata itu lolos juga membasahi pipinya.Sementara lelaki yang tengah disebut menatap lurus ke depan di dalam mobilnya. Sesekali dia melirik Hafsah yang menatap jalanan. Tangannya memegang perut yang terasa lapar. Ya Allah aku lapar? Masa harus bilang ke Maher? Mana makanan kutertinggal lagi.Hafsah memejamkan mata dengan menggigit bibirnya. Maher menatapnya dengan dahi mengernyitkan. Tampak mata Hafsah memejam dengan kuat."Hafsah kamu kenapa?" tanyanya.Hafsah menggeleng, "gak papa, Pak," jawab Hafsah tersenyum."Semo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status