Sudut pandang Diego:"Jadi kejutan yang kamu undang malam ini adalah Valerie Salim?"Okto melemparkan senyum khasnya. "Kamu bilang mau mengenalnya sambil mencari tahu apa dia benar-benar adalah Jelita, 'kan? Jadi, aku undang keduanya."Namun, keduanya tidak muncul.Kami menunggu hingga larut malam dan akhirnya Okto mulai cemas. Sambil beristirahat sejenak, aku menutup mata agar tidak melihat tatapan bersalahnya."Aneh ...," gumam Okto kepada dirinya sendiri, tetapi cukup keras agar aku mendengarnya. "Aku sangat yakin setidaknya Valerie Salim akan datang ...."Aku tidak bisa menahan tawaku dan Okto meninju bahuku dengan telinga merah."Apa?" Aku tertawa kepadanya. "Memangnya kamu sudah ketemu mereka berapa kali? Apa yang membuatmu begitu yakin ….""Aku melihat matanya!" potong Okto dengan tatapan serius. "Aku mengenali pandangan jernih di mata itu, seperti ... seperti seseorang yang mempertahankan kepolosannya setelah melihat kegelapan yang nyata .... Aku nggak tahu cara menjelaskannya,
Sudut pandang Diego:Aku mengerutkan dahi melihat pemandangan itu, bingung juga.Aku memberi Lilith 150 juta dalam pertarungan terakhir. Aku tidak berani memberinya lebih banyak karena dia mungkin akan curiga. Jadi, ketika dia tidak kembali ke klub pertarungan gelap, aku menganggap uang itu sudah cukup untuk menutupi masalah apa pun yang dia hadapi. Jadi, mengapa dia malah mengambil pekerjaan paruh waktu lagi? Di tempat seperti ini pula!"Kamu nggak terlalu memaksa orang-orangmu, 'kan?" tanya Okto dengan nada sarkastis. "Aku sudah tahu ada sisi gelap dalam diri gadis itu! Aku nggak bermaksud sombong, tapi ... aku sudah bilang, 'kan?"Aku berdecak kepadanya dan dia mengangkat kedua tangannya, tetapi matanya melirik ke arah lain.Okto tidak suka Liana, entah kenapa. Okto terus menyebutnya peliharaanku karena menganggap Liana sebagai perempuan mata duitan. Yah, dia melihat semua perempuan di sekitarku sebagai mata duitan, dan sering kali, aku setuju dengannya. Namun, dia salah soal Liana.
Sudut pandang Valerie:Aku mengajak Marcel ke pesta bersamaku. Yah, aku memberitahunya tentang itu dan dia mengikutiku meskipun aku menyarankan agar dia tidak ikut."Sejak kapan kamu tertarik dengan bar disko?" Marcel mencoba menyembunyikan ketidaksabarannya, tetapi itu usaha yang sia-sia. Dia lebih suka tempat yang tenang."Nggak ada yang mengundangmu," jawabku sambil memutar mataku, mencari Okto."Aku ingin bersamamu," gerutunya, mengikutiku dengan ketat sambil berusaha menghindari kontak dengan orang lain, tampak kesal. "Seharusnya bisa di rumah saja ….""Aku nggak bisa karena aku nggak berencana pulang bersamamu," kataku seraya memutar badanku, entah bagaimana, di tengah kerumunan. "Aku bilang kamu punya kesempatan, dengan syarat kamu nggak menempatkan Alisa Salim di atas diriku. Aku nggak akan kembali untuk jadi istri kecilmu yang penurut, nggak lagi!""Aku tahu, aku tahu!" Marcel mengangkat kedua tangannya, tersenyum lemah. "Maaf. Kamu setidaknya bisa pulang untuk tidur, 'kan? Ak
