Semua Bab Benih Papa Sahabatku: Bab 431 - Bab 440

483 Bab

Bab 292. Menuduh

Ketiga wanita yang duduk bersebrangan dengan Nida terkejut. Mereka saling pandang satu sama lain, lalu pandangannya tertuju pada dua lembar kertas yang ada di atas meja. Hanifa, si Bungsu mengambil kertas itu. Haifa dan ibu Ros pun melihat dua lembar kertas yang disebut Nida sebagai bukti perselingkuhan Hanif. Ibu Ros mendongak, menatap nyalang Nida. "Nida, jangan sembarangan Menuduh! Hanif enggak mungkin berselingkuh! Pasti ini hoax!" Ibu Ros pura-pura mengelak. Hanifa dan Haifa yang tidak mengetahui kalau Hanif dan Friska telah bertemu lagi terkejut. Kedua adik Hanif itu mengenal Friska tapi tidak terlalu dekat. "Ma, ini Mbak Friska yang dulu mantan pacarnya mas Hanif?" tanya Haifa yang menunjuk foto wanita yang ada di riwayat chat WA kakakaknya. "Kayaknya bener deh, ini Mbak Friska yang dulu ninggalin mas Hanif. Aku masih inget Mbak," timpal Hanifa membenarkan dugaan kakak keduanya. "Diam kalian! Itu emang Friska tapi enggak mungkin mereka chat seperti itu." Lagi, ibu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 293. Bertanya Langsung

Evan sudah menerka maksud istrinya. Belakangan Bianca tidak menyukai Nida. Pasti Bianca berpikir buruk pada adiknya itu. "Ya mau gimana lagi? Bisa jadi kan?" jawab Bianca tanpa beban. Melengoskan wajah, tak ingin membalas tatapan Evan yang sinis. Evan sampai menggelengkan kepala. "Keterlaluan kamu, Bi. Kamu kenal Nida dari dia masih remaja! Nida itu adikku! Anak kandung dari adik papamu! Tega sekali kamu menuduhnya demikian cuma karena dia melakukan satu kesalahan membongkar rahasia kita!" Evan tak dapat menahan emosi. Ia meluapkan begitu saja. Tak peduli nantinya Bianca akan marah padanya atau tidak. Bianca tak menyangka Evan sangat marah. Kedua mata Bianca membeliak. "Kamu ngebentak aku cuma karena Nida?" Suara Bianca rendah namun sarat penekanan. Evan tetap menunjukkan raut wajah marah. "Iya. Karena kamu udah keterlaluan! Aku yakin, Nida enggak mungkin selingkuh! Lagi pula, buat apa kamu telepon si Hanif? Mau ikut campur urusan rumah tangga mereka? Ngapain? Jangan memperkeruh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 294. Katakan Padaku!

"Pa, jangan!" sergah Nida tak ingin papanya bertanya langsung pada Hanif. Ia khawatir jika nantinya Hanif bersikap atau berucap buruk tentangnya di depan Yuda. Nida tak ingin papanya itu sakit hati. "Kenapa? Papa ini orang tuamu, Nida. Papa harus tau, kenapa Hanif sampai menceraikanmu. Ada apa? Apa karena kamu belum memberinya anak? Apa karena kamu sibuk bekerja?" Berbagai dugaan dilontarkan Yuda. Nida tak langsung menjawab, hanya merunduk. Melihat Nida tak jua menjawab, Shella memegang bahu suaminya. "Mas, mungkin Nida butuh waktu untuk bercerita pada kita. Mungkin saat ini dia belum siap. Kita biarkan Nida sendiri dulu."Biar bagaimana pun, Shella sudah mengenal sifat Nida. Meski Nida anak sambungnya, tetapi hubungan Shella dengan Nida cukup dekat. Sedikit banyak, Shella telah mengenal watak Nida. Yuda menarik napas panjang. Ia sangat penasaran penyebab perceraian anak kandungnya itu. Namun, yang dikatakan Shella ada benarnya. "Baiklah. Papa enggak akan memaksa. Tapi, Papa engga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 295. Tidak Tersimpan

