Beranda / Romansa / SEBELUM BERPISAH / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab SEBELUM BERPISAH: Bab 61 - Bab 70

122 Bab

61. Semalam di Jakarta 2

"Mas, tahu dari mana alamat kantor dan hotelku?""Dari Ranty." Hendy jujur kalau bertemu dengan sahabat istrinya di poliklinik rumah sakit. Namun ia tidak menceritakan tentang obrolannya dengan Ranty yang sempat membakarnya jadi abu. Cerita yang membuatnya panas dan menyusul istrinya ke Jakarta. "Padahal nggak sampai dua puluh empat jam, aku besok sudah sampai rumah lagi.""Mas nggak tahu bagaimana menjelaskannya, El. Tapi tiga hari sejak kamu pergi. Rumah terasa begitu sepi. Tidak ada yang mas kelonin." Elvira mencebik dengan candaan garing itu. Hendy tersenyum memandangnya. Bilang kangen saja gengsi lelaki ini. Sudah dipancing-pancing tetap saja tidak mau bicara. Malah menanyakan tentang kegiatan Elvira di Jakarta. Kemudian pintu diketuk dari luar bersamaan dengan teriakan "room service." Hendy yang membuka pintu dan mengambil pesanannya. Lantas mereka makan sambil duduk di atas sofa. Hujan di luar dan suhu AC membuat suasana cukup dingin. "Kapan jadwal fashion show-nya?" tanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

62. Semalam di Jakarta 3

Setelah Hendy keluar, ponselnya berdering. Elvira memperhatikan nama yang tertera di layar. Untuk apa dokter gatal itu menelepon malam-malam. "Angkat nggak, ya?"Sejenak berpikir, akhirnya Elvira menerima panggilan. Namun tidak langsung bicara. Di dengar dulu apa yang hendak diomongkan dokter obgyn itu. Tidak lupa ia merekam percakapan mereka."Hen, kamu di mana?""Halo ... kamu di rumah, kan? Bisa ke rumah sakit sebentar nggak?"Elvira masih diam."Tanteku drop malam ini.""Maaf, Dokter Herlina. Mas Hendy-nya lagi ada bersama saya di Jakarta.""Oh."Telepon dimatikan, Elvira juga berhenti merekam. Lalu mengirimkan hasil rekaman itu ke ponselnya untuk disimpan. Berhadapan dengan perempuan seperti Herlina harus hati-hati dan penuh perhitungan. Belajar dari pengalaman yang kemarin. Ia heran, kenapa Herlina sibuk menghubungi Hendy untuk mengabarkan kondisi tantenya. Memang mereka berteman, tapi tidak juga sampai seperti itu. Apalagi menghubungi malam hari. Bukankah dia tahu kalau Hendy
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

63. Sebuah Rahasia 1

SEBELUM BERPISAH - Sebuah Rahasia Elvira turut menyalami lelaki itu. Dia tidak mengenalinya, tapi Elvira ingat siapa dia. Sering Elvira melihatnya di toko furniture milik sang ayah. Tampaknya mereka berdua cukup akrab.Kenapa dia memeluk Bu Karlina begitu mesra. Duduk juga saling berdekatan, seperti suami istri. Padahal setahu Elvira, istri lelaki itu berjilbab dan sering diajak ke kantor ayahnya. Elvira terakhir melihat, menjelang hari pernikahannya. Ada hubungan apa dengan Bu Karlina? Apa ... ah, Elvira menepis praduganya. Herlina juga tampak akrab. Dia mencium tangan dan lelaki itu mengelus kepalanya sejenak. "Sabar, ya. Sudah takdirnya Tante harus meninggalkan kita sekarang," ujarnya."Makasih, Pa," jawab Herlina yang membuat Elvira kaget. Oh, benar. Lelaki itu papa tirinya Herlina. Kemudian mereka saling berbincang. Elvira diam mendengarkan. Hingga terdengar azan maghrib berkumandang. Hendy izin numpang untuk maghriban. "Mari, Dok. Bareng saya." Lelaki tua itu mengiringi Hen
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