Sudut pandang Valerie:Satu-satunya jalan keluarku terhalang oleh Okto Sabian.Apa yang harus aku lakukan? Mengapa Diego sepertinya punya masalah denganku? Aku bahkan hampir tidak mengenalnya. Karena Alisa? Kalau begitu, apakah itu berarti dia akan melindungi adiknya yang asli? Namun, dia ingin gadis itu mati! Selain itu, aku bahkan tidak bisa membuktikan akulah adiknya kalaupun aku mau!"Hei, tenang saja," kata Okto Sabian tiba-tiba. "Diego di sini untuk gadis yang mempermainkannya, dan itulah kenapa dia datang ke mejaku. Kalau kamu nggak suka, akan kusuruh dia pergi.""Ck!" Diego Kumala berdecak, menatap temannya dengan tajam. "Serius?"Aku mengedipkan mata untuk menahan air mata yang hampir jatuh. Benarkah? Okto akan ada di pihakku?"Aku ingin pergi," kataku pelan kepada Okto Sabian, menatap matanya, jantungku berdegup kencang di dadaku. Okto menatapku beberapa detik tanpa banyak ekspresi, tetapi kemudian dia berdiri dan memberi jalan."Aku nggak tahu kalau para penindas bisa takut
Sudut pandang Diego:"Bagaimana kalau aku nggak izinkan?" ucapku menggoda Valerie Salim.Mengapa gadis itu begitu takut kepadaku? Kurasa aku tidak pernah menyinggungnya dengan cara apa pun. Namun, dia memandangku seolah-olah khawatir aku akan memakannya hidup-hidup."Kalau begitu, aku ingin tahu apa yang membuatmu berpikir kamu punya hak untuk bilang begitu ketika dia bisa pergi dan melakukan apa saja yang dia inginkan," kata Marcel Tanzil seraya menatapku dengan tatapan bermusuhan.Pria itu tidak tampak seperti yang Alisa Salim ceritakan kepadaku, seorang pria yang dipaksa Valerie untuk menikah dengan trik kotor. Kalau waktu itu dia tidak membantu Alisa karena peduli dengan citranya di depan publik, dia tidak punya alasan untuk membela Valerie saat ini hanya karena sedikit ejekan dariku ini."Sepertinya kamu takut kepadaku." Aku mengabaikan suami protektif itu, bertanya kepada si kelinci kecil, "Kenapa?"Gadis itu membeku di tempatnya seperti kelinci yang ketakutan. Sekarang, aku bena
Sudut pandang Valerie:Aku hanya butuh kata tidak dari Marcel.Aku tidak peduli jika aku harus pergi juga. Aku tidak peduli jika di dalam hatinya yang terdalam, dia belum bisa membiarkan Alisa mati. Aku hanya butuh dia memberitahuku bahwa dia ada di pihakku. Aku tidak tahu bagaimana cara menurunkan harapanku lebih rendah dari itu.Setelah ragu sejenak, Marcel Tanzil bertanya, "Kalau bukan karena aku, apa kalian berdua akan menjadi sepasang saudari yang baik?"Apakah begitu sulit memilihku?Alisa Salim memiliki orang tua yang penyayang, kakak kandung, dan saudari palsu yang selalu menjaga dirinya! Selemah apa pun dia, apakah dia akan mati jika kamu, Marcel Tanzil, mengatakan bahwa kamu tidak ingin istrimu berkorban untuknya? Darah kami hanya langka, bukan punah!Aku menatap Marcel dengan rasa kecewa yang memenuhi dadaku. Keputusanku untuk mencoba bersamanya terasa begitu bodoh sampai telingaku memerah."Tolong, pergilah dan perhatikan dia," kataku, mendengar suaraku yang terasa sangat d
Sudut pandang Diego:"Apa yang terjadi?" Okto mengerutkan kening ke arah bar.Okto terus menatap ke arah itu sejak Valerie Salim pergi. Dia bilang dia menyukai gadis itu, tetapi kupikir dia bercanda. Maksudku, mereka hampir tidak saling kenal. Bahkan jika dia tertarik kepada Valerie, itu hanya bisa sebatas itu."Nggak ada yang terjadi, ini bar dan dia sudah dewasa," godaku. "Kalau kamu benar-benar khawatir soal dia, mungkin kamu harus membantuku mencari tahu kenapa dia takut kepadaku."Aku tidak ingin masalah acak seperti itu menghalangiku untuk mengenalnya. Maksudku, dia mungkin seorang Kumala."Mungkin karena kamu bersikap dingin kepadanya," kata Okto sambil memelotot kepadaku. "Maksudku, apa maksudmu berbuat begitu? Aku akan meragukan apa kamu mencintai Jelita kalau saja aku nggak kenal kamu."Apakah aku bersikap dingin kepada Valerie?Maksudku, kecuali saat pertama kali aku mengira dia menindas Jelita-ku. Kurasa aku tidak bersikap ramah kepadanya, tetapi itu karena aku tidak ingin