Ferry sangat bahagia dan nyaman kerja di cafe. Dia bekerja dari pagi sampai jam lima sore. Setelahnya, diperbolehkan pulang sembari membawa beberapa lauk pauk yang ada di cafe. Semua itu atas perintah Axel. "Pak Gilang, apa ini enggak menimbulkan kecemburuan sosial dengan karyawan lain?" Ferry tak enak hati karena setiap hari, Gilang selalu menyuruh Ferry membawa lauk pauk untuk di rumah. "Enggaklah. Pak Ferry lihat sendiri. Karyawan lain enjoy-enjoy aja kan? Kita ini keluarga. Bukan cuma sebatas atasan dan bawahan. Tuh lihat, yang lain juga boleh membawa makanan dari cafe." Gilang menunjuk karyawan lain yang membungkus lauk pauk sekadaranya dengan pandangan mata. Ferry menganggukkan kepala. Melihat plastik kresek di tangan. "Kalau begitu, saya ucapkan terima kasih banyak, Pak Gilang. Istri dan anak saya sangat menyukai makanan di sini," ujar Ferry berkata jujur. Gilang tersenyum sembari menepuk pundak Ferry. "Alhamdulillah, sukurlah kalau mereka suka." "Iya, Pak Gilang."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 296. Memangnya Aku Siapa?

Rina serba salah. Apakah membalas pesan Axel atau membiarkannya. Di lubuk hatinya paling dalam, Rina bersedih dan kecewa. Ternyata Axel tak menyimpan nomor kontaknya padahal waktu itu mereka sempat berbalas pesan. Tiba-tiba handphone Rina berdering. Keningnya mengkerut, Axel menelepon. Namun, ia tetap meragu. Tak diangkat, dibiarkannya berdering. Rina memilih keluar kamar, menyantap makan malam bersama ibunya. "Kamu kenapa, Rin? Cemberut begitu?" telisik Tina melihat mimik wajah putrinya yang berubah drastis. Sebelum masuk kamar, Rina masih sumringah. Sekarang tiba-tiba muram? "Enggak apa-apa, Bu."Tina tak pantas percaya akan jawaban gadis yang tengah menyendok nasi dan lauk pauk ke atas piring. "Kamu enggak bisa bohongi Ibu. Ya sudah kalau kamu enggak mau cerita," tutup Tina tak ingin memaksa anaknya untuk bercerita. Meski hatinya sangat yakin kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiran Rina. Selesai makan malam, Rina kembali lagi ke kamar. Tina hanya menghela napas berat melihat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Bab 297. Amoral

Axel menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Rina. "Oke aku minta maaf. Tadi tuh maksudnya bercanda. Emang kamu kata siapa, kalau cafe itu milik aku?" telisik Axel mengalihkan pembicaraan. Rina menghela napas berat. "Ayahku yang bilang." "Oh, om Ferry. Gimana ayahmu kerja di cafe? Betah enggak?" "Alhamdulillah betah." "Syukurlah. Kalau ada apa-apa, nanti kabarin aku aja. Oke?" "Iya, Xel. Terima kasih." "Assalamu'alaikum." "Waalaikumsalam." Panggilan telepon terputus. Senyum tipis terlihat jelas di wajah Rina. Kini hatinya lega ternyata Axel sudah menyimpan nomor kontaknya. Rina pikir, chat Axel tadi benar kalau Axel tidak tahu dirinya yang mengirim pesan. Hanya saja, harapan Rina yang ingin dijemput berangkat sekolah dengan Axel tidak terwujud. Padahal Rina sudah berharap Axel akan mengantar ke sekolahnya lagi. "Mikir apa sih aku? Kayaknya enggak mungkin juga Axel mau berangkat sekolah bareng aku lagi. Duh Rina ... Please jangan cinta duluan sama cowok ... Malu-m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Bab 298. Jatuh Sakit

"Mas, Mas Yuda, Mas kenapa, Mas?" Tiba-tiba dada Yuda terasa sesak. Shella panik melihat suaminya sesak napas secara mendadak. "Ya Allah, Mas! Mas kenapa?" jerit Shella tak kuasa melihat suaminya yang kesulitan bernapas. Shella mengambil handphone, menghubungi Cassandra yang baru saja membersihkan badan. "Sandra, cepat kamu panggil security. Suruh ke kamar sekarang! Papamu sesak napas!" "I-iya, Ma!" Tanpa banyak tanya, Cassandra keluar kamar. Menuruni anak tangga dengan cepat. Berlari keluar, memanggil dua security yang berjaga di dekat gerbang. "Pak Gugun! Pak!!" teriakan Cassandra membuat lelaki yang telah lama mengabdi di rumah Yuda menoleh. "Sini, Pak! Ajak Pak Heri!" Kedua security berlari menghampiri Cassandra yang tampak cemas. "Ada apa, Non?" "Ke kamar papa. Kata mama, papa sesak napas! Pak Heri, tolong siapin mobilnya!" "Baik, Non." Pak Gugun dan Cassandra masuk ke dalam rumah, berjalan cepat ke kamar kedua orang tuanya. Cassandra membuka pintu kama
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bab 299. Menikahlah Lagi!

