Home / Romansa / Belenggu Hasrat CEO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Belenggu Hasrat CEO : Chapter 11 - Chapter 20

33 Chapters

11. kaget

Usai berdebat dan mengamuk di kantor, Hayati menuju rumah sakit untuk cek up rutin. Apalagi semenjak kepulangan Hafsah, emosinya sering tak terkendali meski itu adalah ciri khasnya. Kepalanya sering merasa berat dan pusing jika telah berhadapan dengan Hafsah. Dan kali ini dia kembali menemukan kenyataan yang tak ingin dia ketahui.Saat akan kembali, Hayati melihat Hafsah dan Hanan di depan IGD. Tak mau menemui mereka, Hayati memilih mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Saat ini langkah kakinya menuju IGD dan masuk dengan menahan amarah. Di dalam sana, ada tiga pasien yang tak sadarkan diri. Dan semuanya lelaki dengan satu berusia tak berbeda dengan Aryan. Hayati kebingungan menatap dua orang itu, sulit mengenalinya karena saat bertemu, Hayati lebih fokus ke Hafsah."Ibu ingin menemui siapa?" tanya perawat menghampiri Hayati yang berdiri menatap ketiga pasien."Korban kecelakaan," jawabnya."Ketiganya korban kecelakaan, Ibu," jelas perawat ramah.Hayati tersenyum lalu melangkah
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

12. Perubahan Rencana

"Maher di Padang? Ngapain?" tanya Gio dengan raut wajah penuh tanda tanya.Malini menggeleng, lalu menutup telepon setelah meminta Maher menemui Aryan dan menemaninya sebelum dia datang. Malini mengirim pesan kepada Hafsah mengabarkan akan kedatangan dirinya. Hafsah hanya menatap ponsel tanpa membuka aplikasi. Pikirannya masih kacau dan sulit untuk berpikir."Aku merasa heran, kenapa Maher suka sekali melakukan apa pun tanpa memberitahumu. Ya, aku tahu dia sudah dewasa dan bisa mengurus dirinya sendiri. Tapi soal hubungan kalian? Seperti tidak ada kedekatan yang hangat. Bukan seperti adik dan kakak," ujar Gio menarik napas lalu melirik istrinya dari samping.Malini tak menjawab atau menjelaskan yang sebenarnya, tanpa sepengetahuan Gio, Maher sering menemuinya dan bersikap hangat dan manja. Tapi di saat ada Gio, maka Maher akan bersikap dingin dan tak terkendali. Alasannya? Hanya author yang tahu."Udahlah, Mas. Kita fokus ke Aryan saja. Semoga dia baik-baik saja. Aku cemas," balas Ma
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

13. Aku Anakmu, Papa!

Di depan ruang ICU rumah sakit, suasana terlihat tegang. Hanan terus menggenggam tangan Hafsah. Sedangkan Maher berdiri tak jauh dari mereka. Diam, dan mengawasi situasi dengan pergerakan mata. Sesekali dia melirik Hafsah, matanya teduh dengan ukiran yang sempurna. Tanpa tambahan eyeliner dan make-up lainnya. Tapi di mata Maher, dia bisa memastikan bahwa Hafsah adalah sosok yang cantik.Malini telah berada di pesawat. Tinggal menunggu waktu sekian menit maka dia akan mendarat di bandara internasional Minangkabau. Pun jarak dari bandara ke rumah sakit hanya tiga puluh menit. Di sisi lain, kondisi Aryan menurun. Dokter dan perawat berlari masuk ke ICU. Semua kaca di tutup dengan kain membuat Maher dan Hafsah panik dan cemas."Apa yang terjadi? Ada apa dengan Aryan?" tanya Hafsah menyentuh pintu dengan cemas.Maher tak menjawab. Dia menunduk tajam menatap lantai. Sedang Hanan tak bereaksi apa pun. Di dalam, Aryan mengalami kejang dan beberapa kali muntah dengan cairan merah merona. Dok
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

