All Chapters of Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: Chapter 191 - Chapter 200

322 Chapters

Bab 191 : Cukup 15 Menit Sayang

"Ya ampun, Denver!" seru Dewi panik. Dia melangkah masuk ke dalam ruangan dengan napas sedikit tertahan. Mata sipitnya membulat saat melihat sosok suaminya tergeletak di atas karpet dengan kaki masih berada di atas sofa. Jantungnya mencelos. Dengan cepat, Dewi berlutut, tangannya menyentuh pipi pria itu yang terasa sedikit dingin. Sejenak pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan buruk. Apa Denver pingsan? Apa dia kelelahan sampai jatuh sakit? Napas wanita itu tercekat dan paniknya makin parah, tetapi Denver terkekeh kecil. Mata pria itu mengerjap, lalu menatap Dewi dengan seringai khasnya. "Ah, enaknya punya istri perawat," godanya serak. Dewi memukul bahunya gemas. "Ish, tidak lucu, Dokter! Aku benar-benar khawatir!" Pagi ini dia sengaja datang sebelum kuliah, ingin memastikan Denver baik-baik saja setelah semalaman
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 192 : Lagi-lagi Aku Mengalah

Dewi duduk di salah satu rumah makan sederhana, jemari rampingnya mengetuk meja dengan gelisah. Sudah satu jam berlalu, tetapi orang yang dia tunggu belum bersedia menghampiri. Di layar ponselnya, pop-up pesan terus bermunculan.[Sayang, maaf. Bukan maksudku tidak mau bantu.][Dewi, jangan marah! Kamu salah paham!][Mon ange? Kamu ingat, kunci dari permasalahan adalah komunikasi?]Dewi menatap pesan-pesan itu tanpa keinginan untuk membalas. Napas wanita itu agak berat, mebuat dadanya terasa sesak. Kenapa semua orang tidak mau membantu? Kenapa mereka seolah menghindari permintaannya?Tepat saat pikirannya tambah kacau, seorang wanita berjalan ke arahnya."Rani ... aku—""Dewi, maaf. Aku tidak bisa bantu. Restoranku ini lagi bermasalah," sela Maharani dengan ekspresi menyesal dan atapannya penuh rasa iba.Dewi seketika terdiam. Senyum maniss yang sempat muncul perlahan memudar."Oh, baik," ujarnya, mencoba terdengar santai. "Nanti aku datang lagi. Umm ... boleh aku pesan makanan? Dibungk
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 193 :  Tindakan Sang Dewi

Pagi ini, Dewi sengaja bangun lebih awal. Tangannya cekatan mengiris bawang dan jahe di dapur, disertai aroma kaldu ayam kampung mulai memenuhi ruangan. Namun, sesekali dia melirik ke arah pintu, memastikan tidak ada yang melihatnya dengan tatapan aneh."Nyonya, jangan. Ini tugas kami," ujar salah satu pelayan, suaranya terdengar canggung.Dewi tersenyum lembut, meskipun hatinya sedikit berdebar. "Tidak apa. Sesekali aku ingin masak untuk suamiku."Chef yang biasa datang dari hotel keluarga Bradley pun menatapnya dengan ragu, tetapi tidak berkata apa-apa.Dewi tahu, ini adalah tantangan. Selama ini, rumah besar ini tidak pernah mengenal menantu yang masuk dapur kecuali Fredella—istri pamannya Denver."Semoga mereka suka," gumam Dewi pelan sambil menuangkan nasi tim ayam kampung ke dalam mangkuk.Ini bukan sekadar masakan, ini cara Dewi menunjukkan bahwa dirinya benar-benar bagian dari keluarga ini. Selain itu ada maksud terselubung untuk Denver. Apalagi prilakunya kemarin sangat kasar
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 194 : Rahasia Masa Lalu