Sudut pandang Valerie:Aku menggigil mendengar kata-kata Diego.Marcel memeluk pinggangku, menggosok-gosok tubuhku yang dingin sebelum dia berbalik ke Diego Kumala seperti singa yang sedang marah. Aku menarik jasnya dan menghentikannya.Aku pantas mendapatkannya. Aku memilih bayi itu daripada Liana saat aku seharusnya pergi dengan orang-orang Joshua Salim. Liana memang tangguh, tetapi dia hanya seorang wanita yang berolahraga tinju sebagai hobi. Dia bisa saja terluka jika Marcel tidak ada di sini."Maaf ...," bisikku, tetapi Diego Kumala tidak akan mendengarnya."Sudah seharusnya!" gerutunya dengan dingin. "Lain kali, urus masalahmu sendiri daripada membuat orang lain terjebak dalam bahaya demi kamu!"Meski aku tahu diriku yang salah, aku tidak bisa mencegah mataku berkaca-kaca dan telingaku panas mendengar kata-kata Diego yang begitu tajam. Okto Sabian keluar dari kerumunan, berdiri di antara aku dan temannya dengan tatapan sedih.Okto tidak mengatakan apa-apa, tetapi keberadaannya se
"Nona Salim, senang bertemu denganmu." Okto membungkuk pada Val dengan sikap sopan, tetapi Val bersumpah dia melihat sekilas senyuman mengejek yang coba ditahannya saat dia menundukkan kepala.Apa-apaan ini? Okto adalah "pangeran misterius" yang akan diumumkan Keluarga Wibowo hari ini? Dia adalah putra dari Erawan Wibowo? Okto tahu kalau Val sedang menghindari ayahnya dan dia membantunya? Apakah Okto tahu tentang Nico? Apa arti semua ini?Begitu banyak kejutan meledak di kepala Val."Sudah lama nggak ketemu, Okto!" Alisa menyambutnya dengan senyum cerah, matanya berbinar penuh suka cita."Kami baru saja ketemu kemarin di gedung Tanzil." Okto membalas senyuman itu dengan antusiasme yang setara, kalau tidak lebih. "Mungkin kamu lupa karena waktu itu kamu cuma melirikku sekilas dan nggak berhenti buat ngobrol pas aku nyapa kamu. Nggak ngenalin aku, ya?"Alisa terkenal karena tidak pernah melempar senyum pada siapa pun, kecuali targetnya. Dia bersikap seperti malaikat di hadapan orang-oran
Val mulai serius mempertimbangkannya sekarang.Dia tidak bisa menuntut mereka kalau mereka cuma menyaksikan kecelakaan mobil, seburuk apa pun itu, menyaksikan seorang ibu mati saat mencoba menyelamatkan bayinya. Mereka bisa dan Val yakin mereka pasti akan, mengklaim bahwa Erin memohon agar mereka menyelamatkan bayinya.Faktanya, itulah versi pertama dari "kebenaran" yang diceritakan oleh Joshua ketika Val mencoba mencari keluarganya sendiri.Namun, kalau mereka terlibat langsung dalam kecelakaan itu? Mungkin Val bisa menuntut mereka! Dengan catatan kalau Val bisa membuktikannya, sebelum masa kedaluwarsa penuntutan berakhir.Berapa lama batas waktu untuk kasus tabrak lari? Val tidak yakin."Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi waktu itu," tuntut Val, tetapi dia tidak bergerak meski tatapan Nyonya Wibowo mulai curiga, matanya tajam menelisik bisik-bisik mereka."Jangan maksa!" Aveline memperingatkan.Nyonya Wibowo menatap Val dengan mata penuh kecurigaan, begitu juga dengan semua o