14. Terus Terluka

Tatapan Gio melemah seiring jatuhnya dia ke lantai. Sementara Hafsah terus terisak menangisi takdirnya. Hampir enam tahun bertemu dan lima tahun dalam kedekatan dia tak menyadari bahwa Gio adalah ayahnya. Gio pun tak kalah terkejut, selama itu dan hampir setiap hari melihat Hafsah. Jauh dari lubuk hatinya, Gio merasakan sesuatu hal yang istimewa untuk Hafsah. Entah karena dia memang menginginkan anak perempuan atau karena kasihan saja.Hari ini, rasa itu terjawab sudah dengan kenyataan yang dibawa Hafsah. Kenyataan yang disembunyikan Hayati selama dua puluh tiga tahun. Gio mendengar banyak hal kisah Hafsah dari istrinya, tapi dia tidak tahu bahwa kisah menyedihkan itu berawal dari dirinya."Selama dua puluh tiga tahun aku sendirian, Papa. Aku meringkuk memeluk luka tanpa kasih sayang mama. Aku menderita setiap hembusan napasku. Karena Papa, mama berpisah dengan suaminya dan aku yang menanggung akibat itu." Tangisan Hafsah menggelegar meluapkan emosinya. Hanan memeluk dengan erat semen
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

15. Siapa Dia?

Hanan memeluk Hafsah yang sudah berdiri di hadapan Hayati. Gadis itu gemetar dipelukan Hanan. Dadanya naik turun mengatur napas agar tetap stabil. Sementara Hayati menatap tajam putrinya. Dia tak menyangka bahwa Hafsah bisa menjawab dan menentangnya. Perempuan paruh baya itu menggeleng dengan senyuman sinis."Akhirnya kamu menunjukkan sisi asli kamu, Hafsah!" ujarnya tertawa mengejek. "kamu memang tidak bisa dibentuk dan terlanjur rusak!""Iya, Ma. Itu benar! Tapi semuanya terjadi karena aku tidak pernah diajari dengan kebenaran dan dibentuk dengan kasih sayang. Sejak dalam perut Mama aku selalu dihina dan dicaci. Padahal aku tidak akan terlahir ke dunia ini jika Mama dan lelaki itu tidak membuatku malam itu! Karena kenikmatan satu malam Mama bersama dia, aku yang harus menderita! Mama dengar aku! Aku menderita karena kesalahan Mama!" teriak Hafsah untuk pertama kalinya."Hafsah, tenanglah!" bisik Hanan memeluk adiknya."Tidak, Bang. Di dalam tubuhku mengalir darah Hayati yang egois d
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

16. Dasar Perempuan

Tangisan Hafsah hilang ditengah derasnya hujan. Tubuhnya gemetar tak mampu menahan rasa sakit yang terus menghujam jantungnya. Namun, tangan besar dan jemari bak tiang jembatan itu kokoh memeluknya erat. Bahkan semakin membenamkan wajah Hafsah ke dadanya. Perlahan isakan itu mereda meski sekujur tubuh mereka telah basah kuyup."Kemarilah." Maher menarik Hafsah ke mobilnya. Lalu mengambil handuk dibelakang dan memberikannya pada Hafsah.Saat itu, Maher pulang dari rumah sakit dan menuju hotel. Di perjalanan dia melihat Hafsah berdiri linglung di pinggir jalan dengan air mata yang membanjiri. Awalnya dia abaikan karena tidak ingin peduli dan terseret masalah. Namun, di saat Hafsah menutup area bibir dan hidungnya dengan kedua tangannya seketika Maher kaget menyadari bahwa gadis itu adalah anak tiri kakaknya."Kamu basah kuyup. Aku antar ke rumahmu," ujar Maher menatap Hafsah dengan intens. Matanya tak berkedip melihat ukiran indah sang pencipta yang terpampang nyata di hadapannya."Ti
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

17. Jangan Panggil Aku Papa

"Kamu yakin ingin ke sana? Ketemu kakakku dan suaminya?" tanya Maher saat mereka sudah duduk di mobil."Iya. Aku harus menghadapi apa pun yang terjadi. Meski setelah ini mungkin umma tidak mau lagi bicara denganku tapi setidaknya umma tahu bahwa semua ini bukan kesalahanku. Yaaah .... mungkin umma akan butuh waktu untuk berdamai dengan semua ini. Dan aku juga tidak akan menganggu mereka lagi. Setelah semuanya jelas, aku akan pergi, Maher. Aku akan menjauh dari semua orang. Karena tidak ada siapapun yang menginginkan kehadiranku. Bunuh diri pun bukanlah solusi katamu. Jadi sebaiknya aku pergi," jelas Hafsah dengan suara bergetar.Maher meliriknya sekilas lalu kembali fokus menyetir. Dia paham keadaan dan perasaan gadis itu. Tapi untuk bertindak, dia juga bingung, siapa yang harus dibelanya. Antara Hafsah dan kakaknya tentu keduanya sangat membuatnya dilema.Maher melirik ponselnya yang berdering. Malini menghubungi dan memintanya datang ke ICU. Entah apa yang dipikirkan kakaknya itu
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

