All Chapters of Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!: Chapter 21 - Chapter 30

80 Chapters

Benih-Benih Kecemburuan (1)

“Joy, dasi krem yang semalam aku minta kamu siapin di mana?” Suara Reza yang cukup memekakkan telinga membuat Joyce terpaksa membuka mata. Padahal, baru satu-dua jam lalu dirinya bisa terlelap. Sejak semalam Reza menolak untuk menyentuhnya dengan alasan takut terlambat bangun esok paginya, Joyce tidak bisa tidur. Berbagai pikiran buruk memenuhi kepala. “Joy! Denger nggak, sih?! Di mana dasinya?” Joyce menyingkirkan selimut dengan kasar, tak peduli kain tebal berbulu itu terhempas ke lantai. “Pakai dasi yang lain aja kenapa, sih?” balasnya jengkel sambil membuka laci. Dengan acuh tak acuh, dia meletakkan kain kecil memanjang warna biru ke atas nakas. “Aku bilang krem, bukan biru. Kamu buta warna?!” Joyce yang sudah terlanjur malas dengan sikap uring-uringan Reza, memilih melenggang ke kamar mandi. “Adanya itu. Cari aja sendiri kalau ngeyel mau yang krem.” “Joy, kamu itu wajib urusin aku. Nadya nggak pernah absen pakein dasi setiap pagi sesibuk apa pun dia.” “Ya udah,
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Benih-Benih Kecemburuan (2)

“Semua sudah kami atur di Bandung. Jika ada hal-hal yang membuat Pak Reza tidak nyaman, silakan langsung sampaikan ke saya.” “Terima kasih banyak, Bu Mita atas kesediaannya. Kalau begitu, saya tidak akan sungkan menghubungi Ibu.” Dengan anggun, Bu Mita mengangguk sambil tersenyum. Joyce yang sudah sampai di ambang ruang tamu, jelas melihat interaksi antara Reza dengan sekretaris berusia 35 tahunan itu. Seketika, seolah ada jarum tajam yang menusuk jantung Joyce. Hatinya panas melihat Reza begitu ceria menyambut tamunya, berbanding terbalik dengan wajah masam yang ditunjukkan pagi ini. “Siapa sih, dia? Ngapain pagi-pagi ke sini?” Joyce yang belum mandi dan masih mengenakan pakaian tidur lusuh langsung merengut. Hatinya mencelos, kecemburuan langsung menguasai dirinya. “Kita bisa berangkat sekarang, Pak, atau ada yang masih harus Anda persiapkan?” Reza yang sudah siap sejak tadi, gegas berdiri sambil membenahi jas yang dipakainya. “Mas!” panggil Joyce sambil melemparkan
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Terjebak (1)

"Selamat pagi, Bu. Saya diminta Pak Reza untuk pasang CCTV di rumah ini," ujar pria yang membawa obeng di tangan dengan santai. Joyce mengerjap, menatap mobil yang terparkir di luar pagar. Nama sebuah perusahaan IT terkenal di ibu kota terbaca dengan jelas. “Benar ini rumah Pak Reza Handika? Saya petugas yang akan memasang CCTV di rumah ini.” "CCTV?!” Joyce tersadar. Mata sipitnya melotot, amarahnya meledak setelah menyadari situasi yang terjadi. Dua tamu tak diundangnya itu bukan orang jahat seperti dugaan awal. “Benar. Kemarin Pak Reza sudah datang ke kantor kami dan memesan pemasangan lima CCTV di rumah ini.” “Hah?! Lima?” Joyce menatap sengit keduanya. “Buat apa? Mas Reza nggak bilang itu. Kalian jangan mengada-ada, ya.” “Beliau mengatakan ini demi keamanan Anda.” “Nggak mungkin. Dia pasti curiga aku selingkuh selagi dia nggak ada. Kalian pergi sana. Aku nggak butuh CCTV.” Pria berkumis tebal dengan badan tegap itu tak bergeming, hanya melirik rekan kerjanya yang ha
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Terjebak (2)

