Home / Romansa / Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya / Kabanata 161 - Kabanata 170

Lahat ng Kabanata ng Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya: Kabanata 161 - Kabanata 170

233 Kabanata

Bab 161 Kesempatan Kedua

Sudut pandang Valerie:Aku berhenti, tetapi aku tidak tahu bagaimana harus berbalik.Untuk waktu yang lama, aku terhenti di sana, dan selama itu, Marcel menunggu dengan sabar di belakangku.Betapa indahnya jika dia mengajukan pertanyaan ini kepadaku di titik mana pun dalam pernikahan kami. Jika dia meragukan Alisa sedikit saja di sepanjang waktu ketika aku masih berharap, aku akan langsung memberitahunya yang sebenarnya. Jika aku memiliki sedikit kepercayaan bahwa dia akan memercayaiku, aku pasti akan melakukannya.Namun, sekarang ....Aku berbalik, hanya untuk menemukan dia berdiri di rumput hijau ketika aku sudah berada di aspal hitam yang dingin. Ada garis tegas di antara kami, seperti lima tahun yang bisa kami lompati. Dia menatapku dengan sorot mata yang terlalu rumit sehingga aku tidak bisa memahaminya. Di matanya ada harapan, perjuangan, keraguan, dan ... ketakutan.Takut akan apa? Takut aku adalah gadis yang dia selamatkan? Atau bukan?"Pertanyaannya adalah ...." Aku menarik na
Magbasa pa

Bab 162 Penyihir Kecil

Sudut pandang Valerie:"Aku ... berutang … kepadamu?" Aku mengangkat alis, menusukkan jariku ke dadanya dengan alis berkerut.Marcel terkekeh melihat "seranganku", memeluk pinggangku lebih erat. "Aku berutang kepadamu sejuta permintaan maaf dan lebih banyak lagi. Aku berutang kepadamu suami yang baik, rumah yang nyaman, dan lima tahun kebahagiaan, tapi ya, satu hal ini, kamu berutang kepadaku.""Aku memberimu kesempatan dan sejuta kesempatan setelah itu," dengusku kepadanya, mencoba mendorongnya pergi dengan lenganku sebagai penghalang di antara kami. Usaha yang sia-sia."Kamu nggak mencintaiku lagi, ya?" tanya Marcel, dan aku menundukkan pandangan. Dia menyentuh daguku dengan jari telunjuk, tetapi yang mengejutkan, ada senyum di matanya, bukan kesedihan."Aku tahu kamu nggak mencintaiku lagi, dan aku pantas mendapatkannya," lanjutnya. "Tapi, kamu memaksaku menikahimu saat aku nggak jatuh cinta kepadamu, dan kamu berutang kepadaku kesempatan untuk mengejarmu sekarang, ketika posisi kit
Magbasa pa

Bab 161 Kesempatan Kedua

Sudut pandang Valerie:Aku berhenti, tetapi aku tidak tahu bagaimana harus berbalik.Untuk waktu yang lama, aku terhenti di sana, dan selama itu, Marcel menunggu dengan sabar di belakangku.Betapa indahnya jika dia mengajukan pertanyaan ini kepadaku di titik mana pun dalam pernikahan kami. Jika dia meragukan Alisa sedikit saja di sepanjang waktu ketika aku masih berharap, aku akan langsung memberitahunya yang sebenarnya. Jika aku memiliki sedikit kepercayaan bahwa dia akan memercayaiku, aku pasti akan melakukannya.Namun, sekarang ....Aku berbalik, hanya untuk menemukan dia berdiri di rumput hijau ketika aku sudah berada di aspal hitam yang dingin. Ada garis tegas di antara kami, seperti lima tahun yang bisa kami lompati. Dia menatapku dengan sorot mata yang terlalu rumit sehingga aku tidak bisa memahaminya. Di matanya ada harapan, perjuangan, keraguan, dan ... ketakutan.Takut akan apa? Takut aku adalah gadis yang dia selamatkan? Atau bukan?"Pertanyaannya adalah ...." Aku menarik na
Magbasa pa