64. Sebuah Rahasia 2

Mereka masuk rumah dan langsung pamitan. Herlina masih sempat menawari makan malam, tapi Hendy menolak dengan halus. Ia menggandeng sang istri hingga ke mobil yang terparkir di luar pagar."Sebelum pulang kita makan dulu," kata Hendy saat mereka sudah duduk di mobil."Iya."Mobil meninggalkan depan rumah Herlina. Setelah tantenya tiada, otomatis Herlina yang akan menempati rumah itu bersama seorang asisten rumah tangga."Laki-laki tadi siapa namanya, Mas?""Pak Danu.""Ayah tirinya dokter Herlina?""Ya.""Aku pernah melihat laki-laki itu. Tapi bukan Bu Karlina yang bersamanya. Seorang wanita anggun berhijab.""Di mana kamu melihatnya?""Di kantor ayah. Apa Bu Karlina istri kedua?"Hendy mengangguk samar. Dan Elvira tidak melanjutkan pembahasan. Kelihatannya sang suami tidak ingin menceritakan kisah keluarga teman baiknya. Oke. Bukan masalah buat Elvira. Malas kalau ujungnya berdebat dengan suami gara-gara perempuan yang sama.Dia bisa tahu cerita tentang Pak Danu dengan menanyakannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

65. Sebuah Rahasia 3

Apa benda itu dari Rizal? Bukankah Ranty bilang kalau lelaki itu menunjukkan perhatiannya dengan memberikan beberapa benda. Kadang buket bunga, makanan kesukaan Elvira, atau hanya sekedar kalimat puitis."Rizal bukan orang kaya, Dok. Tapi dia pekerja keras. Kalau gajian, ia sempatkan membeli sesuatu untuk El. Meski itu bukan barang mahal. Sebagai bentuk perhatian, bahwa El itu sangat berarti dalam hidup dia."Hendy memperhatikan kotak kaca dengan teliti saat menyadari ada tulisan di sana. "Happy B'day, El." Hanya itu saja. Kemudian ada tanggal di bawahnya. 3 September. Segera Hendy bangkit dari duduknya. "Mas tunggu di kamar, ya.""Iya," jawab Elvira seraya menoleh sekilas.Masuk kamar, Hendy langsung membuka laci lemari paling bawah. Di mana ia menyimpan surat-surat penting di sana. Diambilnya kartu keluarga. Ternyata benar, Elvira lahir di tanggal 3 September. Berarti gelang itu hadiah untuk ulang tahunnya. Dan ia semakin yakin kalau benda itu yang memberikan adalah Rizal. Hati ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

66. Jangan Kasih Tahu 1

SEBELUM BERPISAH - Jangan Kasih TahuElvira memperhatikan sekeliling. Daripada menelepon dan menunggu di sana, sementara gerimis mulai deras, lebih baik ia menaiki motornya mencari tempat berteduh.Mana suasana mulai gelap. Ia takut kalau ada orang yang berniat jahat. Dalam keadaan ban bocor, Elvira menaiki motornya pergi dari tempat itu. Agak kesusahan, tapi dia harus pergi juga dari sana.Motor yang ia kendarai oleng. Suara ban berdecit pelan terdengar samar di antara suara hujan. Jalanan itu sepi, hanya beberapa kendaraan yang sesekali lewat dengan kecepatan tinggi, mengabaikan keberadaannya.Telepon suaminya belum tentu dijawab. Dia pasti sibuk. Telepon Arman, kakaknya tidak ada di kantor. Telepon Ranty jelas tidak mungkin. Rizal? Sudahlah, jangan menambah masalah lagi.Di tengah kekalutan itu, sekelompok pemuda dengan tiga motor melintas dan memperlambat laju kendaraan mereka ketika melihat Elvira. Salah satu dari mereka menoleh dan tersenyum lebar. Merapatkan motornya pada El
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

67. Jangan Kasih Tahu 2

Hendy yang baru keluar dari ruang operasi, dihampiri oleh Herlina yang muncul dari ujung lorong. "Sudah kelar?""Ya," jawab Hendy singkat seraya melepas penutup kepalanya."Bisa ngobrol sebentar saja.""Bentar," jawab Hendy kemudian mengambil ponsel di saku celana. Ia terkejut membaca pesan dari Elvira. Hendy berlari meninggalkan Herlina dan masuk ke ruangannya. Tanpa melepaskan seragam warna biru yang dipakai, diambilnya kunci mobil yang ia simpan di laci. Kemudian menemui dokter Fadli, dokter ortopedi yang baru saja bekerja bersamanya di ruang operasi.Sambil nyetir, ia memasang bluetooth earphone di telinga. Menghubungi sang istri. Tapi panggilan tidak dijawab. Hendy khawatir dan berusaha konsentrasi di tengah padatnya lalu lintas dan hujan.Dia terus melaju ke arah tempat yang disebutkan sang istri. Pesan itu dikirim Elvira hampir setengah jam yang lalu. Hendy akhirnya sampai di lokasi yang dipenuhi tumbuhan semak dan ilalang. Dia menyisir tempat itu seraya memperhatikan tepian j
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