“Ma… jangan mikir yang aneh-aneh antara aku sama Firman. Masih masa iddah ini, Ma.” Mama Anita terkekeh pelan. “Nggak ada salahnya, kan, berterima kasih? Lagipula, siapa tahu kamu bisa dapat pelanggan baru di sana. Nggak ada niatan lain, kok.” Nadya tak menyangkal ucapan mamanya. Meski terasa jelas niatan tersembunyi wanita itu, Nadya berpura-pura tidak tahu. “Nanti sekalian ajak Bima ke sana. Lego-lego itu kan pemberian Firman. Bima belum secara langsung bilang makasih karena kemarin lagi tidur. Sekalian aja.” Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya Nadya mengalah. Dia menyiapkan nasi bakar dengan banyak kemangi seperti favorit Firman sejak dulu. Dia juga membawa Bima menuju firma hukum milik Firman. Ketika Nadya tiba di kantor, Firman—yang sudah mendapat bocoran dari Mama Anita—menyambutnya dengan senyum lebar. "Makasih, Na udah repot-repot datang pake bawain makanan sekalian. Besok-besok lagi, ya,” selorohnya yang hanya dijawab senyum canggung oleh Nadya. Satu staf res
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Jatuh Cinta Sekali Lagi

Tatapan Firman terus tertuju pada Nadya yang masih bersimpuh di lantai untuk berdoa setelah sholat. Hatinya mencelos, merasa bersalah karena sudah ‘mengantarkan’ wanita itu bertemu dengan pria yang salah. Sorot matanya penuh penyesalan. “Ini taruh di mana? Langsung kembalikan ke resepsionis di bawah?” Ekspresi wajah Firman seketika berubah, menyembunyikan perasaan pribadinya begitu Nadya berbalik. “Taruh aja di atas nakas sebelah ranjang tempat tidur Bima. Itu punya kantor, siapa pun boleh pakai. Mungkin besok kamu nganter makanan lagi, sekalian sholat di sini. Aku seneng lihatnya.” Nadya tampak berpikir, mencerna ucapan Firman. “Kenapa? Jangan pasang wajah imut itu atau aku bakal jatuh cinta sekali lagi dan makin ngebet ngejar kamu.” Deg! Mata indah Nadya sedikit memelotot, terkesiap dengan ucapan Firman yang terlalu blak-blakan. Pria itu akan mengejarnya? Melihat ekspresi terkejut di wajah Nadya, Firman tak bisa menyembunyikan tawa. “Nana, sejak kapan kemampuan otak
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Kabar Mengejutkan (1)

Firman duduk di tepi ranjang sambil menatap Nadya yang pingsan dan Bima yang masih terlelap. Dia tidak bisa langsung melarikan wanita itu ke klinik ataupun rumah sakit sebelum pegawai resepsionis tiba. Terlebih ini masih jam istirahat siang. "Na ... Nana, kamu bisa dengar aku?" tanya pria itu sambil mendekatkan aroma terapi ke hidung Nadya, tapi tidak ada respons apa pun. Kepanikan semakin lekat ketika menatap wajah Nadya yang semakin pucat. "Ya Allah, tolong lindungi dia," bisiknya lirih sambil menghubungi nomor pribadi Mira, resepsionis kepercayaannya. Dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Begitu Mira sampai di ruang kerjanya, Firman langsung memberi perintah agar gadis itu menjaga Bima dan mengurusnya sampai Mama Anita datang menjemput. Tanpa pikir panjang, Firman menggendong Nadya dan bergegas menuju pintu depan, berusaha untuk tetap tenang meski jantungnya berdegup kencang. Rasa takut dan gugup tak tertahankan. "Tolong bertahanlah, Na. Kita ke rumah sakit sekarang." Denga
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Kabar Mengejutkan (2)

Kehamilan Nadya bisa berarti penghalang untuknya. Tidak hanya menunggu masa idah selama tiga bulan, dia harus bersabar hingga wanita itu melahirkan. Pun setelah itu, tidak ada jaminan Nadya mau menerimanya. Beberapa wanita memilih menghabiskan energinya untuk fokus mengurus anak-anak dan tidak menikah lagi hingga akhir hayatnya. “Kenapa dia bisa hamil?” bisik Firman lirih, bertanya pada dirinya sendiri. Namun, dokter mendengarnya. Sebagai seorang wanita, sisi keibuannya tersentil dan mengira Firman tidak menginginkan kehamilan kekasihnya. “Pertanyaan macam apa itu? Anda tidak ingin bertanggung jawab atas kehamilan calon istri Anda?” “Dokter, sebenarnya—” “Saya tahu tidak seharusnya ikut campur urusan pribadi pasien, tapi mendengar nada putus asa calon menantu Anda, saya ingin marah. Betapa banyak laki-laki yang tega menelantarkan darah dagingnya, membuang wanita setelah menikmatinya, bahkan beberapa tega melenyapkannya. Habis manis sepah dibuang.” Firman seperti orang linglung,
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Joyce Mulai Menggila

