Home / Romansa / Belenggu Hasrat CEO / 16. Dasar Perempuan

Share

16. Dasar Perempuan

Author: Siska Cahaya
last update Last Updated: 2025-01-10 12:45:39

Tangisan Hafsah hilang ditengah derasnya hujan. Tubuhnya gemetar tak mampu menahan rasa sakit yang terus menghujam jantungnya. Namun, tangan besar dan jemari bak tiang jembatan itu kokoh memeluknya erat. Bahkan semakin membenamkan wajah Hafsah ke dadanya. Perlahan isakan itu mereda meski sekujur tubuh mereka telah basah kuyup.

"Kemarilah." Maher menarik Hafsah ke mobilnya. Lalu mengambil handuk dibelakang dan memberikannya pada Hafsah.

Saat itu, Maher pulang dari rumah sakit dan menuju hotel. Di perjalanan dia melihat Hafsah berdiri linglung di pinggir jalan dengan air mata yang membanjiri. Awalnya dia abaikan karena tidak ingin peduli dan terseret masalah. Namun, di saat Hafsah menutup area bibir dan hidungnya dengan kedua tangannya seketika Maher kaget menyadari bahwa gadis itu adalah anak tiri kakaknya.

"Kamu basah kuyup. Aku antar ke rumahmu," ujar Maher menatap Hafsah dengan intens. Matanya tak berkedip melihat ukiran indah sang pencipta yang terpampang nyata di hadapannya.

"Ti
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Belenggu Hasrat CEO    17. Jangan Panggil Aku Papa

    "Kamu yakin ingin ke sana? Ketemu kakakku dan suaminya?" tanya Maher saat mereka sudah duduk di mobil."Iya. Aku harus menghadapi apa pun yang terjadi. Meski setelah ini mungkin umma tidak mau lagi bicara denganku tapi setidaknya umma tahu bahwa semua ini bukan kesalahanku. Yaaah .... mungkin umma akan butuh waktu untuk berdamai dengan semua ini. Dan aku juga tidak akan menganggu mereka lagi. Setelah semuanya jelas, aku akan pergi, Maher. Aku akan menjauh dari semua orang. Karena tidak ada siapapun yang menginginkan kehadiranku. Bunuh diri pun bukanlah solusi katamu. Jadi sebaiknya aku pergi," jelas Hafsah dengan suara bergetar.Maher meliriknya sekilas lalu kembali fokus menyetir. Dia paham keadaan dan perasaan gadis itu. Tapi untuk bertindak, dia juga bingung, siapa yang harus dibelanya. Antara Hafsah dan kakaknya tentu keduanya sangat membuatnya dilema.Maher melirik ponselnya yang berdering. Malini menghubungi dan memintanya datang ke ICU. Entah apa yang dipikirkan kakaknya itu

    Last Updated : 2025-01-11
  • Belenggu Hasrat CEO    18. Memulai Hidup Baru

    Hafsah menunduk pilu, merasa dirinya adalah noda yang tidak akan pernah bisa dihapus. Sebuah keberadaan yang membawa rasa malu jika diketahui banyak orang. Hafsah berdiri dan menepis tangan Hanan yang sigap menolongnya. Bumi seakan berputar dan dia berpijak di atas sesuatu yang lunak. Terasa lengket dan berat untuk melangkah. Dia melangkah meninggalkan Hanan yang terus memanggilnya."Pantas saja kalian cocok dan papaku meninggalkan Mama! Kalian sekufu dan sefrekwensi!" Hanan menatap ibunya penuh kecewa."Hanan!""Saya minta maaf atas segalanya," ujar Gio menatap Hanan.Hanan maju dengan tangan terkepal kuat lalu dia memukul Gio tanpa bisa menolak. Pukulan itu tiba-tiba membuat lelaki itu terhuyung. "Aku mungkin tidak bisa menjadi kakak yang baik untuk Hafsah! Tapi aku tidak pernah mengecewakannya dan mengatakan hal buruk tentangnya! Kamu ayahnya! Kamu yang membuat dia ada bersama mamaku! Dan sekarang kalian abai? Silakan pertanggung jawabkan perbuatan kalian di hadapan Tuhan! Karma i

