Semua Bab Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya: Bab 131 - Bab 140

233 Bab

Bab 131 Bantuan Besar

Sudut pandang Valerie:Aduh, Alisa keluar!Aku panik, mencari tempat untuk bersembunyi. Aku datang untuk menyelamatkan Lukas dan mengenakan gaun pesta agar bisa berbaur. Rencanaku adalah membuat keributan dan menarik perhatian Alisa, dia pasti akan terkejut jika melihatku di pestanya. Kemudian, Lukas akan mendapatkan kesempatan untuk melarikan diri.Namun, Alisa di sana bukan untuk menjaga apa pun. Dia di sana untuk mencuri! Selain itu, bukan hanya mengetahui keberadaan Lukas, Alisa bahkan keluar sekarang! Sial!Aku tidak punya waktu selain untuk berbalik dan bersembunyi di balik tiang terdekat ketika pintu ruang kerja terbuka, tetapi sekarang aku sudah jauh di sisi ruang tamu dan tidak ada cara aku bisa kembali ke kamarku.Aku tidak bisa membiarkan Alisa melihatku di luar kamarku!"Kenapa kita bersembunyi?"Sebuah suara membuatku terkejut hingga melompat, lalu aku melihat wajah polos Marcel. Dia tampak sedikit terkejut seolah-olah aku yang mencoba membuatnya kaget, padahal sebaliknya.
Baca selengkapnya

Bab 132 Kalung Baru sang Kaisar

Sudut pandang Valerie:"Aku nggak tahu," kata Alisa hampir seketika tanpa berpikir, lalu suaranya berubah curiga. "Kenapa kamu tanya?""Kenapa menurutmu?" Marcel tertawa ringan, tetapi jika aku tidak salah lihat, tawanya tidak mencapai matanya. Aku belum pernah melihat Marcel memperlakukan Alisa dengan sikap seperti itu.Alisa mengerucutkan bibirnya, menatap Marcel dengan mata melebar, suaranya terdengar ragu seperti saudari ipar yang penurut. "Kamu tanya itu untuk ... dia? Kalian berdua ... akan kembali bersama?"Marcel melirik ke arahku lagi. "Ya, semoga segera."Alisa menundukkan pandangannya."Aku pikir dia mungkin akan memaafkanku kalau aku membantunya mencari orang tua kandungnya," lanjut Marcel seolah-olah tidak melihat ekspresi Alisa yang terganggu."Ayah nggak mau berurusan dengan keluarga itu," desis Alisa dengan wajah takut. "Katanya, para pecandu itu akan mencekik kami seperti tanaman merambat kalau mereka tahu kalau putri mereka diadopsi oleh orang kaya ...."Atau mungkin
Baca selengkapnya

Bab 133 Keadilanku Sendiri

Sudut pandang Valerie:"Aku nggak tahu apa itu milik ibumu, tapi kalung itu pasti punya cerita di baliknya." Lukas menyeringai dengan percaya diri. "Ada karat di rantai kalungnya. Berdasarkan bau yang tertinggal di dalam kotak, menurutku ...."Aku menahan napas, dan dia mengatupkan bibirnya, menatapku dengan senyum menggoda. Aku merasa gelisah saat menyadari bahwa dia sedang menggodaku. "Apa …?""Darah," katanya tenang, menggagalkan ledakanku, dan memberiku gelombang kecemasan lagi."Apa?" Aku terkejut."Sstt!" desisnya kepadaku, menunjuk ke pintu dan mengarahkanku menjauh dari pintu, mendekati jendela. Benar, orang lain tidak boleh mendengarnya."Tapi ... darah? Kenapa bisa ada darah di sana? Apa pengguna narkoba menumpahkan darah saat sekarat?" Aku kebingungan dengan berjuta-juta pertanyaan dalam pikiranku. "Lagi pula, kenapa seorang pecandu punya kalung semewah itu? Kenapa Joshua Salim mengambilnya? Untuk uang? Joshua nggak terlihat seperti orang yang berniat menjualnya …."Lukas me
Baca selengkapnya

