Semua Bab Benih Papa Sahabatku: Bab 41 - Bab 50

122 Bab

Bab 33B. Bawa Pulang!

"Eng-enggak kenapa-napa. Kamu, cepet pake baju. Nanti masuk angin." "Dari tadi aku emang pake baju cuma gak pake daleman aja. Makanya aku tutupin selimut." Mendengar penjelasan Bianca, barulah Evan berani menoleh. Sekarang Bianca melilitkan selimut sebatas dada. Kedua tangannya tertutup kemeja putih milik Evan. "Oh ya udah, kamu ganti pakaian dulu. Setelah itu kita makan malam." "Oke." --- "Sayang, kamu makan malam dulu. Kasihan calon bayi kita, Sayang." Tak henti, Daniel membujuk istrinya. Sedari tadi, Namira berdiri di depan jendela yang mengarah ke gerbang rumah. Ia menantikan kepulangan Bianca. "Anak sambungku juga kasihan, Mas. Dia pasti belum makan. Dia juga enggak tau ada di mana sekarang. Mas, aku takut ...." Daniel merangkul pundak istrinya, memeluk tubuh Namira penuh kasih sayang. "Jangan bilang begitu, Sayang. Kita doakan saja, semoga Bianca dilindungi Allah di mana pun ia berada." Daniel berusaha terus menghibur istrinya. Ia tahu, Namira seperti ini kare
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 34. Izinkan Mengantarmu

Enak gak makanannya?" tanya Evan memandang Bianca dari samping. Gadis itu terlihat sangat lahap menyantap makan malam yang dibelikan Evan. "Enak. Enak banget. Beli di mana?" tanya Bianca sambil menyuapi makan malamnya. "Di Restoran seberang. Aku biasa beli di sana kalau males masak." "Emang kamu bisa masak?" Bianca menghentikan kunyahannya. Menatap lekat Evan yang duduk di samping. "Bisa. Kalau aku enggak bisa masak, siapa yang masakin?" "Oh iya ya, kamu kan jomblo. Hahaha ...." Evan tak menanggapi, sangat senang melihat gelak tawa Bianca yang lepas. Evan berharap tidak ada kesedihan lagi pada Bianca. Gelak tawa Bianca terhenti ketika terdengar nada dering ponsel milik Evan. "Bi, sebentar. Aku mau angkat telepon dulu," ucap Evan sambil melihat layar handphone, memastikan siapa yang memanggil. Ternyata papanya yang menelepon. "Iya, Van." Evan beranjak, menjauhi Bianca yang melanjutkan makan malamnya. "Hallo, Pah?" "Van, kamu masih di apart bareng Bian?" Suara Y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 35A. Jangan Pergi

"Oke. Sekarang kamu anterin aku pulang." Jawaban Bianca membuat bibir Evan menyunggingkan senyum. Hatinya sangat bahagia karena Bianca mau mengabulkan permohonannya."Terima kasih, Bianca. Terima kasih udah mengabulkan keinginanku." Bianca mengangguk, mengikuti langkah Evan"Iya, sama-sama."Sepanjang jalan menuju kediaman Daniel, tidak ada yang bicara. Tiba-tiba handphone Evan berdering. Agak susah Evan mengambil handphone yang ada di saku celana levis sebelah kiri."Mau aku bantu ambilin?" Bianca menawarkan bantuan. Lelaki yang duduk di balik kemudi menoleh sekilas, menganggukkan kepala. Tanpa canggung, Bianca merogoh handphone dari balik saku celana Evan. Setelah berhasil, menyodorkan pada lelaki itu. "Loudspeaker aja, Bi."Bianca menurut, menekan loudspeaker."Gimana, Van? Apa Non Bianca mau diajak pulang?" Suara Yuda terdengar dari ujung telepon. Evan lupa, tidak menanyakan lebih dulu siapa yang menelepon pada Bianca.Sesaat, Evan dan Bianca saling pandang. Kemudian, Evan men
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