Nenek mengatakan itu?Aveline jelas tidak mengetahuinya, berbeda dengan Alisa. Namun, Alisa juga tidak menyangka Marcel akan menyebutkannya di sini. Val sebenarnya merasakan keterkejutan yang sama ....Apakah Marcel sadar bahwa dia sedang menginjak lapisan tipis dari kebohongan Alisa?Namun, tak ada yang lebih terkejut daripada Nyonya Wibowo ...."Tunggu, bukankah kamu sudah mendapatkan pernikahan yang dijanjikan itu lima tahun lalu? Aku datang ke pernikahanmu!"Lima tahun yang lalu, tepat setelah dokumen perceraian resminya dengan Val selesai, Marcel menikahi Alisa dengan perayaan yang megah. Seluruh kota merayakan hari bahagia mereka, melupakan mantan Nyonya Tanzil yang dibiarkan membusuk dalam penjara.Val mengatupkan bibirnya, berusaha keras menahan senyum.Jadi, bukan hanya Alisa yang mengaku sebagai wanita Marcel di depannya, tetapi juga di depan semua orang? Seorang ibu yang penuh kasih, membawa putri kesayangannya untuk mengunjungi orang berpengaruh yang ingin mereka dekati set
Nyonya Wibowo berbalik, mendorong lengan Aveline seperti seekor bulldog di atas ring. Diam-diam, Marcel melangkah maju dengan senyuman cerah, menghalangi Val darinya."Dia menolak datang hari ini hanya karena aku mengundangmu! Aku nggak menyangka dia benar-benar nggak datang, tapi ternyata benaran!" Nyonya Wibowo langsung melupakan Val. "Masalah sebesar apa yang membuatnya bahkan nggak mau bicara dengan cucunya sendiri yang begitu baik selama bertahun-tahun?"Marcel bahkan terhenti sejenak ....Bukankah Gloria melakukan hal yang sama kepada putrinya? Dia bahkan tidak datang ke pemakaman Erin. Sebenarnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang datang, atas perintahnya, tampaknya.Kata-kata itu juga menghentikan amarah Val sesaat ....Bertahun-tahun? Dia mengira Nenek mengusir Marcel hanya sebagai bentuk sikap, sebagian untuk memberinya kesempatan menantang dirinya sendiri tanpa nama Tanzil yang membuka jalannya. Namun, dia tidak menyangka Nenek benar-benar tidak berbicara dengannya se
Acara ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Aveline. Yah, kecuali fakta bahwa dia yang menyelenggarakannya sebagai cara untuk menjilat Nyonya Wibowo.Nyonya Wibowo ada di sini untuk mengumumkan kembalinya si bajingan, putra dari Erawan Wibowo yang hilang, ke publik. Acara ini bukan untuk Aveline dan sudah pasti bukan untuk Val. Aveline sudah bersusah payah menjaga Val tetap jauh dari Keluarga Wibowo dan dia tidak akan gagal sekarang.Satu-satunya celah, hal yang terus-menerus dipikirkannya sejak melihat Val adalah ....Bagaimana Val bisa mendapatkan undangan?Untuk mencegah mimpi buruk terbesarnya menjadi kenyataan, Aveline bahkan tidak mengundang Keluarga Demian. Putri mereka adalah salah satu sahabat Val. Ditambah lagi, ada Adrian, yang tiba-tiba saja membela Val tanpa alasan.Mereka telah membuat hidup Keluarga Salim sulit di dunia bisnis. Mereka akan berperan besar dalam kejatuhan Rumah Z, yang keuntungannya bisa lebih dari dua kali lipat bisnis Keluarga Salim dalam beberapa
Setiap Natal, Aveline akan membawa Alisa dalam kunjungan "keluarga", di mana Joshua tidak ikut serta. Alasannya selalu berkaitan dengan bagaimana keluarganya tidak menyetujui pernikahannya dengan Joshua, yang dianggap berada di bawah standar mereka. Sementara itu, Val akan ditinggalkan bersama Joshua, dengan alasan untuk menjaga keseimbangan antara orang tua dan anak-anak.Jika itu benar-benar alasan utamanya, maka Aveline seharusnya tidak membawa Gerry bersamanya juga.Val dulu berpikir bahwa itu karena Alisa tidak menyukainya. Namun, sekarang dia tahu alasan sebenarnya di balik semua itu ....Dari bagaimana Aveline dan Alisa berusaha menjilat Nyonya Wibowo, sudah jelas bahwa mereka tidak ingin Val memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang berkuasa seperti ini. Terlebih lagi, sebagai putri Aveline sendiri.Bagaimana jika Nyonya Wibowo mulai menyukai Val? Kemudian, akan ada seseorang di "keluarga" ini yang benar-benar memperlakukannya dengan baik. Itu adalah hal yang haru