Nida mengabaikan pesan yang dikirim Friska, tak ingin terpancing emosi. Saat ini, Nida ingin bertemu papanya. Ingin mengetahui kondisi Yuda. Nida berharap kondisi Yuda jauh lebih baik. Tiba di rumah sakit, terlihat Cassandra sedang mengelus punggung Shella. "Ma, Sandra!" panggil Nida pada kedua wanita itu. Mereka menoleh, berdiri. Nida langsung memeluk Shella. Dirinya benar-benar tak menyangka jika penyakit papanya yang sudah lama tidak dirasa sekarang kambuh lagi. "Gimana kondisi papa?" tanya Nida setelah melepaskan pelukan. Shella menyeka air mata. "Masih di ruangan ICU. Tadi enggak sadarkan diri. Enggak tau sekarang, huhuhu .... "Tangisan Shella kembali pecah. Nida menoleh ke ruangan ICU. Ia berjalan cepat, mendekati ruangan tersebut. Dari kaca jendela, Nida melihat beberapa dokter sedang memeriksa keadaan papanya. Dokter berjalan ke arah pintu. Nida secepatnya mendekati, pintu terbuka. "Keluarga pasien?""Saya, dok," jawab Nida cepat.Shella dan Cassandra yang melihat dokte
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bab 300. Saling Sayang

"Pa, jangan bilang seperti itu dulu. Papa enggak usah mencemaskanku. Aku baik-baik saja. Aku enggak akan trauma. Aku enggak akan terpuruk. Pa, aku mohon fokuslah pada kesehatan Papa. Papa harus sembuh," ujar Nida menggenggam sebelah telapak tangan Yuda. Air mata tak juga berhenti membasahi wajahnya."Iya. Papa akan sembuh."Setelah obrolan itu, Nida pamit keluar ruangan. Membiarkan papanya istirahat cukup. Shella dan Cassandra yang menunggu di bangku tunggu berdiri saat Nida keluar ruangan. "Nida, bagaimana Papamu?" tanya Shella menunjukkan raut wajah cemas. "Katanya papa mau istirahat dulu. Mama dan Sandra pulang saja. Biar aku yang di sini, nungguin papa." Dari pada Nida di rumah sendirian, lebih baik di rumah sakit, menemani sang papa. Shella menggelengkan kepala, menolak perintah Nida. "Mama di sini saja. Kalau pulang, Mama enggak bisa tenang."Nida mengerti. Seorang istri yang baik dan setia tidak mungkin meninggalkan suaminya yang sedang sakit di sini. "Ya sudah kalau begi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Ban 301. Memaki

Cassandra langsung mematikan sambungan telepon. Merasa malu karena mengucapkan kata 'Sayang' pada Axel. Cassandra meletakkan handphone di atas nakas, lalu keluar kamar, hendak ke dapur. "Pagi, Kak," sapa Cassandra tiba di dapur melihat Nida tengah memanggang roti tawar. "Pagi. Kamu udah bangun? Aku pikir masih tidur," timpal Nida mengangkat roti tawar yang sudah matang. Meletakkan di atas piring. "Aku bangun dari jam setengah lima, Kak." "Masya Allah hebat sekali. Di LN juga kamu bangun jam segini, Sandra?" Nida berusaha mengakrabkan diri dengan adik sambungnya. "Iya, Kak. Udah kebiasaan. Kak, sebelum ke kantor, Kakak mau ke rumah dulu kan?" "Iya. Mau ambil laptop dan handphone papa dulu. Kerjaan kan ada di sana. Kenapa? Kamu mau di sini dulu?" "Enggak, Kak. Jam sepuluhan aku mau ke rumah sakit. Gantiin mama jagain papa." Andai saja Nida tak bekerja, mungkin dia yang akan menjaga papanya. "Maaf, Sandra, aku enggak jagain papa dulu." "Enggak apa-apa. Kakak kan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4243444546
...
49
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status