Bab 134 Kata Sandinya

Sudut pandang Valerie:"Kamu yakin nggak ingin meledakkan bom ini di depan Keluarga Salim?" Lukas menimang-nimang kotak kalung itu. "Kesempatan terakhir."Aku menggigit bibir, akhirnya menjawab, "Nggak.""Kamu dengar itu?" tanya Lukas sambil mengeluarkan ponselnya.Apa …? Aku mendekat kepadanya. Sebelum aku sempat melontarkan pertanyaan, dia mengarahkan ponselnya dan di layar ponselnya ada wajah Adrian."Dia majikanku." Lukas tersenyum kepadaku. Aku menatapnya tajam, lalu mengambil ponselnya. Sebenarnya, aku tidak keberatan dengan keterlibatan Adrian, tetapi bukan saat dia sibuk mengejar Aurel, dan tentu saja bukan dengan cara seperti ini!"Aku baru saja menghubungi Lukas untuk memeriksa keadaanmu saat kamu masuk. Maaf." Melihat frustrasiku, Adrian segera menjelaskan, "Aku nggak memantaumu, aku bersumpah.""Kurasa aku bisa menggunakan nasihat dari seorang teman ...." Aku memutar mata, tidak bisa marah lama kepada rubah licik itu. "Tapi, aku sudah memutuskan untuk yang satu ini.""Ini c
Baca selengkapnya

Bab 135 Mabuk

Sudut pandang Valerie:Rencana itu tidak akan berhasil jika Alisa tidak meninggalkan sisi Marcel, yang biasanya terjadi. Mengandalkan keberuntunganku, aku menyelinap ke tepi tangga, mengintip tanpa memperlihatkan diriku.Lobi hanya diterangi lampu gantung dalam mode redup. Cahaya kuning samar memancarkan mantra ambigu pada kerumunan, dan udara terasa seksi. Dengan bantuan alkohol, seolah-olah akal sehat setiap orang telah tercuri dan kini mereka semua bergoyang mengikuti musik, tertawa, dan sesekali menyentuh tubuh mereka.Pesta ini sudah berjalan dengan baik sekarang.Dengan gaun ringan, aku tidak mencolok sama sekali. Berbeda dengan Marcel ….Aku agak terkejut menemukan Marcel duduk sendirian di bar, dengan minuman di tangan dan tanpa Alisa. Dia tampak murung dan bosan, tetapi beruntung bagiku, dia tidak pergi.Begitu aku melirik, sepertinya dia merasakannya, dia tiba-tiba menatap ke atas, dan matanya langsung bertemu mataku. Kemudian, dia tersenyum. Senyum bersih dan ramah tanpa nia
Baca selengkapnya

Bab 136 Membohongiku

Sudut pandang Marcel:Aku cukup terkejut Val memulai percakapan denganku, tetapi kemudian aku menyadari bahwa dia menginginkan sesuatu dariku.Val adalah jiwa yang bebas, kebalikan dari Alisa. Dia mengatakan apa yang dia pikirkan dan melakukan apa yang hatinya katakan. Selalu. Namun, tidak ketika dia menginginkan sesuatu. Dia berubah menjadi orang yang berbeda, gadis penurut yang berusaha sebaik mungkin untuk bersikap baik, merayu, menahan diri.Dahulu, aku meremehkan itu. Aku merasa dia selalu meminta sesuatu sementara Alisa tidak pernah meminta apa pun. Belum lagi Val melakukannya dengan cara yang ragu-ragu, hampir takut, dan aku tidak suka itu.Val akan bertanya kepada semua temanku, kecuali aku, tentang apa yang mungkin aku suka untuk memberiku hadiah yang tepat, lalu bertanya apakah aku suka hadiah itu ketika dia memberikannya kepadaku. Jika aku bilang "ya", dia akan tersenyum begitu cerah dan bertanya dengan ragu, "Kalau begitu, apa aku mendapatkan satu hari penuh bersamamu? Hany
Baca selengkapnya

Bab 137 Saatnya Bangun dari Mimpi

Sudut pandang Marcel:Saat aku menyaksikan Val mencoba mengajakku berbicara, untuk membuatku teralihkan dengan rasa terima kasih yang palsu, aku hanya bisa merasakan kepahitan di mulutku, tidak peduli seberapa banyak alkohol yang kuhabiskan.Aku tahu mengapa dia bisa berbohong kepadaku sekarang. Itu karena aku tidak lagi istimewa baginya.Sekarang, aku hanya seperti orang lain baginya, seseorang yang bisa dia manfaatkan tanpa merasa bersalah. Kejujuran baginya adalah "dasar yang kokoh untuk pernikahan". Aku yang menghancurkan pernikahan itu dan sekarang dia berhak untuk tidak peduli dengan dasar itu.Val benar. Dia membangun rumah untukku, untuk kami. Sebuah rumah yang nyata, bukan sekadar tempat tinggal, sebuah tempat berlindung di mana aku bisa bersantai dari hari-hariku dan mengisi ulang tenaga, tempat di mana aku dirawat dengan sangat baik tanpa harus membayar apa pun.Aku menghancurkan surga itu menjadi kepingan-kepingan tanpa menyadari apa yang kumiliki.Aku melihat Val, maksudku
Baca selengkapnya