    Last Updated : 2025-01-13
  • Belenggu Hasrat CEO    19. Permainan Perasaan

    "Ya!" Hafsah membuka pintu dan melihat seorang perempuan yang memakai pakaian yang sama dengannya bersama ibu kost. Hanya beda warna saja."Dia melihatmu masuk ke sini, lalu saya jelaskan kamu penghuni baru. Dia juga berpakaian yang sama sepertimu jadi dia ingin berteman," jelas ibu kost menatap perempuan di sisinya lalu Hafsah."Tapi untuk saat ini saya belum bisa berteman dengan siapa pun. Saya butuh waktu untuk sendiri," balas Hafsah, "maaf!"Perempuan bercadar itu mengangguk lalu menarik ibu kost. Hafsah pun menarik napas dan menutup pintu."Aku mohon, jagalah dia dan terus kabari aku tentang apa pun yang terjadi padanya." Maher melepaskan cadar dan kerudung panjangnya."Anda aneh sekali, Pak. Jika Anda mencintainya, menyayanginya mengapa Anda tidak katakan saja padanya. Kenapa harus menyamar seperti ini. Dasar aneh!" jelas ibu kost menatap Maher yang tampak lucu dengan pakaian perempuannya."Kamu ingin uang kan? Mau?" tanya Maher menggerakkan seikat uang merah di hadapan perempua

    Last Updated : 2025-01-14
  • Belenggu Hasrat CEO    20. perjalanan yang sulit

    Hafsah tiba di kost dan langsung menyusun barang sesuai tempatnya. Setelah itu salat magrib lalu mengaji sambil menunggu waktu isya. Dia harus terbiasa dengan ruangan sempit tanpa sekat. Ruangan lega tanpa batas itu akan menjadi temannya beberapa waktu kedepan.Azan isya berkumandang dengan syahdu. Hafsah menyentuh dada dengan memejamkan mata, dia merasakan sesuatu yang damai serta menenangkan. Lalu dia berdoa di antara azan dan iqamah. Berharap langkah yang diambilnya berjalan sesuai rencana. Tak apa jika tidak ada lagi keluarga yang diharapkannya. Toh selama ini hanya dia yang berharap, sementara kedua orang tuanya tak menginginkan.Usai salat isya, Hafsah menyantap makanan yang dibelinya tadi. Sambil menyuap makanan, dia mengecek ponsel dan membuat akun baru di ponsel barunya. Dengan data dan nama baru meski di dunia nyata namanya tetap Hafsah. Setelah itu dia mengecek lowongan pekerjaan yang diiklankan. Tak ada yang sesuai kemampuannya. Toh selama ini dia memulai usaha atas bantua

    Last Updated : 2025-01-15
  • Belenggu Hasrat CEO    21. Kedatangan Big Boss

    Hanan menarik napas yang terasa berat saat mendengar ungkapan perasaan ibunya. Dia mundur dan memilih ke kantor yang lain untuk memeriksa keadaan. Dia sedang menghindari Hayati demi menjaga agar dirinya tidak lepas kontrol saat bicara dengan orang yang telah melahirkannya.Di mobil, Hanan melirik semua pejalan kaki yang memakai cadar. Bahkan sesekali dia menghentikan mobil lalu turun menyapa perempuan yang memakai pakaian yang sama dengan sang adik."Hafsah kamu kemana, Dek!" Hanan memukul angin dan menendang mobilnya hingga alarm tanda bahaya berbunyi.Di Jakarta, siang ini Hafsah memilih berjalan sendiri menyusuri trotoar. Tiga hari sudah di sini dan terus mencari pekerjaan apa saja. Namun, setiap lowongan yang tersedia sudah terisi saat didatangi. Terasa berat dan ingin menyerah dengan keadaannya. Namun, ucapan Hayati dan Gio menjadi cambuk agar dirinya kuat dan jangan sampai menyerah.Hafsah duduk di taman dengan tatapan menatap semua orang dan memperhatikan apa saja kegiatannya.

