Semua Bab GADIS DESA PENAKLUK HATI TUAN MUDA : Bab 21 - Bab 30

72 Bab

BAB. 21 Mulai Memata-matai

Di kafetaria kampus, Dahlia bertemu dengan Lilian dan Junot yang sedang menikmati makan siang.Dari aromanya, sang gadis tahu jika makanan itu hasil masakan Lilian."Cie, yang dimasakin sama Lilian? hanya untuk Junot saja, kah? tanya Dahlia dengan wajah cemberut."Hai Dahlia, apa kabar?" sapa, Junot."Ada di rumah buat kamu, Dahlia. Oh yah bagaimana tugas dari Pak Andi?" Tanya Lilian, kepada saudaranya itu."Aman dong, aku dapat nilai A+!" ucapnya senang."Wah selamat ya, Dahlia." ujar Lilian ikut senang.Tiba-tiba ponselnya bergetar dia lalu membuka ponselnya, dan ada pesan masuk dari Noah untuknya.Noah : "Sayang, aku sudah menunggumu di parkiran." demikian isi pesan dari Noah."Lilian, gue cabut dulu ya? Gue mau ganti shift sama Dita di tempat kerja.""Tolong jaga sepupu gue ya, Mas Junot!" ucap Dahlia kepada pria itu."Beres, Dahlia!" gawab Junot tegas."Ih.., apaan sih, memangnya aku anak kecil? Yang harus selalu dijagain?" gerutu Lilian."Ha-ha-ha," Junot tertawa bahagia mende
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

BAB. 22 Jalan-jalan Ke Pantai

Setelah makan siang di kafetaria kampus, Junot mengajak Lilian untuk berjalan-jalan ke Pantai Indah Kapuk di daerah Jakarta Utara. Hari itu cerah, matahari bersinar dengan lembut, menyinari kota metropolitan Jakarta yang sibuk. Junot dan Lilian memasuki mobil, bersiap untuk perjalanan menuju pantai yang indah itu."Apakah kamu siap, Lilian?" tanya Junot sambil memasang sabuk pengamannya."Siap, Mas Junot! Aku sangat penasaran dengan pantai yang ada di Jakarta," jawab Lilian dengan mata yang berbinar-binar.Sepanjang perjalanan, Lilian tak henti-hentinya melihat keluar jendela mobil. Gedung-gedung tinggi, jalan-jalan yang ramai, dan hiruk-pikuk kota benar-benar memukau baginya. Jakarta dengan segala kemegahannya sungguh berbeda dari desa tempat tinggalnya yang tenang dan hijau."Jakarta benar-benar luar biasa, ya? Aku tidak pernah melihat gedung setinggi ini sebelumnya," ucap Lilian dengan penuh kekaguman.Junot tersenyum mendengar antusiasme Lilian. "Iya, Jakarta memang kota yang sib
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

BAB. 23 Memilih Untuk Jujur

"Selamat datang Tuan Muda," ujar salah satu pekerja di vila itu."Halo, Maid." sapa Junot sopan."Selamat datang Nona Lilian," sang maid juga tidak lupa menyapa calon kekasih tuan mudanya.Lilian yang disapa seperti itu, hanya bisa tersenyum dan masih terheran-heran kenapa perempuan paruh baya itu, mengetahui namanya."Kamu duduk dulu ya, aku mau ganti baju," ujarnya, lalu mengusap rambut Lilian.Tanpa malu, Junot membuka bajunya di hadapan Lilian. Otot-otot tubuhnya yang kokoh bak roti sobek terpampang nyata di depan mata gadis itu. Lilian sejenak terpesona dan terus menatap tubuh Junot tanpa berkedip sekali pun."Ini baju ganti Anda, Tuan." ucap sang maid. Lilian buru-buru melepas tatapan matanya dari tubuh atletis milik pria itu.Junot tersenyum simpul saat melihat Lilian terpesona dengan otot-otot di tubuhnya."Silakan diminum tehnya, Nona." Sang maid datang lagi ke ruangan itu dan menawarkan teh untuk Gretcheel."I ... iya, terima kasih." ucap Lilian terbata. Dia masih saja bing
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

