Semua Bab Benih Papa Sahabatku: Bab 441 - Bab 450

483 Bab

Bab 302. Ketemu di Resto

Hanif terkejut melihat riwayat chatnya dengan Friska di-print oleh Axel. Segera, ia remukkan kertas itu dan setengah berlari mengejar kembaran Alea. "Axel tunggu! Axel!" Panggilan Hanif sengaja diabaikan. Axel melenggang berjalan menuju kelas. "Axel!" Hanif mencekal lengan Axel membuat langkah kaki remaja itu terhenti. Dengan kasar, Axel menghempaskan. "Kenapa? Kaget? Takut? Oh tenang aja, selama kamu dan selingkuhanmu enggak nyakitin tante Nida, bukti itu enggak akan tersebar luas. Tapi kalau sebaliknya? Dalam hitungan detik, aku akan menyebarkannya. Dan perlu kamu tau, aku juga punya video menjijikanmu dengan jalang itu." Kalimat terakhir tentu saja bohong. Axel tak punya satu video asusila Hanif dengan Friska. Sekadar menakut-nakuti saja. "Eh, Axel! Kamu jangan kurang ajar!""Tenang dong. Seperti tadi yang aku bilang, kalau kamu dan si Friska enggak macam-macam ke tante Nida, kamu aman. Udah bel, aku mau masuk."Puas sekali Axel berkata demikian. Paling tidak, Hanif tidak akan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

Bab 303. Khilaf

Evan tiba di rumah sakit langsung mengetuk pintu ruangan di mana papanya menerima perawatan medis. Shella terkejut melihat kedatangan Evan. Ia lantas berdiri, mempersilakan Evan duduk di kursi samping ranjang pasien. Shella pamit keluar ruangan, membiarkan Evan berdua dengan sang suami. "Pa, Papa kenapa? Kenapa Papa bisa jatuh sakit begini? Perasaan kemaren Papa sehat wal afiat," ucap Evan menunjukkan rasa cemas. Yuda yang mulutnya masih ditutupi masker oksigen hanya tersenyum tipis. "Sekarang juga Papa udah lebih baik."Jawaban Yuda tak membuat Evan percaya seratus persen. Ia yakin ada masalah yang mengganggu pikiran Papa kandungnya itu. "Pa, apakah penyebab Papa sakit karena masalah yang menimpa Nida?" telisik Evan menatap lekat Yuda. "Kasihan Nida, Van. Dia sendirian."Ternyata benar dugaan Evan. Lelaki itu menghela napas berat, menggenggam telapak tangan papanya. "Papa tenang saja. Nida enggak sendirian. Aku akan membantu masalahnya. Kalau emang Nida ingin mempertahankan ruma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

Bab 304. Siapa Pengirim Foto?

Setelah mengatakan itu, Axel pergi meninggalkan Hanif yang masih melongo di tempat duduk. Tak menyangka jika Axel berani bicara kasar padanya. Selama ini Axel sangat sopan dari sikap dan ucapnya. Tetapi sekarang, sifat Axel berubah drastis. Hanif menggelengkan kepala, mengusap wajah kasar. Kecemasan terlihat jelas. Ia takut kalau bukti perselingkuhannya tersebar luas. Di depan kelas Axel, ternyata Arfan dan Alea sedang menunggu kedatangannya. "Kak, gimana? Dia enggak ngomong macam-macam 'kan?" cecar Alea agak mendongak, menatap wajah kakaknya yang tampak masam. "Enggak waras dia! Udah tau salah, malah mencari pembelaan. Bilang rumah tangganya udah hambar, enggak romantis, enggak cinta lagi sama tante. Aku bilang, kalau emang kayak gitu, harusnya bilang baik-baik. Eh dia bilang, takut tante Nida sakit hati. Lah, dia selingkuh apa enggak bikin tante Nida sakit hati? Kan sakit jiwa!" Mendengar cerita Axel, Arfan dan Alea membelalakkan kedua mata. "Pak Hanif ngomong gitu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

