Home / Romansa / Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya / Chapter 121 - Chapter 126

All Chapters of Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya: Chapter 121 - Chapter 126

126 Chapters

Bab 121 Kesepakatan dengan Iblis

Sudut pandang Valerie:Jika ini orang lain, aku pasti sudah mendengus dingin. Namun, seberapa pun aku terluka oleh pria ini, aku tidak bisa menyangkal bahwa dia sejujur itu. Jika dia bilang menginginkan kesempatan kedua, maka dia memang sungguh-sungguh.Yang kuragukan adalah maksud di baliknya.Dulu aku menganggap pernikahan itu suci, tetapi sekarang aku tahu. Tidak peduli apakah dia melakukan ini demi Nenek, demi citra perusahaan, karena rasa bersalah telah memanfaatkanku, atau alasan lainnya. Jika alasannya bukan cinta, maka itu hanya akan menjadi bencana."Aku orang yang nggak memberi kesempatan kedua." Aku mendorongnya perlahan dan sebelum dia sempat memohon, aku menambahkan, "Aku sudah terlalu sering memberikannya padamu, seperti makanan sehari-hari."Dia membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Menatapku dengan mata biru yang dalam, dia berdiri di sana, jakunnya bergerak pelan. Namun, dia tidak berkata apa-apa.Apa yang bisa dia katakan? Aku sudah melakukan segalanya, mengatakan s
Read more

Bab 122 Hati Alisa

Sudut pandang Valerie:Ini jebakan! Ini benar-benar jebakan!"Apa yang kamu tahu tentang itu?" Aku pura-pura masih mengendalikan keadaan, berniat mengakali dia.Marcel melengkungkan bibirnya seolah bisa menebak pikiranku, tetapi dia berkata dengan tenang, "Aku tahu kalau Joshua mengambil sesuatu dari ibumu pada hari dia membawamu kembali. Apakah ini berarti sesuatu bagimu?"Apa? Rahangku seakan terjatuh ke lantai. Dia menyeringai, tahu bahwa dia telah memenangkan negosiasi ini.Itu memang berarti sesuatu bagiku. Itu berarti segalanya bagiku! Aku pikir aku telah kehilangan ibuku bertahun-tahun lalu. Dia baru memberitahuku sekarang bahwa si Iblis Joshua memiliki sesuatu milik ibuku?"Apa itu dan di mana?" Aku menuntut. Marcel tersenyum lebar, membuat hatiku tenggelam."Sebuah ciuman, untuk informasi ini. Deal?"Arghhhh!Dia sama sekali tidak peduli dengan cermin sialan itu! Dia bisa dengan mudah membeli sejuta cermin untuk Alisa! Dia tahu aku akan mencoba mengakali dia dan dia sengaja me
Read more

Bab 123 Semua Berantakan

Sudut pandang Valerie:Aku belum pernah merasa seburuk ini seumur hidupku.Bagi keluarga angkatku, aku selalu merundung Alisa. Aku merusak barang-barangnya, aku berkata kasar padanya. Memang, aku pernah merusak barang-barangnya sebelumnya, tetapi biasanya barang yang bisa diganti, seperti tumpukan sampah yang aku lempar keluar jendela hari ini dan kebanyakan karena dia merusak barangku dulu, atau dia merusaknya sendiri lalu menyalahkanku.Aku belum pernah merusak sesuatu yang begitu berarti bagi siapa pun, apalagi untuk Alisa. Mungkin karena hal seperti ini jarang terjadi, makanya aku merasa seperti duduk di atas seribu jarum.Alisa menangis, pura-pura menangis di depan kamarnya sementara Alfred membersihkannya. Aku duduk di meja makan yang kosong, menunggu tangisan pura-puranya berubah menjadi tangisan sungguhan.Aku sudah sangat ahli membedakan tangisan asli dan palsunya. Kalau asli, hidungnya akan tersumbat. Itu artinya dia belum menyadari bahwa barang kesayangannya sekarang sudah h
Read more

