Semua Bab Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya: Bab 121 - Bab 130

290 Bab

Bab 121 Kesepakatan dengan Iblis

Sudut pandang Valerie:Jika ini orang lain, aku pasti sudah mendengus dingin. Namun, seberapa pun aku terluka oleh pria ini, aku tidak bisa menyangkal bahwa dia sejujur itu. Jika dia bilang menginginkan kesempatan kedua, maka dia memang sungguh-sungguh.Yang kuragukan adalah maksud di baliknya.Dulu aku menganggap pernikahan itu suci, tetapi sekarang aku tahu. Tidak peduli apakah dia melakukan ini demi Nenek, demi citra perusahaan, karena rasa bersalah telah memanfaatkanku, atau alasan lainnya. Jika alasannya bukan cinta, maka itu hanya akan menjadi bencana."Aku orang yang nggak memberi kesempatan kedua." Aku mendorongnya perlahan dan sebelum dia sempat memohon, aku menambahkan, "Aku sudah terlalu sering memberikannya padamu, seperti makanan sehari-hari."Dia membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Menatapku dengan mata biru yang dalam, dia berdiri di sana, jakunnya bergerak pelan. Namun, dia tidak berkata apa-apa.Apa yang bisa dia katakan? Aku sudah melakukan segalanya, mengatakan s
Baca selengkapnya

Bab 122 Hati Alisa

Sudut pandang Valerie:Ini jebakan! Ini benar-benar jebakan!"Apa yang kamu tahu tentang itu?" Aku pura-pura masih mengendalikan keadaan, berniat mengakali dia.Marcel melengkungkan bibirnya seolah bisa menebak pikiranku, tetapi dia berkata dengan tenang, "Aku tahu kalau Joshua mengambil sesuatu dari ibumu pada hari dia membawamu kembali. Apakah ini berarti sesuatu bagimu?"Apa? Rahangku seakan terjatuh ke lantai. Dia menyeringai, tahu bahwa dia telah memenangkan negosiasi ini.Itu memang berarti sesuatu bagiku. Itu berarti segalanya bagiku! Aku pikir aku telah kehilangan ibuku bertahun-tahun lalu. Dia baru memberitahuku sekarang bahwa si Iblis Joshua memiliki sesuatu milik ibuku?"Apa itu dan di mana?" Aku menuntut. Marcel tersenyum lebar, membuat hatiku tenggelam."Sebuah ciuman, untuk informasi ini. Deal?"Arghhhh!Dia sama sekali tidak peduli dengan cermin sialan itu! Dia bisa dengan mudah membeli sejuta cermin untuk Alisa! Dia tahu aku akan mencoba mengakali dia dan dia sengaja me
Baca selengkapnya

Bab 123 Semua Berantakan

Sudut pandang Valerie:Aku belum pernah merasa seburuk ini seumur hidupku.Bagi keluarga angkatku, aku selalu merundung Alisa. Aku merusak barang-barangnya, aku berkata kasar padanya. Memang, aku pernah merusak barang-barangnya sebelumnya, tetapi biasanya barang yang bisa diganti, seperti tumpukan sampah yang aku lempar keluar jendela hari ini dan kebanyakan karena dia merusak barangku dulu, atau dia merusaknya sendiri lalu menyalahkanku.Aku belum pernah merusak sesuatu yang begitu berarti bagi siapa pun, apalagi untuk Alisa. Mungkin karena hal seperti ini jarang terjadi, makanya aku merasa seperti duduk di atas seribu jarum.Alisa menangis, pura-pura menangis di depan kamarnya sementara Alfred membersihkannya. Aku duduk di meja makan yang kosong, menunggu tangisan pura-puranya berubah menjadi tangisan sungguhan.Aku sudah sangat ahli membedakan tangisan asli dan palsunya. Kalau asli, hidungnya akan tersumbat. Itu artinya dia belum menyadari bahwa barang kesayangannya sekarang sudah h
Baca selengkapnya