Dewi melenguh dan menggeliatkan tubuhnya, perlahan mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke ruangan. Saat melihat sinar matahari sore menyelinap di balik tirai, dia sontak terduduk, mengucek matanya dengan panik."Ya ampun ... ini sudah sore," ucapnya sambil bangkit dengan buru-buru.Hanya saja, gerakan Dewi terhenti saat menyadari ada yang memperhatikannya. Di sudut ruangan, Denver duduk di kursi kerjanya, menatap wanita itu tajam dengan sorot mata yang sulit diartikan.Manik karamel itu tidak seperti biasanya, bukan sekadar lelah atau jenuh, tetapi menyimpan sesuatu yang lebih dalam.Dewi menelan ludah, merasa ada yang tidak beres. Dia mengusap kemeja yang kusut, kemudian meraba kantong skiny jeans-nya, mencari sesuatu. Napas wanita itu mulai berat saat tidak menemukannya.Di saat bersamaan, Denver berdiri, langkah boots-nya menggema di ruangan yang sunyi. Dengan gerakan tenang dan penuh tekanan, pria itu mengulurkan sebuah ponsel ke arahnya."Cari ini, hmm?" tanya Denver dengan,
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 195 : Kegilaan Yang Menyiksa

"Suami macam apa yang pulang jam segini?" Suara seorang wanita terdengar sarkastik, nadanya malas, tetapi matanya menyala penuh emosi. Pria yang baru saja memasuki rumah itu menatap wanitanya dengan rahang mengatup. Wanita itu berdiri di ruang tengah dengan gelas kristal di tangan, meneguk cairan bening dengan ekspresi menikmati. Padahal dia sengaja pulang pukul satu pagi supaya tidak bertemu dengan sang istri. Ternyata gagal. "Apa yang kamu minum, Dania?" Darius melangkah mendekat, matanya menangkap botol yang hampir kosong di meja. Dania terkekeh kecil, lalu mengangkat gelasnya. "Vodka. Mau coba?" Dengan santai, dia menyodorkan gelasnya pada Darius. Darius menerima gelas itu, tetapi alih-alih meneguk, dia menuangkan isinya ke wastafel. "What the—are you crazy, Doctor?!" Dania berteriak kesal. Darius hanya tersenyum miring, menatap istrinya yang jelas-jelas sudah setengah mabuk. "Ya, aku memang gila. Sama seperti kamu." Tanpa menunggu jawaban, Darius berjalan menuju kamar. Lan
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 196 : Sayang, Aku Terluka

"Makasih, Sayang," tandas Dewi dengan senyum hangat, berharap sapaan itu bisa sedikit melembutkan suasana. Pagi itu, Dewi merasa ada secercah harapan. Meskipun ekspresi Denver masih cenderung datar, setidaknya pria itu masih peduli dengan membawakan tas dan laptopnya. Ya, Denver hanya mengangguk tanpa senyum. "Cepatlah, kamu bisa terlambat." Nada suaranya terdengar lebih dingin dari biasanya, tetapi Dewi berusaha mengabaikan hal itu. Dia justru memandangi wajah sang suami yang berada sedekat ini dengannya, tetap tampn, sekalipun idak berseri-seri seperti biasanya. Melainkan ada ketegangan yang tertelihat. Saat Dewi hendak menuruni anak tangga, dia hampir tersandung. Jantungnya mencelos, tetapi dalam hitungan detik, lengan kokoh Denver sigap menahan pinggulnya, menjaga agar dia tidak jatuh. Sentuhan itu sekilas membuat Dewi merasa hangat, tetapi ekspresi sang suami tetap datar. "Dewi, hati-hati!" seru Denver, lalu mendudukkannya di tengah anak tangga. Dia dengan cekatan memeriksa
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 197: Sampai Kapan Dirahasiakan?

"Denver ... kenapa kamu menghilang begini?" gumam Dewi pelan, tanganya menekan dada yang terasa sesak.Dia menatap layar ponsel dengan mata yang mulai berat karena kelelahan. Jemari rampingnya menggulir layar, melihat pesan yang dia kirim ke Denver. Masih ceklis satu.Pukul enam malam tadi. Dia sudah pulang ke rumah diantar oleh Darius, berharap Denver sudah ada di kamar. Ternyata tidak. Ruangan ini tetap sepi dan dingin.Bahkan Dirga pun sengaja dia titipkan bersama Astuti dan babysitter karena cedera membuat gerakannya terbatas.Dewi menarik napas panjang, lalu mengetik pesan lain.[Sayang, aku sudah di rumah.]Setelah itu, dia mengambil hasil pemeriksaan dan mengirimkan ke Denver, berharap ini bisa menarik perhatian pria itu. Namun, hasilnya tetap sama. Pesan hanya terkirim ceklis satu, seolah Denver benar-benar memutuskan menghilang darinya.Di mana kamu, Denver?[Aku harus menjalani fisioterapi. Tapi besok ada mata kuliah penting, aku boleh kuliah ‘kan?]Dewi terus membolak-balik
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 198 : Ya, Aku Sibuk dan Marah!

