Beranda / Romansa / SEBELUM BERPISAH / Bab 161 - Bab 170

Semua Bab SEBELUM BERPISAH: Bab 161 - Bab 170

194 Bab

161. Malam Perayaan 3

"Gimana dengan rencanamu untuk kembali berkarir. Tadi malam Mbak Angel bilang, siap menerimamu sewaktu-waktu atau join kerjasama."Elvira tersenyum. "Entahlah, Ran. Bayangin ngurus dua bayi aja rasanya dah repot banget. Nggak tahu nanti kalau anak-anak dah pada sekolah.""Apalagi aku, El. Wis gak kepikiran untuk kembali mendesain. Di sana aku benar-benar mandiri dengan Mas Yogi. Apa-apa sendiri, jauh dari kerabat. Dijalani aja.""Yang penting kita tetap sehat, rukun dengan pasangan, dan saling pengertian, Ran.""Iya, kamu benar. Dulu kita mengira, karir adalah segalanya. Tapi setelah punya suami dan anak, pandangan kita sudah berbeda. Ya udah aku pulang dulu. Mau mampir minimarket untuk beli diaper." Ranty memeluk sahabatnya. Saat itu mereka sudah ada di teras. Elvira memperhatikan hingga motor Ranty menjauh.Dalam percakapan tadi, mereka sama sekali tidak menyinggung tentang Rizal dan dinner tadi malam. Ranty tidak ada niat mengungkit dan Elvira pun tidak membahas. ***L***Hujan rin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

162. Yang Tertunda 1

SEBELUM BERPISAH - Yang Tertunda"Maaf, jangan khawatir. Saya nggak berniat mengganggu." Bu Karlina menangkupkan kedua tangannya seraya agak membungkuk. Dia berhenti beberapa langkah dari meja tempat Elvira dan Hendy berada.Elvira tadi spontan merangkul Keenan yang duduk di baby chair di antara dirinya dan Hendy. Jantungnya berdegup kencang. Sedangkan Hendy berdiri lebih merapat pada istri dan anaknya."Saya hanya ingin meminta maaf," ujar Bu Karlina pelan. Tidak berani menatap mereka. "Tolong beri waktu saya sebentar saja," pintanya memohon.Sejenak Elvira dan Hendy saling pandang. Hingga isyarat yang diberikan oleh Elvira, membuat Hendy paham dan kembali duduk. "Silakan duduk, Bu."Wanita yang penampilannya jauh berbeda dari beberapa tahun lalu, menarik kursi lantas duduk. Menaruh barang bawaannya di lantai. Dia sungguh berbeda. Tidak sebersih dan seglamor dulu. Pakaiannya sederhana. Blouse dengan motif kembang-kembang dan celana kain warna hitam. Rambutnya di sanggul biasa. Tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

163. Yang Tertunda 2

"Saya sudah kehilangan segalanya," lanjut Bu Karlina dengan suara bergetar. "Hidup saya berubah total setelah keluar dari penjara. Saya tidak punya siapa-siapa lagi. Herlina menjauh, Agnes pergi. Sekarang saya hanya ingin meminta maaf pada kalian sebelum semuanya terlambat."Elvira mengangguk. Setelah beberapa menit terdiam, Bu Karlina pamit."Ibu, nggak mau makan bareng kami?" Elvira masih sempat menawari."Tidak, terima kasih. Saya pergi dulu. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam," jawab Hendy dan Elvira bersamaan.Setelah Bu Karlina meninggalkan mereka. Keenan yang sejak tadi hanya memandangi wanita itu dengan polos tiba-tiba bertanya, "Mama, nenek itu siapa?""Oh, namanya Nenek Karlina.""Temannya Nenek Putli?""Iya," jawab Elvira supaya Keenan tidak terus bertanya. Keenan berpikir, Bu Karlina ini salah satu teman arisannya sang nenek. Sebab ia memang sering diajak Bu Putri ke acara arisan."Keenan, makan dulu," kata Hendy seraya mengambilkan nasi buat Keenan.Mereka kemudian mula
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