Bab 124 Dia Bisa Masak

Sudut pandang Valerie:"Kamu tahu nggak kalau ....""Marcel! Maaf soal keributan tadi." Suara Alisa yang terdengar menyedihkan, tetapi ceria memotong "kelas pelafalan" daruratku. Aku menarik pergelanganku sekuat tenaga dan tentu saja kali ini dia melepaskannya."Valerie," panggil Alisa, membuatku hampir gemetar mendengar suaranya. Aku menarik napas dalam-dalam dan berbalik menatapnya.Alisa melirik Marcel dengan ragu sebelum mengaitkan jari-jarinya. "Maaf karena membuat keributan. Aku nggak seharusnya memberitahumu soal ibumu dan aku sudah menyakitimu. Kehilangan kamarku pantas aku terima kalau itu bisa menebus kesalahanku. Intinya, selamat datang kembali di rumah.""Ya, tentu, terserah," gumamku sambil berjalan menuju kursi yang paling jauh.Alisa menatapku, sedikit terkejut. Benar, aku tidak berdebat dengannya atau mencoba mengungkap kebohongannya karena rasa bersalah. Namun, aku juga tidak akan melakukannya meski aku tidak merusak boneka itu.Seperti yang sudah kukatakan di rumah sa
Baca selengkapnya

Bab 125 Dia Mencuri Jiwaku

Sudut pandang Valerie:Marcel tidak pernah duduk bersamaku. Dia selalu di sisi Alisa di Keluarga Salim, dan selalu duduk di seberang meja di rumah kami."Marcel ...." Alisa bergumam, tiba-tiba menunduk setelah sebelumnya tersenyum lebar ketika Joshua berjanji akan mengganti semua barang yang kubuang. "Aku ... aku ingin ...." Dia berdiri, membawa piringnya.Dia ingin pindah duduk."Jadi aku harus duduk di mana lagi?" Marcel duduk tegak dengan satu lengan terletak santai di sandaran kursiku. Dia menatapku, bukan Alisa, lalu menunjuk kursi kosong di sisi lain. "Kamu tahu kursi itu untuk siapa?"Alisa membeku di tempatnya, menatap Marcel dengan gugup penuh harap sambil mencengkeram pinggir piring sampai jari-jarinya memutih.Aku memutar mataku. Ya, tentu saja. Untuk sang putri kesayanganmu. Seolah aku ingin duduk di sebelahmu.Aku meraih piringku untuk pindah, tetapi dia lebih dulu menangkap pergelangan tanganku. "Itu kursi Aveline. Tahu kenapa?"Aku dan Alisa sama-sama terkejut."Karena s
Baca selengkapnya

Bab 126 Perubahan Pahit

Sudut pandang Valerie:Aku mengabaikan es kola itu.Seakan-akan aku akan meraihnya dan memberi Alisa alasan untuk tertawa puas!Aku mengambil sedikit kentang tumbuk dan salad, tetapi tidak ada yang semenarik semangkuk besar sayap ayam panas yang mengepul di depanku ini. Tidak ada yang menyentuhnya dan aku pun juga tidak bisa, tanpa minuman dingin. Mungkin aku bisa menggantinya dengan segelas air es ....Aku menatap tajam air putih yang hambar itu. Aku tidak menginginkannya.Mataku melirik ke arah dapur. Mungkin ada kola lagi di sana? Keluarga Salim tidak minum soda. Memiliki anak yang berjuang melawan maut setiap hari membuat mereka sangat menjaga pola makan sehat. Namun, mungkin saja ...."Kolanya juga kupesan bareng sayap ayam tadi," kata Marcel tiba-tiba, dengan nada polos seolah-olah dia tidak baru saja membaca pikiranku. "Restorannya? Mereka pasti tahu cara menikmati sayap ayam yang enak."Aku juga tahu! Aku mulai menyesal mendorong kola itu menjauh. Ya, si berengsek ini yang memb
Baca selengkapnya

Bab 127 Melampiaskan Amarah

Sudut pandang Valerie:"Nggak, terima kasih." Menyadari tatapan Alisa, aku menambahkan, "Aku harus pergi menjaga barang rampasanku."Joshua meninggalkan meja saat Alisa mulai berlinang air mata melihat pangerannya bermandikan keringat. Aveline tetap duduk bersama kami selama makan malam, lebih karena sopan santun, sebelum akhirnya pergi begitu memungkinkan.Namun, tidak dengan Alisa. Dia tetap tinggal. Sepertinya dia juga punya sesuatu untuk dikatakan pada Marcel.Hari ini sangat melelahkan. Aku harus memastikan aku punya tempat tidur untuk malam ini. Aku tidak akan terkejut jika Alisa menyuruh Alfred untuk membuat berantakan kamarku alih-alih membersihkannya."Aku akan mengantarmu ke kamarmu," ucap Marcel dengan nada bercanda, lalu menambahkan sebelum aku sempat menolak, "Atau kamu lebih suka membicarakan kesepakatan kita di sini?""Mar ...." gumam Alisa pelan saat dia mendekat.Aku melepaskan tangan Marcel, menatapnya dingin sambil menunggu keputusannya. Aku sudah tahu apa keputusann
Baca selengkapnya