Saat pagi datang, Denver masih menemani Danis di rumah sakit. Pria itu tampak mengkhawatirkan kondisi mertuanya yang sendirian tanpa wali. Namun, wajah Ruslan yang tiba-tiba masuk ke ruangan dengan ekspresi serius membuat Denver yakin ada sesuatu hal mendesak."Pak, keluarga pasien mau mengajukan banding. Mereka juga menuntut ganti rugi," bisik Ruslan dengan nada hati-hati, "Anda harus pulang sekarang."Denver menarik napas panjang, tangannya terangkat untuk memijat pelipis yang terasa berdenyut akibat tekanan dari berbagai masalah. Dia menatap Ruslan dengan rahang mengatup."Siapkan helikopter! Cari tahu apakah Pak Danis bisa dipindahkan ke Rumah Sakit JB hari ini juga atau tidak!" titahnya tegas.Ruslan mengangguk dan segera keluar ruangan. Sementara itu, Denver meraih tangan keriput Danis, menatap wajah pucat mertuanya dengan sorot mata penuh pertimbangan."Pak Danis, saya harus pulang. Saya akan memindahkan Bapak ke Rumah Sakit JB," u
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 199 :  Tidak Membiarkanmu Jadi Janda Lagi

Mengandalkan pengalamannya sebagai perawat, Dewi segera memeriksa tanda-tanda bahaya di tubuh sang suami yang lemah. Dada wanita itu terasa sesak melihat Denver yang terbaring lemah dengan wajah pucat dan napas tidak beraturan."Denver? Sayang, bisa dengar aku?" tanya Dewi dengan suara bergetar dan jemari menyentuh wajah pria itu, mencari respons.Tubuh Denver terasa dingin membuat jantung Dewi mencelos. "Jangan begini, dong ...."Dengan tangan sedikit gemetar, dia segera menekan interkom untuk meminta bantuan. Namun, sebelum dia sempat bertindak, tangan kekar Denver tiba-tiba bergerak dan mencengkeram pergelangannya."Aku baik-baik saja," bisik Denver dengan suara serak.Dewi menghela napas lega, tetapi kekhawatiran belum sepenuhnya hilang. Dia membantu Denver berbaring lebih nyaman di atas ranjang."Kita ke rumah sakit sekarang!"Denver menggeleng lemah, matanya mengerjap berusaha menyesuaikan dengan cahaya kamar."Infus ... ambil NaCl 0,9% untukku. Tidak perlu ke rumah sakit."Dewi
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 200 : Dia Lebih Berbahaya

“Hi … Dewi, Dokter Denver. Lama tidak bertemu, ya?”Sosok itu melangkah mendekat. Senyuman terulas di bibirnya, tetapi matanya … dingin, menusuk, seolah menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar sapaan biasa.Seketika Dewi menegang. Tangannya refleks mencengkeram pegangan kursi roda dan jemarinya memutih. Seakan-akan jika dia tidak berpegangan, tubuh mungil itu akan runtuh di tempat.“Kalau kamu mencari suamimu, dia sedang praktik,” papar Denvr dengan suara terdengar tegas, dan tidak mengandung keramahan sedikit pun. “Sebaiknya kamu tunggu di ruang tamu.”Dania mengulurkan tangan, dia ingin berjabat tangan. Namun, hal itu justru memperlihatkan cincin berlian yang berkilauan di jarinya. Senyum Dania makin mengembang, tetapi sorot matanya memperlihatkan sesuatu yang berbeda—tantangan.“Tolong jangan menghindar,” ucap Dania, suaranya memang lembut, tetapi intonasi itu mengandung sesuatu yang licik. “Aku … hanya ingin berteman dengan kalian.”“Dania, kamu bisa berteman dengan siapa pun, t
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
33
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status