All Chapters of Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!: Chapter 31 - Chapter 40

80 Chapters

Masuk Perangkap (1)

“Maksud Bapak gimana? Su … sugar baby?” Kilat tajam dari tatapan Alya hanya terlihat selama beberapa detik. Dia tidak menyangka targetnya serendah itu, memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingannya sendiri. Pantas saja ‘orang itu’ mengutusnya untuk menghancurkan Reza dari dalam. “Nggak usah kaget gitu, Al. Sudah jadi hal yang lumrah kalau gadis-gadis cantik seperti kalian nyari tambahan uang jajan. Bahkan, anak-anak SMA saja sudah banyak yang open BO. Saya yakin teman-teman kamu juga ada yang jadi simpanan Om-Om.” “Tapi saya nggak begitu, Pak,” bela Alya lirih, tapi masih bisa didengar oleh Reza. “Saya gadis baik-baik.” Tawa Reza memenuhi ruangan, memecah suasana janggal yang tercipta. “Bagus. Jadi, belum ada yang buka segel kamu?” Alya tak menjawab, menunduk menatap ujung sepatunya. Dia harus melepas kebencian pribadinya dan kembali berperan sebagai gadis polos. “Tolong jangan bicarakan hal-hal seperti itu, Pak. Saya nggak nyaman. Saya datang untuk bekerja.” Reza terseny
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Masuk Perangkap (2)

“Tante nggak bisa lama-lama di sini, takut Bima bangun dan nyariin. Ini Tante bawain makanan buat kamu sama papanya Nana. Tante taruh di meja, ya? Atau Nak Firman mau makan sekarang? Biar Tante siapin.” Suara Mama Anita terdengar lembut seperti berbicara pada putranya sendiri. Firman menggeleng pelan. “Makasih, Tante, tapi saya belum lapar.” “Tapi tadi pagi udah sarapan?” kejarnya yang tidak yakin dengan jawaban pria yang diharap akan menjadi calon menantunya sekali lagi. Hanya geleng kepala yang terlihat. Firman kehilangan selera makan. Hanya satu-dua teguk air putih yang membasahi kerongkongannya agar tidak dehidrasi. Prioritasnya adalah Nadya. Tidak ada hal lain yang lebih penting dibandingkan wanita itu. “Tante tahu kamu nggak akan tenang sebelum Nana siuman, tapi ingat buat jaga kesehatanmu juga, Nak. Jangan sampai kamu sakit.” “Baik, Tan. Nanti saya makan kalau Nana udah siuman dan kondisinya aman.” Mama Anita hanya bisa mengangguk pasrah. Meski menyarankan pemuda t
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Target 2 Sudah Terjerat (1)

Ruangan itu hening, seakan waktu berhenti berputar. Firman masih diam, menatap Nadya dengan wajah penuh kebimbangan. Di luar, terlihat gelap. Awan hitam menggelayut manja siap menumpahkan airnya, seolah alam turut bersedih bersama Nadya. “Na ….” “Tinggalin aku sendiri,” pinta Nadya dengan suara lirih, terdengar sedikit gemetar sambil membuang muka untuk menyembunyikan air matanya. Sejak awal mengurus perceraian, Nadya sadar masih ada bayang-bayang ketakutan dirinya akan hamil. Namun, karena sibuk mengurus perceraian dan membangun kembali usahanya, dia tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Nyatanya, ibarat bom waktu, masalah ini akhirnya meledak juga. “Na, tadi Tante Anita datang bawa makanan. Kamu mau—” “Aku nggak lapar,” sela Nadya lirih, masih enggan melihat cinta pertamanya. Firman tertegun, tapi tetap berusaha tenang. Dia tahu, Nadya butuh ruang untuk sendiri. “Aku tunggu di luar. Kalau butuh sesuatu, panggil aku,” ucap Firman sambil meletakkan ponsel Nadya ke atas n
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Target 2 Sudah Terjerat (2)

