Beranda / Romansa / SEBELUM BERPISAH / Bab 141 - Bab 150

Semua Bab SEBELUM BERPISAH: Bab 141 - Bab 150

194 Bab

141. Menemuimu 1

SEBELUM BERPISAH- Menemuimu"Siapa?""Mbak Agnes, Dok.""Saya tidak ingin bertemu siapapun," jawab Herlina acuh, kembali memandang ke luar jendela kaca."Aku hanya sebentar saja, Mbak." Agnes muncul di pintu. Perawat tadi mundur lantas pergi.Agnes duduk di kursi tidak jauh dari Herlina."Ada apa?" tanya Herlina ketus.Setelah diam beberapa saat, Agnes memberanikan diri membuka topik yang sebenarnya sangat sensitif. "Mbak, aku pikir Mbak perlu bicara sama orang yang ngerti. Mungkin psikiater atau terapis."Herlina menatap Agnes tajam. "Kamu pikir aku gila?""Bukan aku nuduh Mbak gitu," balas Agnes cepat. "Kamu dokter. Mbak, tahu kalau kesehatan mental sama pentingnya dengan fisik. Mbak, juga tahu kalau orang yang ke psikiater itu belum tentu orang gila. Aku cuma nggak mau Mbak terus-terusan seperti ini.""Seperti ini gimana? Aku masih kerja, aku masih hidup. Itu cukup," jawab Herlina, nada suaranya mulai meninggi.Agnes menahan diri untuk tidak terpancing. Ia tahu kakaknya bukan oran
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

142. Menemuimu 2

Pernah waktu Herlina duduk di bangku SMP, papa kandungnya datang untuk bertemu, tapi dimaki habis-habisan oleh sang mama. Dan sejak saat itu dia menghilang tanpa kabar. Entah di mana sekarang tinggal. Hampir dua puluh tahun lalu. Pasti sudah tua sekarang. Tapi apakah papanya masih hidup?Papanya berasal dari Semarang. Jadi dia tidak tahu keluarganya di sana sekarang bagaimana. Yang jelas, papanya sudah tidak tinggal di Semarang lagi.Air mata mengalir di pipi tanpa ia sadari. Tambah remuk rasa hatinya. Herlina kehilangan jati diri.Agnes. Meski ia sering bertengkar dengan sang adik, ada bagian dari dirinya yang merindukan hubungan kakak-adik yang dulu mereka miliki.Ia memejamkan mata, membiarkan kenangan-kenangan itu menguasai pikirannya. Tapi tidak banyak kenangan dengan ayah kandungnya yang masih bisa diingat. Dia masih kecil saat itu. Dan sang mama seolah membunuh semua cerita bersama papanya.***L***Dua minggu kemudian ....Cahaya matahari pagi menyelinap ke dalam kamar lewat ce
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

143. Menemuimu 3

Keluar dari ruang bedah, Hendy melangkah cepat ke ruangannya. Ada yang tengah menunggu di sana. Tadi asisten anestesinya memberitahu.Agnes tersenyum lantas berdiri untuk menyalami saat Hendy masuk. "Apa kabar, Dok? Maaf kalau saya mengganggu waktunya.""Nggak apa-apa, Nes. Silakan duduk." Agnes yang sudah menunggu Hendy selama satu jam setengah kembali duduk. Dia sengaja menemui Hendy disaat sang kakak tidak ada jadwal di rumah sakit.Gadis dengan potongan rambut wolf cut itu sebenarnya sangat memaksakan diri untuk bertemu Hendy. Malu juga. Tapi ia nekat. Ia hanya beberapa kali bertemu Hendy selama dokter itu dekat dengan kakaknya.Agnes menyibakkan poninya yang tidak mengganggu ke samping telinga. Hanya untuk mengurangi kecanggungannya."Ada yang bisa saya bantu, Nes?" Hendy membuka suara."Maaf, kalau saya lancang karena apa yang ingin saya tanyakan ini terlalu pribadi, Dok.""Tidak apa-apa. Utarakan saja." Hendy bisa menduga, pasti ini berkaitan dengan Herlina.Gadis itu menarik n
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