Itulah frasa yang tidak pernah bisa dipahami Val, rasa ingin tahu yang kelam.Sambil melihat sekeliling, Val perlahan menggeleng, matanya dipenuhi rasa jijik saat melihat penghinaan di mata para penonton yang ingin tahu. Apa yang mereka tunggu? Agar dia menangis karena dipermalukan oleh seorang wanita tua yang bahkan tidak mengenalnya?Agar dia merasa malu karena seseorang yang menyebutnya "saudari" justru secara terbuka menunjukkan cara untuk mempermalukannya, sambil berpura-pura bersikap baik dengan akting canggungnya?Dia bukan orang yang seharusnya merasa malu di sini."Terima kasih atas undangannya, Nyonya Wibowo," Val menunduk ringan, nadanya tenang dan sopan.Nyonya Wibowo akhirnya menatap Val, seolah melihatnya untuk pertama kali. Dia mengamati Val selama beberapa detik yang terasa lama dan kerutan di wajahnya semakin dalam. Pada titik ini, Val cukup terkejut. Apa yang bisa Alisa katakan sampai membuat Nyonya Wibowo langsung membencinya terlebih hanya dengan melihatnya?"Hmph."
Val sempat kehilangan fokus sejenak.Apa yang barusan Marcel katakan?Selama ini, Val mengira Joshua ada hubungannya dengan kematian ibunya. Setidaknya, dia menyaksikannya dan tidak menolong, hanya melihat Erin meregang nyawa lalu membawa Val pulang. Val sudah menyelidiki kecelakaan mobil itu dengan memanfaatkan sumber daya Nico dalam waktu yang cukup lama. Belum lagi, sumber daya itu sangat besar.Hasilnya? Tidak ada.Val tidak menemukan satu pun bukti yang menunjukkan keberadaan Joshua di dekat lokasi kecelakaan dan dia berpikir mungkin semua jejaknya telah dihapus. Lagi pula, Joshua pasti telah berusaha menutupi jejaknya juga.Namun, jika yang dikatakan Marcel benar ...."Gimana kamu bisa tahu? Kamu punya bukti? Sudah berapa lama kamu mengetahuinya dan menyembunyikannya dariku hanya untuk ...?" Val meledak dengan rentetan pertanyaan seperti senapan mesin.Ting, ting, ting!Suara dentingan gelas yang tajam memecah keheningan, membuat Val langsung berhenti. Bahkan sebelum dia bisa men
"Aku baru sadar, kamu terlihat menggemaskan saat marah."Saat itu, Val benar-benar ingin menghantam kepala pria konyol itu dan langsung pergi. Namun, seluruh lobi sudah sunyi dan semua mata tertuju pada orang-orang di tengah. Jika dia berani bertindak sekarang, dia akan menjadi pusat perhatian. Jadi itu alasan Marcel begitu berani sekarang?"Kalau kamu sudah nggak peduli lagi dengan ular kecilmu itu ...." Val menggertakkan giginya, tetapi dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Marcel menyeringai percaya diri dan menyelanya dengan santai ...."Kamu bahkan belum mendengar tawaranku."Val berbalik untuk pergi, tetapi Marcel sudah lebih dulu membaca gerakannya dan menarik pinggangnya sebelum dia bisa menghindar. Walaupun dia gagal membuat keributan dan hanya menarik perhatian segelintir orang di sekitar mereka, dia kini berada dalam pelukan Marcel, dengan erat."Kamu ...!"Val nyaris berteriak. Nyaris.Val tidak pernah suka berdandan, tidak seperti sekarang. Dia belajar merias di