BAB. 24 Lilian Sangat Kecewa

“Oh, jadi segampang itu rupanya kamu menganggapku, Mas? Kamu tidak tahu, jika aku merasakan sakit dibohongi olehmu?" Junot seakan mati kutu mendengar perkataan sang gadis yang sungguh menusuk itu."Lilian, Please. Maafkan aku yang sudah membohongimu. Itu semata-mata aku lakukan agar komunikasi diantara kita tetap lancar. Aku tahu berbohong itu salah, makanya aku jujur kepadamu, sekarang!" hardiknya marah, karena Lilian tetap keras kepala."Kamu kok jadi marah gitu, sih?" Lilian mulai menitikkan air matanya. karena dibentak oleh Junot. Dia lalu menyeka air matanya. Seraya berkata,"Antarkan aku pulang, Mas!" lirihnya."Lilian, Please. Maafkan aku." Junot terlihat memelas kepada gadis itu."Kamu mau mengantarku pulang, atau aku akan pulang sendiri?" ujarnya, lalu siap-siap beranjak untuk pergi."Tunggu, Lilian!" Junot mencoba menggenggam tangannya."Lepas, Mas! Aku nggak sudi tangan ku di pegang oleh seorang pembohong!" Junot segera melepas tangannya dari Lillian karena mendengar perka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

BAB. 25 Menyimpan Rahasia

Dahlia membiarkan Lilian menangis dalam pelukannya tanpa mengatakan apapun.Lilian merasa lega setelah menangis dalam pelukan saudaranya."Aku tidak memaksamu untuk bercerita sekarang. Apakah kamu sudah makan?" tanya Dahlia kepada Lilian.Lilian mengangguk, lemah. "Ya sudah, kamu istirahatlah. Aku juga mau mandi." Lilian pun kembali berbaring dan mulai menangis lagi.Lalu Dahlia keluar dari kamarnya. Dia sangat kaget melihat Bu Jayanti."Ibu? Ibu dari, dari mana?" tutur Dahlia saat melihat Bu Jayanti baru masuk ke dalam rumah."Ya ampun, Dahlia. Ibu jadi kaget. Ibu kirain kamu, siapa." Bu Jayanti seketika memegang dadanya, yang menandakan jika dirinya memang benar-benar terkejut."Lagian Ibu, sih. Masuk ke dalam rumah dengan mengendap-endap gitu. Ayo, Ibu habis dari mana nih?" goda Dahlia."Pak Rantonya mana, Bu?" tanya Dahlia lagi."Mas Ranto baru saja pulang, oups!" Bu Jayanti langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya."Cie ... cie, sudah ada panggilan sayang segala nih!" go
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

BAB. 26 Kabar Dari Rumah Sakit

Sebuah panggilan telepon,Nyonya Meli :"Halo, Mas. Lastri, Mas. Anak kita." isaknya Mami Meli histeris.Tuan Jhon :"Apa? Maksud kamu apa, Meli?"Nyonya Meli :"Lastri mencoba mengakhiri hidupnya, Mas. Segera datang ke sini?" Nyonya Nyonya Meli lalu menyebutkan sebuah nama rumah sakit kepada Tuan Jhon. "Antarkan saya ke rumah sakit, segera!" perintahnya kepada pengawal pribadinya bernama Toni. Tak lupa, dia menyebutkan sebuah nama rumah sakit ternama di Jakarta.Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Tuan Jhon bertanya-tanya maksud perkataan istrinya.Ternyata Tuan Abian lebih duluan sampai ke rumah sakit.Sesampai di rumah sakit, Tuan Abian mengendap-endap masuk ke sebuah ruangan yang ada di rumah sakit tersebut. "Mas Abian," lirih Nyonya Melo. Dia langsung memeluk kekasih hatinya itu sambil menyerahkan selembar kertas hasil test DNA, Lastri.Alangkah terkejutnya Tuan Abian, saat melihat jika Lastri 99,9% adalah darah dagingnya."Lastri? Apakah ini benar?" Cecarnya."Iya Mas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

BAB. 27 Teringat Masa Lalu

"Tentu saja Papa keberatan! Apakah kamu tidak punya pilihan lain? Begitu banyaknya wanita-wanita cantik di Jakarta ini, masa kamu memilih gadis desa itu? Mau ditaruh di mana muka Papa jika semua orang tahu menantu Papa berasal dari desa?" tutur Tuan Abian mengeluarkan isi hatinya."Oh, begitu? Baiklah lebih baik aku pergi dari sini!" ujarnya lalu hendak melangkah keluar dari ruang kerja ayahnya.“Noah! Kamu mau ke mana?" Kejar sang ayah, dia menghadang Noah di depan pintu."Aku mau pulang! Untuk apa aku di sini?" ketusnya."Noah, tolong bantu Papa kali ini," mohonnya lagi."Aku akan membantu Papa, tapi Papa juga harus menyetujui syarat dariku!" Tuan Abian terdiam mendengar keinginan sang putra."Apakah kamu tidak ada pilihan lain, Noah?""Aku tidak ada pilihan lain Papa! Aku hanya mencintai Dahlia!" Tuan Abian, lagi-lagi tersentak mendengar nama perempuan pilihan anaknya yang memiliki nama yang sama dengan mendiang istrinya yang sudah lama meninggal."Apakah karena namanya sama denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