Bab 305. Ribut

Hanif tak langsung menjawab, ia terdiam sambil berpikir. Tidak dapat dipungkiri, ada rasa kesal dalam hati. Hanif tidak suka jika Friska ikut campur dalam urusannya dengan Nida. "Sudahlah, aku tau kamu enggak akan menjawab. Mana ada, laki-laki yang menjelekkan wanita yang dicintainya," ucap Nida sembari mengambil alih ponsel. Papanya dari tangan Hanif. "Aku minta maaf. Aku enggak tau kalau dia mengirim pesan itu ke papa." Akhirnya Hanif membenarkan jika Friska yang mengirim pesan foto mereka. "Oke. Tapi aku minta sama kamu, segera urus daftarkan perceraian kita ke pengadilan agama. Dan tolong kasih tau Friska, jangan pernah menghubungi papaku. Cukup ke aku aja. Oke?"Setelah memberi peringatan, Nida beranjak pergi. Meninggalkan selembar uang yang diletakkan di bawah secangkir kopi. Hanif tertegun melihat kepergian mantan istri. Ia pun bergegas keluar resto tanpa memesan makanan atau minuman. Sepanjang jalan, Hanif agak emosi mengetahui kalau Friska berani mengirim foto-foto pada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Bab 306. Salah Pengertian

"Sakit, bajingaaannn!" teriak Friska saat rambutnya kembali dijambak Hanif hingga kepala mendongak ke belakang. "Makanya jangan berani membentak suami apalagi menamparku! Plak! Plak!" Dua tamparan kembali mendarat di kedua pipi Friska. Di rumah itu, hanya ada asisten rumah tangga bernama Mbok Tarmi. Wanita yang usianya hampir enam puluh tahun itu menyaksikan kekejian Hanif pada Friska. Mbok Tarmi adalah wanita yang mengurus Friska sejak kecil. Ia ingin sekali menolong Friska tapi tak berani. Hanif yang terlihat lugu ternyata berperangai kasar. Mbok Tarmi hanya menangis di balik dinding pembatas. "Ampun, Hanif ... Ampun. Aku minta maaf. Tolong jangan siksa aku. Huhuhu ...."Kondisi Friska sudah berantakan. Sifat Hanif yang tak suka dibentak atau tidak dihargai seorang istri, membuatnya menjadi laki-laki tempramental. "Sekarang kamu harus janji. Tidak boleh melawanku, tidak boleh memarahiku apalagi menamparku. Berjanjilah, Friska!" Jambakan pada rambut Friska semakin keras dan kuat.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Bab 307. Kamu Mau?

Semua yang mendengar ucapan Bianca tercengang. Mereka tak menyangka jika Bianca berkata demikian. Sangat tidak enak didengar. "Sayang, maksud papa bukan kayak gitu. Udahlah, kamu diam saja," bisik Evan menegur ucapan istrinya. Bianca menunjukkan raut wajah tak suka. Sementara Nida dan Yuda hanya terdiam. "Hm, Pa. Meeting dengan klien diundur besok. Katanya Mr Jimmy yang dari Singapore baru tiba tadi sore. Pesawatnya delay." Evan sengaja mengalihkan topik pembicaraan. Tak ingin membahas ucapan Bianca yang membuat Yuda dan Nida tersinggung. "Ya sudah enggak apa-apa. Papa minta maaf, enggak bisa bantuin kalian. Insya Allah kalau dokter udah izinin Papa pulang, Papa akan langsung kerja lagi." Ingin sekali Nida menyanggah dan melarang papanya kerja tapi ada Bianca. Bianca adalah pewaris tunggal perusahaan Bragastara dari Daniel. Walau sebetulnya Nida ada darah Bragastara tapi untuk pembagian saham perusahaan sangatlah jauh berbeda dengan Bianca. Nida hanya memegang dua puluh pers
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Bab 308. Tidak Mungkin Bohong

Lelaki tak tahu diri! Tak tahu malu! Satu jam lalu dia menyakiti hati dan fisik Friska sekarang tanpa tahu malu meminta uang padanya. Friska tak langsung menjawab. Muak sekali yang ia rasa. Ingin menghardik dan menghina Hanif tetapi rasa nyeri akibat penyiksaan yang dilakukan Hanif satu jam lalu masih terasa. "Kalau aku enggak mau kasih uang ke kamu gimana?"Pertanyaan Friska membuat Hanif tercengang. Tidak menyangka jika Friska menolak permintaannya. Hanif pikir, Friska akan langsung menyetujui. "Perceraianku enggak akan masuk persidangan dan pernikahan kita akan selamanya berstatus nikah sirri."Friska tak peduli. Bibirnya menyeringai, melanjutkan makannya. Biarkan saja menikah sirri. Toh Hanif tak memiliki harta yang patut diperebutkan. Selang beberapa menit, Hanif kembali bertanya. "Jadi kamu enggak mau kasih aku uang?""Enggak." Tanpa berpikir panjang Friska menjawab. Menatap lekat lelaki yang duduk di kursi bersebrangan dengannya. "Itu kan perceraianmu dengan si Nida. Kenapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Bab 309. Sudah Menyanggupi