144. Memilih Pergi 1

SEBELUM BERPISAH - Memilih Pergi Hendy menunggu Rizal menyeberang. Pria itu tersenyum seraya mengulurkan tangannya untuk menyalami. "Dokter Hendy, apa kabar?" tanya Rizal saat berjabat tangan. Senyumnya melengkung membalas senyuman Hendy. Meski dadanya berdebar hebat, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. Dia mengira tadi Hendy datang bersama Elvira. Ternyata sendirian. Ya, Elvira baru dua mingguan melahirkan."Kabar baik. Mas Rizal sendiri bagaimana kabarnya?""Baik juga, Dok."Dua lelaki tampan melangkah ke tenda resepsi sambil membawa kado masing-masing. Menjadi pusat perhatian tamu undangan lainnya. Mereka tak kalah gagah dengan para tentara yang menghadiri acara itu. Rizal memakai baju warna coklat susu dengan corak batik warna hitam.Mereka dipersilakan duduk di bangku deretan nomor dua dari depan. Di atas pelaminan, Ranty sempat berdebar melihat Hendy dan Rizal datang bersamaan. Untung Elvira tidak bisa ikut."Selamat, Dok. Atas kelahiran putranya. Saya mendengar kabar ini da
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

145. Memilih Pergi 2

"Aku senang mereka akhirnya bersatu," jawab Elvira dengan senyum tulus."Sini, biar Keenan mas pangku." Hendy mengambil Keenan yang tidur di pangkuan mamanya. "Kamu sudah makan siang?""Sudah. Terus nyusuin Keenan tadi." Elvira bersandar di tubuh Hendy, seraya mengusap pipi Keenan yang lembut dan halus. Mereka menikmati momen kebersamaan itu. Meski terbesit tanya dalam hati. Kenapa suaminya tidak cerita bertemu Rizal. Apa Rizal tidak hadir? Tapi tidak mungkin kalau Rizal tidak datang ke sana? Elvira menghela nafas pelan. Dia hanya penasaran. Karena untuk saat ini, kebahagiaan keluarga kecilnya adalah prioritas.Sekarang dia hanya bisa mendoakan, semoga Rizal pada akhirnya juga bahagia. ***L***Rizal menatap layar laptopnya di meja kerja. Kantor yang tadi penuh suara kini terasa lebih sepi karena memang sudah pada pulang dan ia memilih lembur untuk menyelesaikan projeknya. Tubuh terasa lelah. Butuh istirahat segera setelah dihajar berhari-hari menyelesaikan banyak pekerjaan. Sekara
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

146. Memilih Pergi 3

"Sampai Mama mendekam di sini, juga karena belain dia. Mama dan Mbak Herlin bisa hidup enak juga karena papaku, kenapa aku yang anak kandungnya Pak Danu serasa semuanya salah. Nggak pernah benar aku di mata kalian." Mata Agnes berkaca-kaca. Bu Karlina melotot tajam.Pada saat itu seorang petugas menghampiri untuk memberitahu kalau jam besuk sudah habis. Agnes meraih tali tas ranselnya. "Aku pulang dulu, Ma. Ini nanti di makan." Beberapa kotak makanan yang sudah lolos pemeriksaan, digeser Agnes ke hadapan sang mama.Setelah itu ia meraih tangan mama untuk dicium, lalu melangkah pergi.Mengendarai mobil dalam pikiran kacau balau. Padahal niatnya membesuk sang mama untuk membicarakan tentang kakaknya. Ingin minta pendapat, bagaimana caranya membujuk Herlina untuk berobat. Agnes khawatir kakaknya mengalami NPD.Namun melihat tanggapan sang mama, Agnes mengurungkan niatnya untuk bicara. Belum apa-apa, hatinya sudah dibuat kecewa. Mana kakaknya sendiri juga tidak menghargai perhatiannya.Ag
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

147. Setelah Tiga Tahun 1

SEBELUM BERPISAH- Setelah Tiga Tahun Hendy membuka pintu kamar dengan hati-hati, memastikan langkah kakinya tidak mengganggu tidur baby Keenan yang lelap di boksnya.Dia tersenyum memperhatikan si kecil yang pulas. Elvira yang baru selesai menyimpan pakaian ke dalam lemari, menghampiri dan langsung dirangkul oleh sang suami. Mereka saling pandang dengan kehangatan yang sulit diungkapkan oleh kata-kata."Mama tadi sore bilang, biar malam ini Keenan bobo di kamar beliau. Lagian stok ASI di kulkas masih banyak. Tapi aku tolak dengan halus.""Kenapa? Mungkin Mama ingin tidur bersama cucunya.""Bukan gitu. Mama pasti memikirkan sesuatu. Beliau tadi ngelihat saat Mas mengedipkan mata padaku waktu di rumah sakit.""Mas rasa itu bukan hal memalukan, kan.""Aku yang malu. Kemarin waktu Mas nyium aku di ruang makan, mama juga pas ngelihat. Tapi beliau pura-pura nggak tahu. Waktu di depan kamar juga. Lain kali jangan asal aja sih, Mas. Lihat kita ini lagi di mana." Elvira menatap lekat suaminy
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