    Last Updated : 2025-01-16
  • Belenggu Hasrat CEO    22. Melamar Pekerjaan

    Adnan dan pengawal lainnya mengawasi mereka dengan ketat sebelum polisi datang. Maher meminta semua orang merapikan kantor dengan beberapa orang mengumpulkan semua laporan untuk diberikan kepadanya.Maher merasa selama ini dia terlalu fokus dengan perusahaannya di Bandung. Juga terlalu sibuk mencari Hafsah meski gadis itu selalu ada di dekatnya. Maher memejamkan mata sambil membayangkan bagaimana pertemuan demi pertemuan yang menguras perasaannya.Lamunannya buyar ketika polisi datang dan langsung membawa lima orang itu. Meski mereka teriak dan memberontak, tapi tidak menyurutkan polisi untuk melakukan tugasnya. "Proses mereka seadil-adilnya, Pak. Dia akan mengurus segalanya," kata Maher menunjuk Adnan. "Anda tenang saja, Pak. Semua akan berjalan secara adil dan sesuai hukum. Kami akan proses secepatnya," jawab polisi membawa mereka dan mendorongnya masuk ke mobil khusus tahanan.Maher menarik napas lalu menatap kantor dengan perasaan yang sulit diungkapkan. Dia masuk dan melihat p

    Last Updated : 2025-01-17
  • Belenggu Hasrat CEO    23. Ide Hafsah

    Hafsah mengangkat wajah menatap ke asal suara yang menyebut namanya. Sementara Maher langsung berdiri seiring Hafsah menatapnya. Ada rindu di saat dua mata itu saling bertemu, ada suara yang tercekat disaat ingin menyapa lebih lanjut. "Maher, eh, hai!" sapa Hafsah gugup karena dia tidak mengira bahwa Maher adalah pemilik perusahaan ini."Eh, jangan gugup. Meski aku juga," kekehnya mengajak Hafsah ke sofa dekat jendela, "kamu di sini?"Hafsah menarik napas lalu duduk di hadapan Maher dengan meletakkan tas di pangkuannya. Dia gugup dan merasa ini sebuah kejutan."Aku gak nyangka bakal ketemu kamu di sini. Padahal aku sudah menghindari orang-orang yang mengenaliku. Aku juga sudah menutup diri dari segala hiruk pikuk keluargaku. Bahkan aku gak lagi memikirkan Bandung demi ketenangan semua orang. Tapi nyatanya ....''"Tenanglah, Hafsah. Aku profesional kok. Aku gak mau ikut campur urusan kamu sama teteh Malini. Aku di sini lagi nyari sekretaris." Maher menatap Hafsah yang sedang meredakan

    Last Updated : 2025-01-18
  • Belenggu Hasrat CEO    24. Mengantar Hafsah

    "Uangku banyak, Hafsah! Membayar gaji karyawan bukanlah suatu hal yang berat bagiku," kata Maher dengan nada sedikit tinggi, "aku orang kaya. Tujuanku menjual ini agar modal awal tak terbuang sia-sia dengan menjadikan mebel ini pajangan tak berguna!""Maaf, Pak. Maksud saya juga begitu. Maafkan jika saya salah ucap," ujar Hafsah menunduk merasa salah telah terlalu mengatur.Maher menatap Hafsah dan langsung salah tingkah. Dia lupa memposisikan sikap saat dengan Hafsah. Lelaki itu menggaruk batang hidung yang tidak gatal lalu berdehem seraya lihat kiri dan kanan."Maaf, Hafsah. Maksud saya juga begitu," jelas Maher lalu meninggalkan Hafsah dan pegawai lelaki yang langsung melirik Hafsah dengan menahan tawa."Big Boss aneh," katanya tersenyum dan Hafsah menarik napas panjang."Dibersihkan ini semua ya, Pak. Kalau ada yang perlu di cat ulang, lakukan. Setelah itu kita akan lakukan promosi," jelas Hafsah."Baik, Bu," jawab pegawai.Lelaki itu mulai melakukan tugasnya. Menyisihkan beberap