Bab 35B. Jangan Pergi

Sorot mata Daniel tak kalah tajam. Menatap lekat wajah anak kandungnya lekat. Bianca tak menanggapi, memalingkan wajah dan bersidekap. "Papah gak bisa bayangin kalau laki-laki yang menolongmu bukan Evan. Pasti akan terjadi hal buruk yang menimpamu, Bian. Sudahlah, mulai besok, kemanapun kamu pergi, selalu ada Evan." Titah Daniel sangat tegas tanpa peduli, apakah Bianca setuju atau tidak? ya memang selama ini, hanya perintah Daniel yang harus diikuti. Evan menoleh, memandang wajah Bianca dari samping. Evan ingin bicara tapi tenggorokannya seolah tercekat. "Mas, jangan paksa Bianca lagi. Aku mohon ... kita kasih kepercayaan untuknya, Mas. Aku gak mau kalau Bian pergi dari rumah lagi. Aku mohon, Mas ...." Berurai air mata Namira memohon agar suaminya menarik perintah untuk sahabatnya itu. Bianca mendongak, menatap Namira yang memegang tangannya."Enggak apa-apa. Aku mau ditemani Evan kemanapun pergi. Aku enggak akan pergi sendiri lagi. Mamih jangan sedih, aku enggak akan pergi lagi."
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

Bab 36A. Sarapan

"Mas, si Evan udah pulang?" tanya Namira ketika menghampiri Daniel di ruang tamu. "Udah, baru aja. Sayang, gimana Bianca? Apa dia cerita tentang Evan padamu?" selidik Daniel. Jauh-jauh hari sebenarnya Daniel ingin menjodohkan Evan dengan Bianca. Sebelumnya Daniel sudah beberapa kali bertemu dengan anak kandung Yuda itu. Pertemuan tersebut membuat Daniel terkesan dengan kecerdasan Evan dan juga sifatnya yang sopan. "Iya, cerita. Tapi enggak banyak," jawab Namira menggamit lengan suaminya mesra. Mereka menaiki anak tangga yang mengubungkan ke kamarnya. Berulang kali Namira menguap, kedua matanya sudah sangat mengantuk. Melirik jam dinding di kamar, sudah pukul setengah satu malam. Pantas saja, Namira sudah ngantuk. "Sayang, sekarang kamu harus tidur, harus istirahat," ucap Daniel saat mereka sudah berada di dalam kamar. Namira menganggukkan kepala. "Aku mau ke toilet dulu.""Iya, Sayang."Daniel meletakkan kaca mata tebalnya. Bernapas lega karena Bianca sudah pulang ke rumah dalam k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

Bab 36B. Sarapan 2

"Kalau gak salah, yang semalam nganterin Non Bian pulang, Pak."Sontak, Daniel dan Namira saling pandang. Mereka sudah bisa menerka siapa yang datang? Pasti Evan, anak kandung Yuda. "Evan?" tanya Namira meyakinkan. "Iya, Non."Setelah menjawab pertanyaan majikannya, Bi Rusmi pergi ke belakang, membiarkan Daniel dan Namira berdua di ruang makan. "Mas, aku panggilin Bian sama Evan dulu, ya? Suruh mereka sarapan.""Gak usah." Namira yang baru setengah berdiri, kembali duduk. Keningnya mengkerut melihat Daniel yang menyantap sarapan. "Memangnya kenapa?""Nanti kamu ganggu mereka. Kamu sarapan aja. Bian dan Evan sarapannya setelah kita berdua. Kamu jangan lupa, minum susu ibu hamil."Namira mengerti, melanjutkan sarapan. Tak lupa ia meminum susu ibu hamil sesuai anjuran. "Mas, aku sama Bian ke kampusnya dianterin Evan?" tanya Namira. Intonasi suaranya terdengar tak suka. Ia ingin ke kampus seperti biasa, diantar Daniel. "Bian saja yang diantar Evan. Kalau kamu, aku yang mengantarmu."
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

Bab 37. My Baby

Namira langsung memeluk pinggang Bianca. Terlihat sangat bahagia. "Menurutku sih iyes. Jadi beneran ini, kamu sama Evan menjalin hubungan?" tanya Namira sumringah. Hatinya benar-benar bahagia kalau Evan dan Bianca berjodoh. Mereka cocok. Usia Evan memang lebih tua beberapa tahun dari Bianca. "Belum sih. Aku mau mengalir aja. Kalau nanti ada ikatan pacaran, Papah pasti nyuruh aku dan Evan cepat-cepat menikah. Aku gak mau. Males." Bianca menjawab apa adanya. Namira mengerti, menganggukkan kepala. Selama ini, Bianca memang tidak ingin seperti dirinya, menikah muda. Bianca ingin selesai kuliah, dapat bekerja di perusahaan Daniel. Ia sedikit demi sedikit mulai mempelajari cara pengelolaan perusahaan papahnya. Daniel tidak melarang tetapi jika Bianca sudah memiliki suami, Daniel meminta anaknya itu untuk fokus menjadi ibu rumah tangga saja. Dan tentu saja, Bianca tidak mau terjadi. Ia ingin puas masa mudanya lebih muda dulu, ingin memiliki pengalaman bekerja dulu, setelahnya barulah meni
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