Bab 162 Penyihir Kecil

Sudut pandang Valerie:"Aku ... berutang … kepadamu?" Aku mengangkat alis, menusukkan jariku ke dadanya dengan alis berkerut.Marcel terkekeh melihat "seranganku", memeluk pinggangku lebih erat. "Aku berutang kepadamu sejuta permintaan maaf dan lebih banyak lagi. Aku berutang kepadamu suami yang baik, rumah yang nyaman, dan lima tahun kebahagiaan, tapi ya, satu hal ini, kamu berutang kepadaku.""Aku memberimu kesempatan dan sejuta kesempatan setelah itu," dengusku kepadanya, mencoba mendorongnya pergi dengan lenganku sebagai penghalang di antara kami. Usaha yang sia-sia."Kamu nggak mencintaiku lagi, ya?" tanya Marcel, dan aku menundukkan pandangan. Dia menyentuh daguku dengan jari telunjuk, tetapi yang mengejutkan, ada senyum di matanya, bukan kesedihan."Aku tahu kamu nggak mencintaiku lagi, dan aku pantas mendapatkannya," lanjutnya. "Tapi, kamu memaksaku menikahimu saat aku nggak jatuh cinta kepadamu, dan kamu berutang kepadaku kesempatan untuk mengejarmu sekarang, ketika posisi kit
Magbasa pa

Bab 163 Putri Salim yang Satunya

Sudut pandang Diego:"Tumben tanpa peliharaan kecilmu," ejek Okto.Aku hampir mati bosan di pesta Okto. Yah, semacam "pesta". Ini hanya klub tempat banyak aktor berkumpul, dia hanya mengundang beberapa orang lagi, dan memberi tema "kejujuran dan tantangan" untuk malam ini. Aku sesekali menikmati minum bersamanya, tetapi di tempat yang tenang, bukan yang seperti ini."Aku nggak akan tanpa dia kalau aku nggak terjebak di sini. Jadi, terima kasih untuk itu," kataku sambil memutar mata kepadanya, menyandarkan lengan dan leherku di belakang sofa sambil mencoba meredakan rasa sakit di sana. Okto menyebut Liana ekor kecilku karena aku akhir-akhir ini bekerja lembur, sesuatu yang biasanya tidak aku lakukan, hanya untuk menghabiskan waktu bersama Liana.Aku tidak pernah suka aturan mentor-murid di firma hukum, tetapi ketika Liana datang untuk bergabung, aku tidak bisa menahan diri untuk mengusir semua rekan yang tertarik kepadanya.Aku tidak pernah berpikir aku akan menginginkan satu murid untu
Magbasa pa

Bab 164 Dunia yang Kelam

Sudut pandang Diego"Gadis jahat itu? Yang sudah menikah? Yang golongan darahnya AB?" Aku berkedip kepada Okto, agak tidak bisa memproses apa yang dia katakan. "Seberapa banyak kamu minum malam ini?"Dia memutar matanya ke arahku. Dia memutar matanya kepadaku saat dia yang sedang konyol?"Paman Joni selalu bilang bahwa aku sudah menyelamatkan hidupmu, padahal sebenarnya aku sempat ragu untuk membantumu," ucap Okto tiba-tiba, duduk di sampingku. "Aku merasa nggak enak menerima bantuan kalian karena ... aku nggak tahu apa aku akan menyelamatkanmu andai bukan rekan timku yang melukaimu.""Apa maksudmu?""Maksudku …." Okto mengangkat gelasnya, memberiku senyum misterius saat melanjutkan, "Dunia ini adalah tempat yang kelam."Apa maksudnya?"Kamu tahu, aku kehilangan orang tua aku karena kecelakaan mobil?" Okto mendekat, suaranya rendah dan tatapannya berat, yang sangat jarang dilihat orang yang mengenalnya. "Mobil menabrak mereka, tapi itu bukan kecelakaan. Itu pembunuhan.""Apa? Kenapa ka
Magbasa pa

Bab 165 Kobaran Lama

Sudut pandang Diego:"Jadi kejutan yang kamu undang malam ini adalah Valerie Salim?"Okto melemparkan senyum khasnya. "Kamu bilang mau mengenalnya sambil mencari tahu apa dia benar-benar adalah Jelita, 'kan? Jadi, aku undang keduanya."Namun, keduanya tidak muncul.Kami menunggu hingga larut malam dan akhirnya Okto mulai cemas. Sambil beristirahat sejenak, aku menutup mata agar tidak melihat tatapan bersalahnya."Aneh ...," gumam Okto kepada dirinya sendiri, tetapi cukup keras agar aku mendengarnya. "Aku sangat yakin setidaknya Valerie Salim akan datang ...."Aku tidak bisa menahan tawaku dan Okto meninju bahuku dengan telinga merah."Apa?" Aku tertawa kepadanya. "Memangnya kamu sudah ketemu mereka berapa kali? Apa yang membuatmu begitu yakin ….""Aku melihat matanya!" potong Okto dengan tatapan serius. "Aku mengenali pandangan jernih di mata itu, seperti ... seperti seseorang yang mempertahankan kepolosannya setelah melihat kegelapan yang nyata .... Aku nggak tahu cara menjelaskannya,
Magbasa pa

