Beranda / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 195 : Kegilaan Yang Menyiksa

Share

Bab 195 : Kegilaan Yang Menyiksa

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-25 08:58:57
"Suami macam apa yang pulang jam segini?" Suara seorang wanita terdengar sarkastik, nadanya malas, tetapi matanya menyala penuh emosi.

Pria yang baru saja memasuki rumah itu menatap wanitanya dengan rahang mengatup. Wanita itu berdiri di ruang tengah dengan gelas kristal di tangan, meneguk cairan bening dengan ekspresi menikmati.

Padahal dia sengaja pulang pukul satu pagi supaya tidak bertemu dengan sang istri. Ternyata gagal.

"Apa yang kamu minum, Dania?" Darius melangkah mendekat, matanya menangkap botol yang hampir kosong di meja.

Dania terkekeh kecil, lalu mengangkat gelasnya. "Vodka. Mau coba?" Dengan santai, dia menyodorkan gelasnya pada Darius.

Darius menerima gelas itu, tetapi alih-alih meneguk, dia menuangkan isinya ke wastafel.

"What the—are you crazy, Doctor?!" Dania berteriak kesal.

Darius hanya tersenyum miring, menatap istrinya yang jelas-jelas sudah setengah mabuk. "Ya, aku memang gila. Sama seperti kamu."

Tanpa menunggu jawaban, Darius berjalan menuju kamar. Lan
NACL

Satu kata untuk Dania apa nih? Kira-kira apa yang bakal dilakuin Dewi supaya dapat maaf dari Denver?

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
NACL
ehhh Dania dikemanain dong Kak?
goodnovel comment avatar
Uchie Hidayat
dewi ma darius aja deh, males modelan denver egois
goodnovel comment avatar
NACL
catetttt biar rasa ya Denver kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 196 : Sayang, Aku Terluka

    "Makasih, Sayang," tandas Dewi dengan senyum hangat, berharap sapaan itu bisa sedikit melembutkan suasana. Pagi itu, Dewi merasa ada secercah harapan. Meskipun ekspresi Denver masih cenderung datar, setidaknya pria itu masih peduli dengan membawakan tas dan laptopnya. Ya, Denver hanya mengangguk tanpa senyum. "Cepatlah, kamu bisa terlambat." Nada suaranya terdengar lebih dingin dari biasanya, tetapi Dewi berusaha mengabaikan hal itu. Dia justru memandangi wajah sang suami yang berada sedekat ini dengannya, tetap tampn, sekalipun idak berseri-seri seperti biasanya. Melainkan ada ketegangan yang tertelihat. Saat Dewi hendak menuruni anak tangga, dia hampir tersandung. Jantungnya mencelos, tetapi dalam hitungan detik, lengan kokoh Denver sigap menahan pinggulnya, menjaga agar dia tidak jatuh. Sentuhan itu sekilas membuat Dewi merasa hangat, tetapi ekspresi sang suami tetap datar. "Dewi, hati-hati!" seru Denver, lalu mendudukkannya di tengah anak tangga. Dia dengan cekatan memeriksa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 197: Sampai Kapan Dirahasiakan?

    "Denver ... kenapa kamu menghilang begini?" gumam Dewi pelan, tanganya menekan dada yang terasa sesak.Dia menatap layar ponsel dengan mata yang mulai berat karena kelelahan. Jemari rampingnya menggulir layar, melihat pesan yang dia kirim ke Denver. Masih ceklis satu.Pukul enam malam tadi. Dia sudah pulang ke rumah diantar oleh Darius, berharap Denver sudah ada di kamar. Ternyata tidak. Ruangan ini tetap sepi dan dingin.Bahkan Dirga pun sengaja dia titipkan bersama Astuti dan babysitter karena cedera membuat gerakannya terbatas.Dewi menarik napas panjang, lalu mengetik pesan lain.[Sayang, aku sudah di rumah.]Setelah itu, dia mengambil hasil pemeriksaan dan mengirimkan ke Denver, berharap ini bisa menarik perhatian pria itu. Namun, hasilnya tetap sama. Pesan hanya terkirim ceklis satu, seolah Denver benar-benar memutuskan menghilang darinya.Di mana kamu, Denver?[Aku harus menjalani fisioterapi. Tapi besok ada mata kuliah penting, aku boleh kuliah ‘kan?]Dewi terus membolak-balik

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 198 : Ya, Aku Sibuk dan Marah!