    Last Updated : 2025-01-19

Latest chapter

  • Belenggu Hasrat CEO    80. akhir sebuah keputusan

    Adnan terjaga karena dering ponsel yang begitu nyaring di sisinya. Lelaki itu masih di apartemen lama milik Maher, dia bangkit dan menatap layar dengan mengusap mata, mengusap dan berjalan ke jendela menyibak tirai, membiarkan cahaya masuk menyinari kamarnya."Ada apa?" tanyanya menatap langit biru."Perempuan itu kabur, Boss!" ungkap anak buahnya."Apa!" Adnan terperanjat dan berpaling dengan cepat, "bagaimana bisa!" "Tiba-tiba ada asap setelah itu kami semua pingsan. Saya memeriksa botol yang dilempar ternyata asap bius, Boss. Perempuan itu kabur saat kami pingsan," jelasnya."Cari Lavina! Temukan dia atau sesuatu yang buruk akan terjadi!" Adnan mengusap wajah dengan kasar."Baik, Boss!"Adnan duduk dengan cemas tapi otaknya terus berpikir. Lavina bukan gadis lemah seperti yang Maher pikirkan. Lavina bukan gadis lima tahun lalu yang begitu mengharapkan dan siap mati untuknya. Sekarang ada seseorang yang membantunya untuk balas dendam."Bagaimana cara memberitahu, Tuan. Apa kutelep

  • Belenggu Hasrat CEO    79. Cinta Yang Hilang

    "Maher," rengek Hafsah mendadak mendayukan suaranya."Ah, merduanya suara itu menyebut namaku." Maher menyentuh dada dan memejamkan mata sambil tersenyum membuat Hafsah tersipu malu."Mandilah!" titah Hafsah sambil menyodorkan handuk baru ke hadapan suaminya.Maher menarik pergelangan tangan Hafsah hingga gadis itu menabrak dada bidang lelaki tinggi putih itu. Hafsah terkesiap dan langsung memeluk Maher karena takut jatuh membuat Hafsah memejamkan mata. "Maher." Hafsah berusaha melepaskan dekapan suaminya tapi Maher tetap mempertahannya."Aku selalu menggenggam angin saat Hanan memelukmu. Berharap waktu cepat berlalu dan tiba di mana aku dan kamu halal. Kini ... aku akan selalu memelukmu. Tidak akan kubiarkan Hanan memelukmu," katanya dengan tegas."Dia kakakku," kekeh Hafsah membuat Maher mengangkat wajahnya."Aku tahu," katanya tersenyum, "tapi aku akan balas dendam padanya. Tenang saja aku sudah mengundang Hanan dan oma untuk makan siang. Sekalian perkenalan rumah baru kita.""Ma

  • Belenggu Hasrat CEO    78. Kekaguman Maher

    Suara desir angin dari balkon bertiup samar hingga menggoyangkan tirai. Menyebarkan wangi dari aroma lilin yang berkelip manja di sudut ruangan."Malam ini ... aku Rajanya," bisik Maher, suaranya terdengar rendah tapi cukup menggema di ruangan yang hanya ada mereka saja.Hafsah merasakan jemari Maher menyentuh pundaknya. Menariknya dalam kehangatan yang belum pernah dirasakan selama ini. Hafsah menahan napas saat Maher mengikis jarak antara mereka. Hafsah hanya bisa diam, tidak bisa melawan"Aku membelenggumu dengan cinta dan kesetiaan, Hafsah. Malam ini dan seterusnya aku dan kamu menjadi kita. Aku akan menjadi pelindung dan penjagamu, Istriku. Aku akan selalu menjadi garda terdepan dalam hidupmu," bisiknya seperti mantra yang mengalun indah sekaligus membunuh keberanian Hafsah untuk menatap suaminya.Hafsah menunduk dan membeku saat bayangan Maher tertangkap di mata indahnya. Napasnya berembus di permukaan kulit membuat bulu kuduknya berdiri. Hafsah ingin lari saja tapi kakinya sepe