Bab 166 Kenalan Kerja

Sudut pandang Diego:Aku mengerutkan dahi melihat pemandangan itu, bingung juga.Aku memberi Lilith 150 juta dalam pertarungan terakhir. Aku tidak berani memberinya lebih banyak karena dia mungkin akan curiga. Jadi, ketika dia tidak kembali ke klub pertarungan gelap, aku menganggap uang itu sudah cukup untuk menutupi masalah apa pun yang dia hadapi. Jadi, mengapa dia malah mengambil pekerjaan paruh waktu lagi? Di tempat seperti ini pula!"Kamu nggak terlalu memaksa orang-orangmu, 'kan?" tanya Okto dengan nada sarkastis. "Aku sudah tahu ada sisi gelap dalam diri gadis itu! Aku nggak bermaksud sombong, tapi ... aku sudah bilang, 'kan?"Aku berdecak kepadanya dan dia mengangkat kedua tangannya, tetapi matanya melirik ke arah lain.Okto tidak suka Liana, entah kenapa. Okto terus menyebutnya peliharaanku karena menganggap Liana sebagai perempuan mata duitan. Yah, dia melihat semua perempuan di sekitarku sebagai mata duitan, dan sering kali, aku setuju dengannya. Namun, dia salah soal Liana.
Magbasa pa

Bab 167 Bos Mafia

Sudut pandang Valerie:Aku mengajak Marcel ke pesta bersamaku. Yah, aku memberitahunya tentang itu dan dia mengikutiku meskipun aku menyarankan agar dia tidak ikut."Sejak kapan kamu tertarik dengan bar disko?" Marcel mencoba menyembunyikan ketidaksabarannya, tetapi itu usaha yang sia-sia. Dia lebih suka tempat yang tenang."Nggak ada yang mengundangmu," jawabku sambil memutar mataku, mencari Okto."Aku ingin bersamamu," gerutunya, mengikutiku dengan ketat sambil berusaha menghindari kontak dengan orang lain, tampak kesal. "Seharusnya bisa di rumah saja ….""Aku nggak bisa karena aku nggak berencana pulang bersamamu," kataku seraya memutar badanku, entah bagaimana, di tengah kerumunan. "Aku bilang kamu punya kesempatan, dengan syarat kamu nggak menempatkan Alisa Salim di atas diriku. Aku nggak akan kembali untuk jadi istri kecilmu yang penurut, nggak lagi!""Aku tahu, aku tahu!" Marcel mengangkat kedua tangannya, tersenyum lemah. "Maaf. Kamu setidaknya bisa pulang untuk tidur, 'kan? Ak
Magbasa pa

Bab 168 Tertarik untuk Membunuh

Sudut pandang Valerie:Satu-satunya jalan keluarku terhalang oleh Okto Sabian.Apa yang harus aku lakukan? Mengapa Diego sepertinya punya masalah denganku? Aku bahkan hampir tidak mengenalnya. Karena Alisa? Kalau begitu, apakah itu berarti dia akan melindungi adiknya yang asli? Namun, dia ingin gadis itu mati! Selain itu, aku bahkan tidak bisa membuktikan akulah adiknya kalaupun aku mau!"Hei, tenang saja," kata Okto Sabian tiba-tiba. "Diego di sini untuk gadis yang mempermainkannya, dan itulah kenapa dia datang ke mejaku. Kalau kamu nggak suka, akan kusuruh dia pergi.""Ck!" Diego Kumala berdecak, menatap temannya dengan tajam. "Serius?"Aku mengedipkan mata untuk menahan air mata yang hampir jatuh. Benarkah? Okto akan ada di pihakku?"Aku ingin pergi," kataku pelan kepada Okto Sabian, menatap matanya, jantungku berdegup kencang di dadaku. Okto menatapku beberapa detik tanpa banyak ekspresi, tetapi kemudian dia berdiri dan memberi jalan."Aku nggak tahu kalau para penindas bisa takut
Magbasa pa
PREV
1
...
1516171819
...
24
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status