    Saat pagi datang, Denver masih menemani Danis di rumah sakit. Pria itu tampak mengkhawatirkan kondisi mertuanya yang sendirian tanpa wali. Namun, wajah Ruslan yang tiba-tiba masuk ke ruangan dengan ekspresi serius membuat Denver yakin ada sesuatu hal mendesak."Pak, keluarga pasien mau mengajukan banding. Mereka juga menuntut ganti rugi," bisik Ruslan dengan nada hati-hati, "Anda harus pulang sekarang."Denver menarik napas panjang, tangannya terangkat untuk memijat pelipis yang terasa berdenyut akibat tekanan dari berbagai masalah. Dia menatap Ruslan dengan rahang mengatup."Siapkan helikopter! Cari tahu apakah Pak Danis bisa dipindahkan ke Rumah Sakit JB hari ini juga atau tidak!" titahnya tegas.Ruslan mengangguk dan segera keluar ruangan. Sementara itu, Denver meraih tangan keriput Danis, menatap wajah pucat mertuanya dengan sorot mata penuh pertimbangan."Pak Danis, saya harus pulang. Saya akan memindahkan Bapak ke Rumah Sakit JB," u

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 199 :  Tidak Membiarkanmu Jadi Janda Lagi

    Mengandalkan pengalamannya sebagai perawat, Dewi segera memeriksa tanda-tanda bahaya di tubuh sang suami yang lemah. Dada wanita itu terasa sesak melihat Denver yang terbaring lemah dengan wajah pucat dan napas tidak beraturan."Denver? Sayang, bisa dengar aku?" tanya Dewi dengan suara bergetar dan jemari menyentuh wajah pria itu, mencari respons.Tubuh Denver terasa dingin membuat jantung Dewi mencelos. "Jangan begini, dong ...."Dengan tangan sedikit gemetar, dia segera menekan interkom untuk meminta bantuan. Namun, sebelum dia sempat bertindak, tangan kekar Denver tiba-tiba bergerak dan mencengkeram pergelangannya."Aku baik-baik saja," bisik Denver dengan suara serak.Dewi menghela napas lega, tetapi kekhawatiran belum sepenuhnya hilang. Dia membantu Denver berbaring lebih nyaman di atas ranjang."Kita ke rumah sakit sekarang!"Denver menggeleng lemah, matanya mengerjap berusaha menyesuaikan dengan cahaya kamar."Infus ... ambil NaCl 0,9% untukku. Tidak perlu ke rumah sakit."Dewi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 200 : Dia Lebih Berbahaya

    “Hi … Dewi, Dokter Denver. Lama tidak bertemu, ya?”Sosok itu melangkah mendekat. Senyuman terulas di bibirnya, tetapi matanya … dingin, menusuk, seolah menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar sapaan biasa.Seketika Dewi menegang. Tangannya refleks mencengkeram pegangan kursi roda dan jemarinya memutih. Seakan-akan jika dia tidak berpegangan, tubuh mungil itu akan runtuh di tempat.“Kalau kamu mencari suamimu, dia sedang praktik,” papar Denvr dengan suara terdengar tegas, dan tidak mengandung keramahan sedikit pun. “Sebaiknya kamu tunggu di ruang tamu.”Dania mengulurkan tangan, dia ingin berjabat tangan. Namun, hal itu justru memperlihatkan cincin berlian yang berkilauan di jarinya. Senyum Dania makin mengembang, tetapi sorot matanya memperlihatkan sesuatu yang berbeda—tantangan.“Tolong jangan menghindar,” ucap Dania, suaranya memang lembut, tetapi intonasi itu mengandung sesuatu yang licik. “Aku … hanya ingin berteman dengan kalian.”“Dania, kamu bisa berteman dengan siapa pun, t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 201 : Kondisi Darurat

    Siang ini, Dania menatap alat tes kehamilan di tangannya dengan mata membelalak. Jantung wanita itu berdetak kencang dan napasnya memburu. Dengan tangan gemetar, dia meremas benda kecil itu sebelum akhirnya membanting ke lantai dan menginjaknya berulang kali. "Tidak! Aku tidak bisa hamil!" Pandangan wanita itu buram oleh amarah dan ketakutan. Beberapa minggu setelah suntik KB, justru Dania mendapati kenyataan tidak sesuai rencananya. “Ini semua salah Darius! Kalau aku hamil anaknya, bagaimana nanti kata Dokter Denver?” racau Dania,” argh … seharusnya aku langsung KB setelah tidur dengannya!” Dia tidak akan membiarkan hidupnya dikendalikan oleh pria itu. Dengan langkah terburu-buru, Dania mengambil kunci mobil dan melaju ke apotek terdekat. Namun, setelah mendatangi beberapa apotek, dia tetap tidak menemukan yang dicari. Putus asa, Dania pulang dengan membawa bahan-bahan yang didapatnya, lalu meracik ramuan sendiri di kamar. Saat cairan pahit itu melewati tenggorokannya, dia menung