“Dengan Ibu Joyce?” tanya seorang pemuda dua puluhan tahun yang mengenakan jaket hijau bertuliskan salah satu perusahaan pesan antar makanan. “Lama banget, sih? Nggak becus banget kerja!” “Maaf, Bu.” “Iba ibu. Kapan aku nikah sama bapak kamu?!” Senyum getir terukir di wajah driver muda itu. “Udah laper banget, malah muter-muter nggak jelas.” Omelan Joyce terasa makin tajam. “Ah, itu tadi saya memastikan lagi ke pos satpam karena Ibu nggak angkat telepon saya.” “Bodoh! Kamu nggak bisa lihat alamatnya udah bener?” “Maaf, Bu. Saya agak ragu karena katanya di sini nggak ada yang namanya Bu Joyce. Penghuni rumah ini seharusnya Bu Nad—.” “Nadya Nadya Nadya terus! Dia nggak ada. Udah mati!” ketus Joyce dengan wajah merah melampiaskan amarah. Emosinya semakin memuncak mendengar nama itu disebut. “Maaf saya salah. Ini … ini pesanan Anda.” Tangan Joyce menggapai kantong kertas makanan dengan kasar, hampir merobeknya. “Kok dingin?” protesnya lebih lanjut. Wajahnya semakin tertekuk seb
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Serigala Berbulu Domba

Terasa menyenangkan pura-pura menjadi bodoh untuk membodohi orang bodoh.***“Bapak mau menghukum saya?” tanya Alya dengan wajah pucat pasi. Dia semakin mempererat pelukannya pada dokumen di depan dada.Reza menoleh ke kanan kiri, memastikan tidak ada orang di sekitar mereka.“Menurut kamu, hukuman apa yang paling pantas untuk mendisiplinkan pegawai baru, hmm?” tanyanya sambil terus melangkah mendekati Alya. Seringai mes*m tercetak jelas di sudut bibirnya.“Sa … saya nggak tahu, Pak. Ini pertama kalinya saya bekerja.”“Ah, ini pertama kalinya kamu bekerja? Fresh graduate?”Reza yang merasa semakin di atas awan, terus mendesak sampai punggung Alya menabrak dinding yang terasa dingin. Sebuah anggukan ditunjukkan sebagai jawaban karena keterpaksaan.Gadis itu menunduk patuh, tidak berani menatap wajah atasannya yang sebenarnya tergolong tampan itu.“Jangan takut, saya nggak akan ngasih hukuman aneh-aneh ke kamu. Tenang aja.”Begitu mendengar kalimat itu, Alya memberanikan diri mengangkat
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Serigala Berbulu Domba (2)

Apartemen tempat tinggalnya cukup mewah dan nyaman untuk ditinggali. Dia bisa melihat pemandangan kota Bandung yang indah di malam hari. Ada perasaan puas yang tumbuh di dalam dirinya. Di tempat ini, dia merasa lebih dihargai, lebih bebas dari beban berat masa lalu, termasuk lebih berkuasa dan berkesempatan mengambil keuntungan dari karyawan-karyawannya.Tak hanya Alya yang mempesona, bahkan pegawai lain pun tak kalah indahnya. Mereka semua ramah dan menaruh hormat sejak pertama kali Reza menginjakkan kaki di sana. Sambutan mereka hangat dan penuh senyum, seolah kedatangannya memang sudah dinanti-nantikan.“Ini baru yang namanya kehidupan yang menyenangkan,” gumam Reza sambil mengembuskan asap rokok dari mulutnya. Dia berbangga diri dengan posisinya dan segala kemudahan yang ada.Dulu, Reza harus menangani berbagai tanggung jawab berat. Ada banyak proyek besar yang harus dikendalikan dengan tangan besi. Setiap hari diisi dengan rapat tanpa henti, laporan mingguan yang harus disusun de
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more
PREV
1234568
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status