  • Belenggu Hasrat CEO    77. Gadis malam itu

    Langkah kaki Maher mendekat menyongsong Hafsah yang masih menatap dalam diam. Hafsah menoleh dan langsung panik saat melihat Maher berdiri di depannya dengan sorot mata penuh kelembutan dan cinta. Menatap tersenyum.Hafsah menunduk dengan meremas jemarinya. Dia merasa gugup saat tangan besar itu menarik jemarinya yang lentik. Hafsah menoleh ke samping saat Maher menariknya lebih ketengah. Menampakkan Hafsah seutuhnya di antara cahaya lilin yang berkelip tertiup angin.Maher menatap Hafsah dengan mata menyipit. Dadanya berdegup lebih kencang dan kakinya gemetar. "Hafsah, kamu?" Maher menggeleng tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Lelaki itu mengangkat dagu istrinya agar lebih tegap lagi."Aku tidak percaya ini, Hafsah?" ujar Maher mengitari Hafsah dengan keterkejutan yang tidak bisa disembunyikannya.Tampilan Hafsah mirip dengan malam itu. Malam di mana dia berani duduk dipangkuan Maher dengan rambut panjang dan dress yang lebih pendek meski yang dipakai saat ini lebih pendek da

  • Belenggu Hasrat CEO    76. Sebuah Hubungan Yang Halal

    Aryan mengumpat kesal karena panggilannya diabaikan. Aryan masuk ke dalam mobil dan menatap layar ponsel yang masih menampilkan notifikasi panggilan telepon yang diabaikan oleh Maher. Tak patah semangat, dia kembali menekan nomor Maher dengan cemas tapi juga kesal.Aryan merasa kesal dan kecewa. Dia tidak mengerti mengapa Maher mengabaikan panggilan telepon darinya. Apakah dia tidak ingin berbicara dengan aku? Apakah dia tidak peduli dengan perasaanku?Aryan memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada lelaki yang tengah tersenyum bahagia menyambut kedatangan Hafsah pasca dirinya usai mengucapkan ijab kabul. Aryan berharap dia akan membalas dan menjelaskan mengapa dia mengabaikan panggilannya.Tapi Adnan hanya diam menyimpan ponsel di saku jasnya."Tidak apa-apa, Oma. Aku hanya ingin tahu mengapa kamu tidak menjawab panggilanku," tulisnya lalu mengirimkan pesan kepada Maher.Tapi hingga beberapa jam kemudian, lelaki yang dipanggil Oma atau Om Maher itu masih belum membalas pesan darin

  • Belenggu Hasrat CEO    75. kenapa harus Maher

    Hafsah mengangguk dengan menggigit bibirnya. Bersiap untuk segala kemungkinan yang akan terjadi malam ini. Maher melepaskan jarum pengait di kerudung Hafsah. Satu persatu dengan pelan tangan itu menarik jarum dan meletakkan ditempat khusus di meja rias yang telah dipenuhi bedak milik Hafsah.Azan ashar berkumandang membuat Hafsah secara reflek menghentikan pergerakan tangan Maher."Kita salat dulu," katanya menatap suaminya."Sendiri-sendiri dulu ya. Aku merasa belum pas takut salah," jelas Maher."Pelan-pelan kita belajar bareng. Gak papa kita coba," ajak Hafsah meyakinkan suaminya yang mengangguk juga pada akhirnya."Tapi mukenaku," bisik Hafsah menyadari dia tidak datang dengan membawa satu barang apa pun.Maher mengusap pipi itu untuk pertama kalinya membuat Hafsah membeku merasakan sesuatu dalam dirinya mengalir lebih cepat. Lelaki itu melangkah menuju walk-in closet. Tak lama dia kembali dengan mukena putih di tangannya."Ini," katanya menyodorkan kehadapan Hafsah, "pakailah!