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 202 : Tidak Nurut Sama Suami

    Dewi tidak bisa menahan rasa penasarannya. Perintah Denver untuk segera kembali ke rumah hanya menjadi angin lalu baginya. Dengan langkah tertatih, dia tetap berjalan memasuki rumah sakit, kecemasan menguasai hatinya.“Nyonya Dewi?” panggil Pak Agus yang sudah membukakan pintu mobil untuknya.“Tolong bantu saya ke dalam, Pak,” pinta Dewi, suaranya sedikit bergetar.Pak Agus ingin membantah, tetapi sungkan, alhasil segera menopang tubuh Dewi hingga mereka tiba di depan ruang operasi. Setelah sebelumnya bertanya tentang keberadaan Denver.Lorong rumah sakit terasa sunyi, tetapi Dewi tahu, di balik pintu itu, situasinya pasti sangat berbeda. Jantungnya berdebar setiap kali langkah kaki terdengar mendekat, berharap Denver segera keluar dan memberinya jawaban melegakan.Untuk mengalihkan pikirannya, Dewi melakukan panggilan video dengan Danis. Pria paruh baya itu sedang menggendong Dirga, wajah senjanya tampak lebih segar, meskipun ada sedikit garis kelelahan.“Uh, Dirga main sama Eyang, ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 203 : Bukan Pijatan Biasa

    Dewi terbangun dengan napas tersengal. Manik hitamnya bergerak-gerak langsung mencari sosok kecil yang seharusnya berada di sisinya. Namun, tempat tidur besar ini kosong. Seluruh tubuh wanita itu menegang. Langkah Dewi tergesa, dia mendekat, jantungnya berdetak makin cepat. Bahkan tubuhnya terasa lemah, tetapi kecemasan mengalahkan rasa sakit yang masih tersisa di kakinya. Seseorang tampak berdiri di sana, menggunakan jubah handuk, membelakangi pintu dan menggendong bayinya. "Dirga?" panggil Dewi dengan suara bergetar. "Dokter Denver?" Sosok itu menoleh, senyum hangat terulas di bibirnya. "Dia haus, mau susu." Dewi menghela napas lega, tetapi dadanya masih berdegup cepat. Dengan hati-hati, dia mendekat, jemari rampingnya menyentuh wajah Dirga yang mengantuk. "Maaf, Sayang," gumam Dewi, lantas mengalihkan tatapan pada Denver. "Aku pikir kamu tidak pulang ...." Denver membelai puncak kepala Dewi, satu tangannya tetap mengayun perlahan untuk menenangkan Dirga. "Masuklah, biar aku y

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bsb 251 : Aku Bisa ... Aku Kuat

    "Makanlah yang benar! Kasihan anak itu," kata Darius yang bicara tanpa menatap Maharani.Saat ini Maharani duduk di tempat tidur, tangannya gemetar saat menyendokkan nasi ke mulutnya."Iya, Dok. Makasih sudah mau tinggal sebentar di sini.""Bukan masalah," sahut Darius masih sama.Darius ada di sana, menemaninya, dia duduk di kursi di dekat ranjang, tetapi tidak benar-benar memperhatikannya. Pria itu lebih sibuk dengan ponselnya, sesekali mengetik sesuatu dengan ekspresi datar. Baru saja Maharani menelan beberapa suap, dia terperangah dengan kehadiran Dania yang masuk kamar.Wanita itu mengawasi dengan tatapan tajam, seolah memastikan Maharani tidak melewatkan satu butir nasi pun."Habiskan Ran! Badanmu itu sangat lemah, aku tidak mau anak itu kurang gizi!" ucap wanita itu tajam."Iya, Dok. Aku pasti habiskan, kok." Mulut Maharani terus mengunyah, meskipun terasa perih.Suasana benar-benar mencekam. Maharani merasa seperti tahanan yang sedang diawasi sipir penjara.Tidak lama perhat