“Selamat siang, Ibu. Ke mana tujuan Ibu?” “Iba-ibu. Saya belum setua itu untuk dipanggil Ibu,” ketus Joyce sengit. “Ah, maaf. Kita ke mana, Mbak?” Joyce menyebutkan alamat rumahnya sambil menahan merasa jengkel. Dia ingin menghubungi Reza secepatnya dan mencari tahu apakah pria itu sudah tahu Nadya hamil atau belum. Namun, ponselnya sudah hancur berkeping-keping semalam. Wanita 28 tahun itu menghela napas kasar sambil bersandar lemas ke kursi belakang. Pikirannya campur aduk. Perasaan cemas dan bingung memenuhi benaknya. Dia benar-benar tak tahu harus bagaimana. Kecurigaan Reza selingkuh saja sudah membuatnya was-was. Ditambah lagi kehamilan Nadya “Dari mana aku dapat uang, ya? Zaman sekarang udah nggak ada wartel kayak dulu buat hubungi Mas Reza. Selain itu, aku nggak punya temen yang bisa dipinjami ponsel sementara.” Tanpa sadar, Joyce mengelus perutnya. Berbagai masalah datang bersamaan. Namun, yang terpenting adalah ketiadaan uang di dompetnya. Semua langkah yang aka
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Kamu Bukan Papinya (1)

“Selamat pagi, Bu Nadya. Bagaimana istirahatnya semalam?” Perawat melangkah masuk ke ruangan dengan senyum lembut di wajah. Tangannya membawa nampan berisi tensimeter dan beberapa peralatan lain. “Ada keluhan seperti pusing, mual, atau yang lainnya tidak, Bu?” imbuh perawat senior itu sambil memeriksa tekanan darah Nadya. Nadya hanya menggeleng, tidak berniat menjawab. Terlalu malas sekadar untuk bicara. “Tekanan darah normal, Bu. Jika tidak ada keluhan lagi, Ibu sudah boleh pulang hari ini dan lanjutkan istirahat di rumah. Sekarang, saya minta izin untuk melepaskan selang infusnya ya, Bu.” Kali ini Nadya mengangguk lemah, membiarkan wanita berseragam putih bersih itu melepas jarum dan infus set yang menempel di punggung tangannya sejak kemarin lusa. Setelah menempatkan sampah medis ke wadah khusus, perawat itu menyerahkan bungkusan kecil kepada Nadya. "Ini vitamin dan suplemen makanan yang harus diminum untuk tiga hari ke depan. Ibu juga bisa mulai mengonsumsi susu khusus ibu
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Kamu Bukan Papinya (2)

"Ma, kenapa dia ada di sini?” tanya Nadya pada akhirnya. "Ah, itu ….” Mama Anita sedikit salah tingkah. “Bima demam lagi semalam. Dia menyebut-nyebut nama papinya terus, jadi mamamu minta tolong Firman datang karena Papa lagi di rumah sakit nunggu kamu." Pak Bagaskara menjelaskan dengan lebih baik. “Demam lagi? Sejak kapan dia sakit? Kenapa Papa nggak bilang?!” Suara Nadya sudah mulai meninggi, merasa tersakiti tidak diberi tahu kondisi putranya. “Maafin Mama sama Papa. Kondisi kamu sendiri butuh perawatan, jadi kita nggak tega. Lagi pula, sekarang Bima udah nggak apa-apa. Demamnya udah turun. Tinggal sedikit rewel.” Bima yang semula tertidur dalam gendongan Firman, sedikit terusik dengan perseteruan ketiga orang di dekatnya. Begitu menoleh, dia melihat Nadya dengan mata sayu dan bergumam lirih, “Mami.” Mendengar itu, Nadya langsung mendekat dengan mata berkaca-kaca. “Mami di sini, Sayang.” Tangan Nadya terulur, bersiap mengambil bocah itu dari gendongan mantan kekasihnya terse
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Habis Manis, Sepah Dibuang (1)

“Jahat banget ih, kameranya, tapi aku sukak!”Joyce memandangi pantulan wajahnya di ponsel dengan senyum lebar merekah. Matanya berbinar-binar penuh antusias, memperhatikan hasil foto selfie yang tampak begitu mulus bak boneka, menghempaskan jerawatnya entah ke mana.“Kemarin aku masih bingung mau gimana hubungin Mas Reza. Kayak mimpi aja, sekarang udah punya iPhone,” imbuh Joyce lekat akan euforia kebahagiaan.“Selain itu, produk skincare-ku udah lengkap lagi,” ujarnya sambil memperhatikan meja rias yang sudah penuh oleh berbotol-botol produk, bersanding dengan alat make up.“Tadi aku udah beli tiga set sekalian biar nanti nggak perlu bingung kalau krim pagi sama krim malam habis. Jangan sampai jerawatan kayak sekarang ini. Gara-gara krim habis, tapi pelit banget tuh mo-kon-do nggak mau beliin,” cerocos Joyce jengkel, teringat Reza yang memarahinya karena meminta dibelikan produk perawatan kulit dan wajah. “Hmmm, apa lagi ya yang masih harus aku beli?” gumamnya sambil memainkan jari
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Habis Manis, Sepah Dibuang (2)