68. Jangan Kasih Tahu 3

Ranty menggeleng. Dia tidak akan menceritakan yang sebenarnya. Khawatir nanti malah memperkeruh hubungan Elvira dan Hendy kalau sampai Rizal merasa tidak terima, iba, dan ingin merebut Elvira. Toh Hendy sudah ada kepedulian dengan menyusul Elvira ke Jakarta.Namun demikian, meski Ranty menutupi. Rizal sudah tahu semuanya. Dia memilih untuk tidak membahasnya. "Ran, aku harus pergi. Jangan bilang ke El kalau aku yang membawanya ke sini. Kamu hubungi suaminya. Ceritakan seperti tadi aku menemukannya. Tapi jangan sebut namaku. Kamu saja yang mengaku menolongnya."Dahi Ranty mengernyit, tapi ia mengerti maksud Rizal. Ranty sampai terharu. Segitunya Rizal berusaha menjaga diri dari tenggelam dalam kisah lamanya. Meski Ranty yakin, cinta Rizal masih besar."Aku nggak punya nomer telepon dokter Hendy, Zal."Rizal meraih tas Elvira di bangku sebelahnya. "Ini tasnya El. Ponselnya pasti ada di dalam."Ranty mengangguk sambil menerima tas yang sudah kotor itu."Aku akan mengantarkan dua bapak it
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

69. Rasa Itu Tetap Ada 1

SEBELUM BERPISAH- Rasa Itu Tetap Ada"Motorku gimana, Mas?" tanya Elvira."Sudah diurus sama sopirnya papa. Tidak usah memikirkan tentang motor. Yang penting kamu selamat."Elvira mengangguk pelan. Air matanya mengalir di sudut netra. Hendy mengelap dengan telapak tangannya yang besar. Membingkai wajah pucat itu dan menatapnya lekat. Tanpa peduli ada Ranty, Hendy mencium kening istrinya.Ranty menunduk memperhatikan layar ponsel."Kalau mas datang lebih cepat. Kamu pasti tidak akan mengalami hal ini. Maafkan mas."Senyum tipis terbit di bibir Elvira. Senyum melawan rasa pedih. Dia bukan hanya sedih memikirkan perihnya luka-luka di tubuhnya. Tapi bau obat dan aroma khas rumah sakit membuatnya tidak nyaman. Ingin muntah saja rasanya.Apalagi bau obat di seragam yang dipakai Hendy, begitu tercium kuat. Tapi tidak mungkin menyuruh suaminya menjauh."Kalau aku ketangkap sama dua laki-laki itu. Entah apa yang terjadi denganku," gumamnya lirih."Aku ingat waktu berlari di lahan ilalang dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

70. Rasa Itu Tetap Ada 2

"Tubuhku terasa sakit semua. Kakiku terasa perih juga." Elvira mengeluh. Merasakan tubuhnya remuk redam. "Nanti kalau kamu sudah sembuh. Kita bisa nyalon bareng. Spa bareng." Ranty menghibur.Tidak lama kemudian, Hendy sudah kembali dengan beberapa tentengan. Menu makan malam, air minum, snack, baju dan jilbab."Kita makan dulu. Setelah ini kamu harus minum obat," kata Hendy yang membuat Elvira merinding. Seperti mendengar nama musuh bebuyutan yang disebut oleh suaminya."Mas suapi, ya." "Nggak usah, Mas. Bantu saja aku duduk. Kita bisa makan bersama-sama."Karena istrinya memaksa, akhirnya Hendy membantunya duduk. Elvira meringis menahan perih dan nyerinya tubuh."Obatnya diminum sekarang." Hendy mengambil obat di atas meja. Beberapa saat setelah mereka selesai makan.Elvira tidak berkata apa-apa, tapi tatapannya seolah menolak. Hendy duduk memperhatikan istrinya."Dipatahin kecil-kecil saja, Mas," pintanya."Pilnya tidak terlalu besar. Lihat ini. Kalau dipatahin, kamu akan meminum
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status