BAB. 28 Masih Menyimpan Amarah

"Pasien dinyatakan meninggal pukul 16.00 WIB," penjelasan dokter yang mengatakan jika istrinya telah meninggal dunia sontak membuat Tuan Abian histeris. Dia lalu memeluk tubuh kaku istrinya dan mengucapkan kata maaf ribuan kali.Namun tubuh kaku Nyonya Dahlia sudah tidak merespon sama sekali.Sejak istrinya meninggal, Tuan Abian telah bersumpah untuk tidak akan menikah lagi. Karena dalam hati dan pikirannya tidak ada satu wanita pun yang mampu menggantikan posisi mendiang Dahlia di dalam hatinya. Bahkan mulai saat itu, dia memupuk dendam kepada Tuan Jhon. Akhirnya pun Tuan Abian diam-diam mendekati Nyonya Meli, calon istri dari Tuan Jhon kala itu dan menjalin hubungan gelap dengannya sampai mereka pun memiliki anak dari hasil hubungan gelapnya itu.Kembali di ruang kerja Tuan Abian,"Papa! Papa, kenapa?" Noah tampak mengguncang-guncang tubuh ayahnya. "Eh iya, Noah." ujarnya gugup, lalu mengusap air matanya yang mengalir keluar."Papa menangis, ya?""Ha-ha-ha ternyata Tuan Abian yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

BAB. 29 Tidak Suka Dibohongi

Junot hanya bisa melihat kepergian perempuan yang sudah mencuri hatinya itu memasuki kampus tempat dia menimba ilmu.Setelah sang pria mengetahui jika Lilian sudah semakin memasuki area kampusnya. Dia pun memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dengan perasaan sesak di dadanya.Sementara Harjo mulai melancarkan aksinya. Dia pun pura-pura menabrak Lilian. "Ma ... maaf," ucap Lilian, kepada Harjo."Maaf, Mbak. Saya yang salah. Ini buku-buku, Anda." Dia lalu menyerahkan beberapa buku milik Lilian yang ikut terjadi saat mereka tabrakan tadi."Iya, terima kasih." ujar sang gadis lalu mencoba berlalu dari hadapan Harjo."Mbak, maaf bolehkah saya bertanya?" serunya, sopan."Iya, silakan. Anda mau nanyain, apa?" Jawabnya, datar."Perpustakaan di sebelah mana, ya?" "Oh perpustakaan, itu ...." Lilian pun memberitahukan arah di mana perpustakaan kampus terletak. "Terima kasih, Mbak." tutur Harjo sopan."Sama-sama," jawab Lilian lalu kembali melangkah menuju ke perpustakaan.Harjo yang juga h
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

BAB. 30 Bermain Panas

"Ting-ting-ting ...." Lilian terpaksa mendentingkan sendoknya di gelas. Karena jika tidak, Harjo dan Puput akan terus saling menatap."Halo? Saya masih ada di sini! Apakah kalian mendengar saya?" tanyanya kepada keduanya yang membuat mereka bergantian melihat ke arah Lilian."He-he-he. Sorry, Lil. Sungguh gue terpesona dengan temanmu ini!" seru Puput tanpa rasa malu.Lalu ketiganya pun memulai pembicaraan seputar perkuliahan.Lilian mencoba untuk fokus kuliah walaupun terkadang, dia masih mengingat tentang Junot dan ada sedikit kerinduan untuk pria itu. Sudah hampir sebulan lebih komunikasi diantara mereka sudah tidak ada lagi. Lilian sengaja memblokir nomor ponsel Junot. Dia ingin menata kembali hatinya untuk tetap tegar.Saat berada di kampus,Ponsel Harjo bergetar, di jam kuliah sedang berlangsung. Dia diam-diam melirik ponselnya. Ternyata dari Tante Belva. Untung saja jam, perkuliahan baru saja selesai, dia pun segera pamit keluar ruangan untuk menjawab telepon dari tante kesayan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status