  • Belenggu Hasrat CEO    74. Aku Akan Menjagamu!

    Maher menatap pantulan dirinya dicermin. Dia tampak gagah dengan balutan jas hitam serta rambut yang tertata rapi. Berulangkali dia menarik napas guna mengurangi kegugupan. Maher begitu gugup untuk menjalani hari ini."Rasanya menghadapi penjahat tidak segugup ini!" katanya menarik napas.Maher keluar dari kamar melewati kilauan cahaya dan kebahagiaan para tamu undangan. Ruangan dipenuhi bunga-bunga yang wanginya samar terbawa angin tapi mampu menusuk hidung ditambah lampu kristal yang menggantung mewah di langit-langit ruangan. Para tamu tersenyum dan berbisik kagum saat Maher melewatinya. Aura positif begitu menguar dari dirinya. Tampan dan berkelas. Halimah, Hanan, Puti dan Vass tersenyum menikmati pemandangan dua insan yang akan bersatu dalam ikatan suci."Kuharap setelah ini anda selanjutnya, Boss," bisik Vass yang langsung mendapat tatapan tajam dari Hanan. Maher duduk di hadapan penghulu dengan Hanan sebagai saksi dari pihak Hafsah dan Adnan dari pihak Maher. Halimah berdoa

  • Belenggu Hasrat CEO    73. menuju pernikahan

    Hayati diam. Dia sadar sebagai ibu sudah sangat keterlaluan kepada putrinya. Namun, di balik sikap keras dan tidak pedulinya, perempuan itu menyimpan luka dan kesedihan yang tidak bisa dibaginya dengan siapa pun. Sejak dia mengetahui hamil Hafsah, suaminya langsung berubah dan menanyakan tentang kehamilan. Hayati yang tidak pernah disentuh suaminya sejak beberapa bulan lalu tiba-tiba hamil tentu saja menjadi pertanyaan oleh suaminya. Suaminya jadi curiga, dingin, dan menolak satu ranjang dengannya. Bahkan saat Hayati jujur bahwa dia telah berselingkuh, suaminya memilih menceraikannya sesaat setelah melahirkan.Hayati menjadi marah dan terhina diceraikan didepan dokter dan perawat yang membantu proses melahirkannya. Namun, mereka tidak tahu penyebab perceraian itu. Andai saat itu Hayati bisa menjaga diri dan marwah rumah tangganya maka segalanya tidak akan terjadi. Di dalam kehidupan sehari-hari dan pergaulan antara lelaki dan perempuan ada batasan dan aturannya dalam Islam. Terutam

  • Belenggu Hasrat CEO    72. Lebih Menyedihkan

    "Aryan," isak Malini menutup bibir dengan kedua tangannya."Pemahaman agamaku lemah, Pa. Tapi aku tahu bahwa setetes saja seorang suami membuat air mata istrinya jatuh, maka disetiap langkahnya akan dilaknat oleh para malaikat." Aryan menatap Gio dengan kepala terangkat. "Aku sangat kecewa kepadamu, Papa. Sangat!"Aryan meninggalkan Gio yang membeku dan tidak menyangka akan ucapan Aryan. Selama ini lelaki itu selalu menunjukkan cinta dan hormat padanya. Tak pernah mengatakan hal buruk padanya. Tapi kali ini, Aryan bicara dengan tegas dan kepala terangkat. Lelaki itu menyesali segala perbuatannya tapi segalanya telah menjadi masa lalu yang tidak bisa diubah.Aryan mengambil dompet dan jaketnya di lemari lalu keluar bersama Vino menggeret koper miliknya. Lelaki itu melewati Gio begitu saja. Tapi dia memeluk Malini dan mencium keningnya. Sama setiap kali dia akan pergi, Aryan akan melakukannya. Malini hanya diam dan sedikit mengangguk saat Aryan meminta izin padanya."Aku berangkat, Ma,"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status