164. Yang Tertunda 3

Keenan mengangguk. Hendy mengangkat anaknya ke tempat tidur. Elvira mendekat seraya membawakan botol susu. Wanita itu melepaskan jilbabnya, lalu mendekati jendela besar yang menghadap langsung ke laut. Angin sepoi-sepoi masuk melalui celah balkon. Semilir angin yang menenangkan. "Honey, istirahatlah. Nanti sore kita keluar," ujar Hendy dari atas pembaringan.Elvira menutup gorden transparan berwarna putih dengan bordiran bunga warna senada. Jadi suasana kamar tetap terang masih terkena cahaya dari luar.Di atas ranjang terpisah, terlihat Keenan sudah terlelap sebelum susunya habis. Kalau di rumah, anak itu sudah terbiasa minum susu menggunakan gelas. Karena sekarang bepergian, Elvira membawakan botol.Beberapa menit kemudian, Hendy dan Elvira menyusul Keenan terlelap. Capek setelah perjalanan tadi.***L***Sore itu langit sangat bersahabat, meski ada sapuan mendung tipis di sebelah selatan. Namun di ujung barat, sinar matahari merona jingga.Hendy dan Elvira menemani Keenan bermain
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

165. Menyerah 1

SEBELUM BERPISAH - MenyerahBu Karlina duduk di kursi kayu di sudut salonnya yang sepi. Lampu-lampu redup menerangi ruangan dan cermin besar yang dulunya penuh dengan jejak tangan para pelanggan setia. Kini cermin itu hanya memantulkan bayangan dirinya yang lelah.Hanya satu salon yang kini dipertahankan setelah kebangkrutan menghampirinya akibat kesalahan waktu itu. Tidak semewah dulu, tapi cukup untuk bertahan hidup.Daripada menjual semua salon dan buka usaha baru, lebih baik mempertahankan satu salon saja. Uang penjualan bisa untuk modal membangun salon yang dipertahankan. Ditata kembali meski para pelanggan sudah pada kabur. Tapi ada juga satu atau dua orang yang datang kembali. Karena merasa sudah cocok dan tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Bu Karlina.Meskipun salon tidak seramai dulu, tapi ada perubahan yang perlahan terlihat dalam sebulan terakhir ini. Beberapa pelanggan baru mulai datang. Bu Karlina mulai menata ulang tata letak salon agar terlihat lebih segar."Bu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

166. Menyerah 2

Bu Karlina menghela napas panjang seraya memperhatikan lalu lintas di depan sana. Di tengah segala kesulitan dan kemelut ini, ia tetap berharap bahwa suatu hari, keluarga mereka bisa utuh kembali. Berkumpul lagi dengan anak-anaknya. Penjara tiga tahun menyadarkannya bahwa cinta keluarga adalah ikatan yang tidak pernah benar-benar hilang.Semenjak menemuinya kira-kira empat bulan yang lalu, Pak Danu tidak pernah datang lagi. Ya, memang mereka tidak ada hubungan apapun selain sebagai orang tua dari Agnes.Namun ia yakin, mantan suaminya itu pasti tetap berkomunikasi secara baik dengan putri mereka. Tidak mungkin Pak Danu tega pada anaknya sendiri. Terlebih anak-anaknya yang lain sudah pada mapan semua. Hanya Agnes yang belum menikah.Yang memberi nomer telepon Agnes juga mantan suaminya itu. Pak Danu menyuruh sopirnya mengantar secarik kertas yang ada sederet nomer milik putri mereka.Agnes sekarang berumur 27 tahun, sedangkan Herlina sudah masuk umur 37. Dan mereka semua belum ada yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

167. Menyerah 3

Tatap mata Herlina menyiratkan kerinduan. Dia tidak pernah benar-benar dekat dengan Agnes, tetapi dia tahu bahwa sang adik berusaha peduli padanya sebelum gadis itu memutuskan untuk pergi.Setelah tiga tahun lebih terpisah tanpa kabar, Herlina merasakan kehilangan. Menyesal karena tidak menghargai niat baik Agnes dan membuatnya justru kian terpuruk.Dia tidak pernah mengungkapkan, tetapi sebenarnya dia merindukan kebersamaan keluarganya seperti dulu. Sebelum cinta menggelapkan pikiran jernihnya. Sedih sekali rasanya, padahal Agnes adalah saudara satu-satunya. Tapi kenapa hubungan mereka begitu buruk. Saat Agnes salah pergaulan, dia sebagai kakak bukannya membimbing, membawa Agnes kembali, dan memberinya perhatian. Justru memusuhi sang adik. Menjauhi ibarat Agnes ini tidak berguna dan selalu menyusahkan saja.Namun dikala dirinya terpuruk, justru Agnes yang dianggap liar, ingin membantunya menyembuhkan diri. Itu pun disepelekan oleh Herlina."Agnes sebenarnya di mana, Ma?""Dia nggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