'Dasar Friska. Kenapa pula bilang ke si Hanif? Padahal aku udah bilang ke dia, jangan kasih tau Hanif. Dasar perempuan bodoh!' gerutu Ibu Ros dalam hati. Ibu Ros menarik napas panjang. Rupanya Hanif lebih percaya pada istrinya ketimbang ibu Ros. "Ya ... Ya emang sih, kemarin Friska kasih Mama uang tapi sekarang uangnya udah habis," kata ibu Ros berbohong. "Habis?" Hanif tampak tak percaya. "Sepuluh juta habis dalam satu hari, Ma? Habis dipake beli apa?" "Bukan buat beli apa, Hanif! Tapi buat bayar utang! Kamu pikir, untuk makan sehari-hari dari mana uangnya? Ya Mama kasbon dulu atau pinjem uang dulu ke rentenir." Lagi, ibu Ros berbohong. Hanif semakin tak percaya. Ia menggelengkan kepala berulang kali. "Aku enggak percaya, Ma," ucap Hanif pelan sambil melengos kan wajah ke arah lain. Ia kecewa pada ibu Ros. Wanita yang selama ini dihormatinya itu ternyata sangat pelit. "Terserah kamu, percaya atau enggak. Ya udah, Mama mau istirahat dulu." "Ma, tunggu!" cegah Hanif be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

Bab 310. Tidak Bisa Terima

"Kalau dia menyanggupi, kenapa dia tadi pinjem uang ke Mama?" Sentak ibu Ros tak dapat menahan emosi. Nida terkejut mendengar penuturan yang disampaikan ibu Ros. Pasalnya selama ini Hanif selalu berusaha menjaga harga diri agar tidak meminjam uang pada siapapun. Kalau sampai Hanif pinjam uang pada ibu Ros, lalu uang yang selama ini digabungkan kemana? Masa hanya untuk biaya persidangan Hanif tidak punya uang? "Mas Hanif pinjam uang ke Mama?" tanya Nida meyakinkan pendengarannya. "Iya. Sudahlah, lebih baik kamu saja yang membiayai persidangan cerainya. Supaya statusmu sebagai janda bersertifikat," titah ibu Ros tak mau tahu. Ia hanya khawatir Hanif datang lagi ke rumah dan meminjam uang padanya. "Maaf, Ma. Aku tetap enggak mau membiayai proses persidangan cerai kecuali mas Hanif sendiri yang meminta. Udah dulu ya, aku mau istirahat."KlikSambungan telepon terputus. Nida tak mau ambil pusing perihal biaya persidangan cerainya nanti. Biarkan saja Hanif yang memikirkan dan membayar.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

Bab 311. Menurutmu Bagaimana?

Ferry terkejut mendengar ucapan Axel. Namun, ia segera menguasi sikapnya. "Enggak apa, Pak Axel. Nanti biar saya sampaikan ke istri saya," timpal Ferry sambil tersenyum. "Om, aku kan udah pernah bilang. Jangan panggil saya Pak. Panggil saja Axel.""Enggak enak saya kalau cuma panggil nama."Alea yang mendengar percakapan dua lelaki berbeda usia itu menggelengkan kepala. "Enggak usah enggak enak gitu, Om. Justru kalau om panggil aku dengan sebutan Pak, aku yang enggak enak dengarnya. Kayak aku udah tua banget. Hahahaha."Alea mengulum senyum mendengar kelakar kakaknya. Begitu pula Ferry, lelaki yang dulu sempat menjadi gigolo itu tersenyum miring. "Maaf ya, Nak Axel. Bukan maksud saya seperti itu.""Iya, Om. Aku ngerti. Hm, begini Om. Biar aku jelasin dulu, ya?"Axel mengubah posisi duduk lebih serius. Akan membahas topik pembicaraan semula. "Aku emang enggak bisa terima tante Tina kerja di cafe. Tapi, kalau tante Tina mau, kerja di rumah tanteku aja. Di rumahnya tante Nida."Keni
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4344454647
...
49
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status