Bab 138 Perjalanan Valerie

Sudut pandang Valerie:Kalau masuk lewat pintu, tidak boleh Lukas yang melakukannya, harus aku. Kalaupun ada yang melihatku, itu bukanlah sebuah kejahatan."Kenapa lama sekali?" desisku saat Lukas menyeretku ke sudut gelap. Di tangannya ada kunci kuno berbentuk aneh. Pintu gerbang vila menggunakan kunci sidik jari, tetapi ruang kerja Joshua Salim masih menggunakan kunci fisik lama yang rumit.Apa yang dia sembunyikan di sana?"Kunci seperti ini sangat mahal, satu anak kunci untuk satu kunci saja, dan anak kunci itu nggak bisa digandakan," jelas Lukas, melihat kebingunganku. "Lalu, untuk menjawab pertanyaanmu, karena kamu memberiku kata sandi yang salah untuk ponselnya.""Apa? Bukan ulang tahun Alisa?" kataku terkejut. "Aku bersumpah sudah pernah melihatnya pakai itu.""Ya, mungkin dulu iya, tapi sekarang nggak lagi," kata Lukas dengan ekspresi aneh di wajahnya. "Mau tahu apa itu?""Nggak usah." Aku melambaikan tangan. "Aku nggak berniat mencuri ponselnya terus-menerus!"Aku belum perna
Baca selengkapnya

Bab 139 Aku juga Bisa Melakukannya

Sudut pandang Valerie:Aku menutup mulut karena terkejut, melemparkan kotak ke dalam brankas dan menguncinya, tetapi kemudian menyadari bahwa aku tidak punya tempat untuk melarikan diri. Bagaimana Alisa bisa kembali begitu cepat?"Valerie!" Alisa terus berteriak sambil memutar gagang pintu dengan gila, "Kamu mencuri kunciku, 'kan? Kamu berani menyelinap ke ruang kerja Ayah? Kamu pasti mampus! Ayah bilang kamu akan mencoba sesuatu dan kamu benar-benar melakukannya! Buka pintu!"Aku terombang-ambing antara pintu dan balkon.Tidak aman kalau aku melompat tanpa Lukas yang siap menangkapku. Namun, jika aku keluar lewat pintu ....Aku ingin berpura-pura bodoh dan menyelidiki dahulu, tetapi sepertinya semuanya mulai terbongkar. Aku menggenggam kunci dengan satu tangan dan gagang pintu dengan tangan lainnya. Jika begini jalannya …."Seorang pria masuk lewat jendelanya." Aku mendengar suara pria di luar pintu, jelas ditujukan kepada Alisa. Aku menahan napas dan menunggu.Seseorang? Pria apa? Lu
Baca selengkapnya

Bab 140 Momen Heroik dalam Perang

Sudut pandang Valerie:"Apa itu?" tanya Alisa dengan tergesa-gesa, berlari kembali ke ruang kerja.Sial! Dia mendengarku.Marcel mengetuk pintu kaca dengan lembut, menunjuk ke kunci. Untungnya, tersamarkan oleh teriakan Alisa dan kepanikannya memutar gagang pintu, aku berhasil membuka kunci pintu kaca dan membukanya dengan lancar."Apa …," desisku kepada Marcel, tetapi dia menutupi mulutku dan menarikku keluar ke balkon."Apa yang kamu kirimkan ke Alisa?" tanya Marcel langsung."Aku … aku nggak tahu ...," gumamku. Lukas yang mengirimnya. Aku tidak pergi sampai aku mengembalikan ponsel Marcel ….Tunggu, dia tahu?Marcel cepat-cepat meninggalkan topik itu. "Di bawah meja atau melintasi celah balkon, pilih salah satu," katanya cepat dengan nada tegas, memutarku ke arah kamarku. "Di bawah meja lebih aman, tapi berjalan keluar bisa berbahaya ….""Balkon," jawabku, memilih dengan cepat. Celah antara kedua balkon itu kurang dari satu meter. Aku pikir Joshua Salim sudah mempersiapkan kamar tid
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
24
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status