148. Setelah Tiga Tahun 2

"I love you more," jawab Elvira membalas tatapan Hendy. Kali pertama ia membalas ucapan itu.Senyum mereka tercipta dalam kelegaan yang luar biasa.***L***Usai malam penuh kehangatan itu, mereka berdua tertidur dalam pelukan satu sama lain. Hingga tangisan Keenan di tengah malam membangunkan mereka."Mas, tidur saja. Aku bisa sendiri," ujar Elvira pada sang suami yang duduk menemani di sampingnya. "Ayo, tidurlah, Mas. Jangan sampai besok ngantuk di ruang operasi," lanjut Elvira lagi.Akhirnya Hendy kembali berbaring dan tidak lama kemudian terlelap. Untuk hal ini Elvira benar-benar harus mengerti. Suaminya butuh cukup istirahat. Khawatir juga kalau pas tengah malam atau dini hari ada panggilan darurat dari rumah sakit.Mulai sekarang Elvira harus membiasakan diri. Supaya terbiasa setelah kembali ke rumah mereka nanti. Harus siap mengurus Keenan sendiri. Namun ia setuju atas saran Hendy mencari pekerja paruh waktu. Untuk membantu membereskan rumah dan memasak. Elvira hanya fokus pada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

149. Setelah Tiga Tahun 3

Rizal manggut-manggut sambil tersenyum ramah pada bocah yang sibuk memandanginya. Keenan sangat mirip dengan Hendy."Kabar ibu bagaimana?""Alhamdulillah. Ibu sehat.""Oh, Alhamdulillah. Kamu masih kerja di Powerhouse?""Masih."Mereka berdua akhirnya melanjutkan percakapan sambil berdiri di lorong kecil itu. Rizal berusaha tetap santai, meski perasaan campur aduk sempat menyeruak. Baginya, Elvira memiliki tempat tersendiri di hatinya. Elvira dengan cara bicaranya yang tenang, mulai membuat suasana lebih nyaman."Minggu lalu Ranty baru melahirkan," kata Rizal."Ya. Setelah dua kali keguguran. Kamu sendiri bagaimana?" Elvira sudah tidak canggung lagi menanyakan hal itu. Usia mereka sekarang sudah tiga puluh tahun.Rizal tersenyum. "Nanti kukabari.""Kutunggu kabarnya," jawab Elvira tulus. "Aku senang mendengarnya. Semoga bahagia, Zal."Rizal menatap Elvira. Merasakan ketulusan dalam ucapannya. "Terima kasih, El. Aku juga senang lihat kamu bahagia. Kamu pantas mendapatkannya.""Mama, ay
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

150. Calon Istri 1

SEBELUM BERPISAH- Calon Istri Elvira tidak bisa tidur malam itu. Menunggu suaminya mengabari kalau sudah sampai di rumah sakit. Saat ada bunyi pesan masuk, Elvira menyambar ponsel di sebelahnya. [Mas sudah sampai.] Akhirnya lega juga setelah membaca kalimat singkat itu. Dan ia tidak perlu membalasnya. Hendy hanya mengabari kalau dia sudah sampai di tempat.Kalau panggilan darurat begini, pasti langsung sibuk di ruang operasi. Jadi tidak mungkin sempat berbalas pesan. Setengah jam memejam, Elvira tetap belum bisa terlelap. Biasanya dia bisa langsung tidur setelah sang suami mengabari. Terlebih usai bercinta. Lelah dan gampang terlelap. Tapi sekarang malah tidak bisa tidur. Apa karena tadi dikasih tahu kalau besok Bu Karlina bebas? Tiga tahun ini ia merasa aman karena wanita itu di penjara. Herlina memang sebuah ancaman, tapi dia bisa apa tanpa ibunya. Apalagi sekarang dia sudah tidak seperti dulu. Juga disinyalir kalau dia pengidap NPD.Atau apa karena telah bertemu Rizal tadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
20
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status