Bab 124 Dia Bisa Masak

Sudut pandang Valerie:"Kamu tahu nggak kalau ....""Marcel! Maaf soal keributan tadi." Suara Alisa yang terdengar menyedihkan, tetapi ceria memotong "kelas pelafalan" daruratku. Aku menarik pergelanganku sekuat tenaga dan tentu saja kali ini dia melepaskannya."Valerie," panggil Alisa, membuatku hampir gemetar mendengar suaranya. Aku menarik napas dalam-dalam dan berbalik menatapnya.Alisa melirik Marcel dengan ragu sebelum mengaitkan jari-jarinya. "Maaf karena membuat keributan. Aku nggak seharusnya memberitahumu soal ibumu dan aku sudah menyakitimu. Kehilangan kamarku pantas aku terima kalau itu bisa menebus kesalahanku. Intinya, selamat datang kembali di rumah.""Ya, tentu, terserah," gumamku sambil berjalan menuju kursi yang paling jauh.Alisa menatapku, sedikit terkejut. Benar, aku tidak berdebat dengannya atau mencoba mengungkap kebohongannya karena rasa bersalah. Namun, aku juga tidak akan melakukannya meski aku tidak merusak boneka itu.Seperti yang sudah kukatakan di rumah sa
Read more

Bab 125 Dia Mencuri Jiwaku

Sudut pandang Valerie:Marcel tidak pernah duduk bersamaku. Dia selalu di sisi Alisa di Keluarga Salim, dan selalu duduk di seberang meja di rumah kami."Marcel ...." Alisa bergumam, tiba-tiba menunduk setelah sebelumnya tersenyum lebar ketika Joshua berjanji akan mengganti semua barang yang kubuang. "Aku ... aku ingin ...." Dia berdiri, membawa piringnya.Dia ingin pindah duduk."Jadi aku harus duduk di mana lagi?" Marcel duduk tegak dengan satu lengan terletak santai di sandaran kursiku. Dia menatapku, bukan Alisa, lalu menunjuk kursi kosong di sisi lain. "Kamu tahu kursi itu untuk siapa?"Alisa membeku di tempatnya, menatap Marcel dengan gugup penuh harap sambil mencengkeram pinggir piring sampai jari-jarinya memutih.Aku memutar mataku. Ya, tentu saja. Untuk sang putri kesayanganmu. Seolah aku ingin duduk di sebelahmu.Aku meraih piringku untuk pindah, tetapi dia lebih dulu menangkap pergelangan tanganku. "Itu kursi Aveline. Tahu kenapa?"Aku dan Alisa sama-sama terkejut."Karena s
Read more

Bab 126 Perubahan Pahit

Sudut pandang Valerie:Aku mengabaikan es kola itu.Seakan-akan aku akan meraihnya dan memberi Alisa alasan untuk tertawa puas!Aku mengambil sedikit kentang tumbuk dan salad, tetapi tidak ada yang semenarik semangkuk besar sayap ayam panas yang mengepul di depanku ini. Tidak ada yang menyentuhnya dan aku pun juga tidak bisa, tanpa minuman dingin. Mungkin aku bisa menggantinya dengan segelas air es ....Aku menatap tajam air putih yang hambar itu. Aku tidak menginginkannya.Mataku melirik ke arah dapur. Mungkin ada kola lagi di sana? Keluarga Salim tidak minum soda. Memiliki anak yang berjuang melawan maut setiap hari membuat mereka sangat menjaga pola makan sehat. Namun, mungkin saja ...."Kolanya juga kupesan bareng sayap ayam tadi," kata Marcel tiba-tiba, dengan nada polos seolah-olah dia tidak baru saja membaca pikiranku. "Restorannya? Mereka pasti tahu cara menikmati sayap ayam yang enak."Aku juga tahu! Aku mulai menyesal mendorong kola itu menjauh. Ya, si berengsek ini yang memb
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status