“Gimana hubungan kamu sama calon suamimu, Joy? Dia udah bisa dihubungi?” imbuh Dani lebih lanjut, kembali ke pokok topik yang memang sudah dipersiapkan olehnya untuk ditanyakan. “Belum, nih. Padahal dia udah baca WA aku, tapi nggak dibalas. Sibuk banget kali di tempat barunya.” “Telepon coba pas dia istirahat.” “Udaaah!” balas Joyce mulai terpancing rasa kesalnya. “Tetap aja dia nggak jawab. Sialan. Habis manis sepah dibuang.” Dani hampir tertawa, untung masih bisa ditahan. "Jangan suudzon gitu, dong. Mungkin dia emang lagi sibuk di tempat kerjanya yang baru. Semua orang butuh penyesuaian, apalagi dia kan punya jabatan penting di sana. Banyak hal yang harus diurus.” “Tapi seenggaknya dia bisa balas pesan aku, bilang lagi sibuk.” “Udah dong jangan marah-marah. Nanti cepet tua,” seloroh Dani bercanda. Perasaan Joyce yang tadinya suram kini terangkat sedikit demi sedikit. Dani begitu lembut dalam berbicara, membuat Joyce merasa didengarkan. Pria itu juga bisa membangkitkan ke
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Firasat (1)

"Ada bulu mata kamu yang jatuh, Joy." Dani berkata sambil tersenyum, suaranya lembut setelah mencubit bagian bawah mata Joyce. “Bu … bulu mata?”Joyce membuka matanya yang sempat tertutup. Dia tertegun melihat Dani mengangguk sambil menarik diri tanpa kesan menggoda. Pria itu kembali duduk di kursinya sendiri dan melanjutkan makan.“Dia cuma mau ambil bulu mataku?” batin Joyce memastikan, tidak berkedip menatap lekat-lekat mata indah yang berhasil membuatnya terpesona. “Bukannya dia tadi ngisep jari yang dipake buat ngusap saus di bibirku?”Joyce masih linglung, memasang wajah bodoh.“Kok bengong?” tanya Dani sengaja melambaikan tangan di depan wajah Joyce untuk menyadarkannya.Joyce menggaruk tengkuknya sendiri. Dia sudah berpikiran terlalu jauh terhadap Dani. Alih-alih mendekat untuk menciumnya seperti dalam drakor-drakor yang dilihatnya selama ini, ternyata Dani hanya membantu mengambil bulu mata.“Bodoh!” umpat Joyce, masih dalam hatinya.Fuu!Wanita berambut pirang itu sedikit
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Firasat (2)

“Kenapa perasaanku tiba-tiba nggak enak begini?” gumam Joyce lirih, hanya terdengar oleh telinganya sendiri."Joy!"Joyce terkesiap sampai membuat kedua bahunya berjengit. Tubuhnya menegang dengan degup jantung yang kembali kencang.“Ponsel kamu bunyi,” ucap Dani dengan wajah bersahabat seperti sebelumnya. Nada bicaranya pun ringan tanpa beban."Astaga! Aku mikir apa, sih?"Joyce menggelengkan kepala kuat-kuat, mengusir perasaan tidak nyaman yang entah dari mana munculnya. Dia segera mengambil ponsel yang tergeletak di meja dan kembali terkesiap saat melihat nama pemanggilnya. Mas Reza!rWanita hamil itu segera menguasai dirinya dan berbisik pelan, "Mas Reza, calon suamiku. Mas Dani diem dulu, ya."Dani mengangguk. Dia tidak keberatan harus menyembunyikan dirinya sendiri.Joyce menarik napas dalam, berusaha meredam rasa bersalah yang tiba-tiba menyelimuti dirinya karena sedang berduaan dengan laki-laki lain. Meski mereka tak ada hubungan, tidak seharusnya dia begitu akrab dengan orang
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more
PREV
1234568
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status