18. Memulai Hidup Baru

Hafsah menunduk pilu, merasa dirinya adalah noda yang tidak akan pernah bisa dihapus. Sebuah keberadaan yang membawa rasa malu jika diketahui banyak orang. Hafsah berdiri dan menepis tangan Hanan yang sigap menolongnya. Bumi seakan berputar dan dia berpijak di atas sesuatu yang lunak. Terasa lengket dan berat untuk melangkah. Dia melangkah meninggalkan Hanan yang terus memanggilnya."Pantas saja kalian cocok dan papaku meninggalkan Mama! Kalian sekufu dan sefrekwensi!" Hanan menatap ibunya penuh kecewa."Hanan!""Saya minta maaf atas segalanya," ujar Gio menatap Hanan.Hanan maju dengan tangan terkepal kuat lalu dia memukul Gio tanpa bisa menolak. Pukulan itu tiba-tiba membuat lelaki itu terhuyung. "Aku mungkin tidak bisa menjadi kakak yang baik untuk Hafsah! Tapi aku tidak pernah mengecewakannya dan mengatakan hal buruk tentangnya! Kamu ayahnya! Kamu yang membuat dia ada bersama mamaku! Dan sekarang kalian abai? Silakan pertanggung jawabkan perbuatan kalian di hadapan Tuhan! Karma i
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

19. Permainan Perasaan

"Ya!" Hafsah membuka pintu dan melihat seorang perempuan yang memakai pakaian yang sama dengannya bersama ibu kost. Hanya beda warna saja."Dia melihatmu masuk ke sini, lalu saya jelaskan kamu penghuni baru. Dia juga berpakaian yang sama sepertimu jadi dia ingin berteman," jelas ibu kost menatap perempuan di sisinya lalu Hafsah."Tapi untuk saat ini saya belum bisa berteman dengan siapa pun. Saya butuh waktu untuk sendiri," balas Hafsah, "maaf!"Perempuan bercadar itu mengangguk lalu menarik ibu kost. Hafsah pun menarik napas dan menutup pintu."Aku mohon, jagalah dia dan terus kabari aku tentang apa pun yang terjadi padanya." Maher melepaskan cadar dan kerudung panjangnya."Anda aneh sekali, Pak. Jika Anda mencintainya, menyayanginya mengapa Anda tidak katakan saja padanya. Kenapa harus menyamar seperti ini. Dasar aneh!" jelas ibu kost menatap Maher yang tampak lucu dengan pakaian perempuannya."Kamu ingin uang kan? Mau?" tanya Maher menggerakkan seikat uang merah di hadapan perempua
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

20. perjalanan yang sulit

Hafsah tiba di kost dan langsung menyusun barang sesuai tempatnya. Setelah itu salat magrib lalu mengaji sambil menunggu waktu isya. Dia harus terbiasa dengan ruangan sempit tanpa sekat. Ruangan lega tanpa batas itu akan menjadi temannya beberapa waktu kedepan.Azan isya berkumandang dengan syahdu. Hafsah menyentuh dada dengan memejamkan mata, dia merasakan sesuatu yang damai serta menenangkan. Lalu dia berdoa di antara azan dan iqamah. Berharap langkah yang diambilnya berjalan sesuai rencana. Tak apa jika tidak ada lagi keluarga yang diharapkannya. Toh selama ini hanya dia yang berharap, sementara kedua orang tuanya tak menginginkan.Usai salat isya, Hafsah menyantap makanan yang dibelinya tadi. Sambil menyuap makanan, dia mengecek ponsel dan membuat akun baru di ponsel barunya. Dengan data dan nama baru meski di dunia nyata namanya tetap Hafsah. Setelah itu dia mengecek lowongan pekerjaan yang diiklankan. Tak ada yang sesuai kemampuannya. Toh selama ini dia memulai usaha atas bantua
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status