Bab 128 Penyataan Perang

Sudut pandang Valerie:Marcel pergi setelah ledakan emosiku malam itu. Kurasa aku telah menyakitinya. Lebih baik segera menyelesaikannya, 'kan? Dia tidak pernah datang lagi setelah itu. Aku memiliki seminggu yang damai. Tidak ada mantan yang mengganggu, tidak ada Alisa, dan tidak ada berita.Pada akhirnya, berita kami tidak muncul di halaman depan. Bahkan tidak di halaman terakhir atau halaman mana pun. Joshua diam-diam menghubungi kamerawanku pada hari kedua, menawarkan untuk membeli video tersebut. Meskipun juru kamera itu menaikkan harga tiga kali lipat setelah kesepakatan dibuat, Joshua tetap menyetujuinya.Aku tahu ini karena dia bukan sekadar juru kamera, dia adalah salah satu sahabat Adrian, seorang veteran dari Agaria dan sekarang menjadi pengawalku.Video buatanku terjual seharga 750 juta. Kurasa aku bisa mendorongnya lebih jauh lagi, tetapi kami sudah mendapatkan apa yang kami inginkan, yaitu untuk menguji sikap Joshua Salim.Dia berusaha keras untuk menjaga namaku tetap kelu
Baca selengkapnya

Bab 129 Semut Mati

Sudut pandang Valerie:"Jadi, apa yang diambilnya dari ibumu?" tanya Lukas."Hmm ...."Lukas menyipitkan mata. "Apa kamu nggak tahu?"Tidak. Aku tidak melanjutkan kesepakatan dengan Marcel. Pada akhirnya, aku hanya tahu bahwa Joshua mengambil sesuatu.Sialan bajingan itu."Lalu apa bedanya jika aku yang pergi daripada kamu?" Lukas tertawa kecil, melihat keraguanku, "Gimana kamu akan mencarinya?""Yah ....""Oke, nggak perlu bicara lagi." Lukas menyimpulkan percakapan kami, menyadari aku tidak punya jawaban yang baik untuk pertanyaannya. "Aku nggak akan membiarkan wanita hamil memanjat balkon lantai dua untuk mencari sesuatu yang mungkin ada.""Aku bisa membedakan barang-barang milik Joshua dari sesuatu yang nggak seharusnya ada di ruang kerjanya ....""Aku akan menunjukkan ruang kerja itu melalui video." Solusi Lukas datang lebih cepat daripada jawabanku yang sulit didapat."Kalau mereka memergokiku, aku hanya seorang anak perempuan yang mengintip ke ruang kerja ayah angkatnya, tapi ka
Baca selengkapnya

Bab 130 Hadiah dengan Rantai Tua

Sudut pandang Valerie:"Apa?" Itu suara Olivia Wiguna. "Kita berada di ruang kerja ayahmu! Kamu tahu betapa sakralnya ini bagi kita anak-anak? 'Ruang terlarang'!"Aku memutar mataku, berbisik kepada Lukas, "Aku ke sana!"Kamu harus mengakui kehebatan para gadis jahat ini. Mereka jahat kepada semua orang, terkadang bahkan kepada satu sama lain. Mereka egois dan mengerikan, mereka menyakiti dan mengkhianati, tetapi entah bagaimana, mereka tetap berbaikan setelahnya. Kurasa mereka itu burung dengan bulu yang sama?"Ruang terlarang apa? Itu sangat bodoh! Apa ruang kerja ayahmu terbuka untuk semua orang?" Alisa mendengus, lalu menutup pintu.Aku tidak mendengar suara saklar lampu. Jadi ruangan itu seharusnya masih gelap. Lukas bisa bersembunyi, tetapi tidak lama. Aku tidak bisa membayangkan jika Alisa berteriak dalam beberapa detik ke depan dan memanggil polisi.Aku tidak bisa membiarkan Lukas dihukum karena rencanaku."Kurang lebih, iya." Suara acuh tak acuh Olivia terdengar jelas dan kera
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
29
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status