Bab 38A. Obat Kuat

"Love you too, Ferry Cayang ...," balas Hesti menc1um bib1r Ferry sesaat. Lelaki itu tak mengelak meski hatinya merasa jijik dan jengah mendapatkan perlakuan dari Hesti. "Aku berangkat ke kampus dulu, Sayang.""Iya, Sayang. Hati-hati."Ferry harus bertahan dengan Hesti demi pengobatan ibunya yang menderita kanker. Saat ini dia tidak tahu harus membayar kuliah sekaligus pengobatan ibunya dari mana. Sebenarnya bukan hanya Hesti yang menjadikan Ferry simpanannya. Ada tante lain yang menjadikan Ferry berondong manis. Sepanjang jalan menuju kampus, kadang Ferry meratapi keputusannya melayani h4srat tante-tante yang kesepian. Walau pun syarat yang diajukan Ferry harus menikah sirri lebih dulu, tapi tetap saja dia menginginkan memiliki istri yang sebaya usianya. Rencana Ferry mendekati Namira dan Bianca gagal total. Dua gadis itu menolak mentah-mentah. Padahal dari fisik, Ferry tidak terlalu jelek. Dia cukup tampan. Cintanya pada Namira harus pupus di tengah jalan. Ferry terlambat karena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 38B. Obat Kuat

Kali ini Hesti yang terkekeh."Kamu benar, Daniel. Aku ke sini hanya minta uangmu, Daniel. Atau kalau kamu keberatan memberiku uang secara cuma-cuma, kamu boleh kasih aku pekerjaan apapun. Aku mau, Daniel," pinta Hesti agak memelas. Sekarang wanita itu duduk di kursi yang sebelumnya ditempati Mutiara.Daniel terkekeh, menggelengkan kepala. "Kamu pikir aku b*doh, Hesti?"Hesti menyipitkan kedua mata, kening mengkerut. Tidak mungkin Daniel mengetahui rancananya. Pikir Hesti."Maksudmu apa, Daniel? Kamu jangan selalu berburuk sangka padaku," kilah Hesti pura-pura kesal. Sekarang tidak ada tempat bergantung bagi Hesti. Lelaki pengusaha hebat dan seumuran dengannya, tidak ada yang mau didekati Hesti apalagi sampai menjalin hubungan khusus. Rata-rata pengusaha-pengusaha kaya raya itu lebih memilih gadis perawan, daun muda dari pada janda tua sepertinya."Aku gak berburuk sangka padamu. Aku tau akal licikmu, Hesti. Belum lama kamu memanfaatkan nama Bianca untuk mengambil pinjaman di Bank. B
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 39A. Pintunya Dikunci

Jam 1 siang, Namira dan Bianca baru selesai kelas. Mereka langsung ke area parkiran mobil karena mata kuliah berikutnya lagi kosong. "Kamu pulangnya mau bareng aku atau mau nunggu papah?" tanya Bianca pada saat mereka baru keluar kelas. Bibir Namira maju beberapa centi, lalu menggelengkan kepala. "Aku enggak tau. Kalau nunggu papahmu dulu, takutnya dia gak bisa soalnya tadi sempat bilang, nanti sore mau ada meeting sama klien.""Kalau gitu, kamu telepon aja dulu."Namira menganggukkan kepala, mengeluarkan handphone, menghubungi suaminya. Tidak berselang lama, sambungan telepon Namira diangkat. Suara Daniel yang menyapa di ujung sana terdengar jelas. "Ada apa, Sayang?""Mas Ayang, aku pulangnya gimana? Mau nungguin kamu atau bareng Bianca aja?" tanya Namira berjalan beriringan dengan sahabat sekaligus anak sambungnya. "Kelasnya udah selesai?""Udah.""Kamu pulang bareng Bian dan Evan saja, aku masih lama. Enggak apa-apa?"Bibir Namira cemberut, suaminya tak bisa menjemput. Kalau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status