168. Perjalanan 1

SEBELUM BERPISAH- Perjalanan Pertemuan Tak Terduga. Herlina melihat Rizal sedang berjalan dengan seorang wanita berhijab. Napas Herlina tertahan. Dia ingat bahwa Rizal adalah mantan kekasih Elvira. Sosok yang dulu sempat berurusan dengannya dan sang mama di pengadilan. Lelaki itu yang menyelamatkan Elvira dari penculikan. Juga sosok yang namanya dibuat email untuk meneror Hendy.Herlina menatap lelaki yang tangan kirinya di rangkul oleh wanita berhijab.Sementara Rizal tampak tenang. Seolah tak mengenal perempuan yang berjalan bersama seorang laki-laki berkacamata itu."Pa, saya mau nyamperin kenalan dulu," pamit Herlina memandang Pak Danu."Silakan. Papa langsung pulang." Pak Danu melangkah ke mobilnya, sedangkan dengan perasaan serba salah, Herlina mengejar langkah Rizal yang hendak masuk ke restoran. Ia merasa ini adalah kesempatan yang mungkin tak akan datang dua kali. "Mas, tunggu!"Rizal dan Amelia berhenti dan menoleh. "Maaf, kalau saya mengganggu. Bisa saya bicara sebentar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

169. Perjalanan 2

Sesampainya di mobil. Herlina diam sejenak. Dia belum pernah merasakan posisi begitu hina dan rendah seperti sekarang. Ya, karena itu juga akhibat dari kesalahannya sendiri.Sementara di dalam restoran. Rizal dan Amelia mengambil tempat duduk lesehan."Ada apa sih tadi, Mas?" tanyanya pelan pada Rizal setelah mereka memesan makanan. Kalau tidak ditanyakan, hanya menyimpan rasa penasaran.Tanpa ada yang ditutupi, Rizal menceritakan peristiwa waktu itu. Terbesit cemburu dalam benak Amelia. Ternyata begitu luar biasa cara Rizal mencintai mantan kekasihnya. Namun ia sadar. Semua hanya masa lalu. Sekarang mereka sudah memiliki kehidupan sendiri-sendiri."Semua itu hanya masa lalu," ujar Rizal di akhir kalimatnya."Ya. Aku ngerti kok, Mas." Amelia tersenyum tulus.***L***Dua hari kemudian, Herlina duduk di kursi kereta api yang akan menuju Jogjakarta. Dia memandang keluar jendela, melihat pemandangan sawah yang luas membentang. Perjalanan ini bukan liburan. Tapi ada misi yang ingin dia sel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

170. Perjalanan 3

Agnes sudah menunggunya di stasiun. Senyum gadis itu terlihat semringah menyambut kedatangan kakaknya. Dia tidak kesulitan mengenali Herlina di antara para penumpang yang turun dari kereta api. Justru Herlina yang sulit mengenali Agnes. Karena gadis yang tidak pernah memanjangkan rambutnya, kini tampil feminin dengan rambut sebawah bahu. Waktu video call beberapa hari yang lalu, Agnes mengikat rambutnya ke belakang. Jadi Herlina tidak tahu."Mbak," seru Agnes seraya mengangkat dan melambaikan tangannya dengan antusias. Mata Herlina berkaca-kaca. Kemudian melangkah cepat mendekati Agnes lantas memeluknya dengan erat.Herlina merasa terharu. Sudah lama mereka tidak bertemu. Kehangatan pelukan Agnes membuatnya merasa diterima meski selama ini begitu jahat pada adiknya."Kita cari makan siang dulu, Mbak. Baru ke kosanku." Agnes menarik tangan kakaknya untuk diajak keluar stasiun. Mereka masuk sebuah Depot Gudeg Jogja yang sangat ramai siang itu.Agnes bicara dengan riang. Seolah tidak a
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status