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 250 : Tetaplah Didekatku

    Pascaperistiwa menegangan hari itu, Maharani akhirnya mengaktifkan kembali ponselnya. Dia menyadari bahwa menghilang tidak ada gunanya karena pada kenyataannya semua tetap terbongkar.Hal pertama yang dia lakukan menghubungi Dewi.“Dewi … ini aku, Rani. Bisa kita bertemu di Kafe Rainbow?” pintanya, dengan suara pelan dan penuh keraguan. Dia sungguh berharap Dewi datang bertemu dengannya.Siangharinya, Maharani sudah menunggu cukup lama. Bahkan dia telah menghabiskan dua gelas jus di kafe yang sepi itu.Saat Maharani mulai pasrah dan yakin sahabatnya tidak akan datang, detik itu juga Dewi mendekat dengan tatapan nanar.“Rani?” panggil Dewi, suaranya lemah lembut.Seketika Maharani menggenggam gelas kosong erat, sementara Dewi langsung meraih tangan wanita itu dalam genggamannya. Keheningan pun menyelimuti mereka.Kedua duduk saling berhadapan. Tatapan Maharani dipenuhi kerinduan dan penyesalan, seolah ada

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 249 : Wanita Rendahan!

    Maharani berdiri kaku, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Darius berdiri tepat di hadapannya, menatapnya dengan sorot mata tajam yang seolah bisa menembus hingga ke dalam tulangnya. Udara di ruangan itu mendadak begitu berat, napasnya terasa sesak."Kenapa kamu diam? Jawab aku, Maharani! Apa yang kamu pikirkan sampai melakukan ini?" Suara Darius terdengar dalam dan menegangkan, membuat Maharani mendadak kehilangan kosakata.“Aku … hanya ….” Maharani memejamkan matanya sejenak. Dia menelan ludah, berusaha menghindari tatapan menusuk itu.“Hanya apa? Apa istriku mengancammu, hah? Katakan!” perintah Darius lagi tanpa memberi ampun.Dia melirik ke arah Dania, berharap wanita itu membantunya keluar dari situasi ini. Namun, Dania hanya berdiri dengan tangan terlipat di dada, tampak sorot matanya penuh kepuasan. Maharani tidak menyangka seseorang yang dianggap sebagai rekan kerja, membiarkannya tenggelam sendirian seper

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 248 : Murka!

    Dewi bergegas ke dapur begitu mendengar suara pecahan gelas. Saat sampai, alangkah terkejutnya dia mendapati Valerie sedang berjongkok, meringis kesakitan sambil membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai. "Ya ampun Valerie!" Dewi segera mendekat, menarik tangan Valerie. "Jangan sentuh pakai tangan kosong!" pekiknya. Mata sipitnya melebar melihat ada luka di jari Valerie, cairan merah merembes keluar. "Kamu–" "Aku tidak sengaja menjatuhkannya," ujar Valerie, wajahnya sedikit pucat. "Aku tadi mau ambil air, tapi tanganku sakit." Tanpa banyak bicara lagi, Dewi mengambil kotak P3K, lalu dengan cekatan membersihkan luka Valerie. "Makasih, ya, Wi." ujar Valerie setelah tangannya dibalut plester. Dewi tersenyum lantas menyentuh bahu Valerie. Adik sepupu Denver itu meringis. "Harusnya aku yang bilang makasih, tanganmu pegal karena gendong Dirga," ucap Dewi sungkan. "Ya, mungkin. Badannya Dirga berat, sih." Valerie tergelak mengingat anak kecil itu. Dewi terseny

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 247 : Lalai Pada Keluarga

    "Wi, ada pasien trauma tingkat 1 di kepala. Tolong bantu."Suara itu menyadarkan Dewi, dia tidak boleh meninggalkan rumah sakit ini sebelum jam kerjanya selesai.Dewi menghela napas panjang, meremas jemarinya yang terasa dingin."Iya Sus." Dewi segera berlari membantu tim medis lain. Barulah setelah menyelesaikan sif-nya di rumah sakit, tanpa memberitahu Denver, dia segera meluncur ke rumah kontrakan Maharani.Begitu sampai, langkahnya terhenti saat melihat Astuti terduduk di lantai ruang tamu, bahunya terguncang karena isakan.Di hadapannya, ads selembar cek senilai seratus juta tergeletak begitu saja di atas meja kayu tua.“Bu Astuti?” Dewi mendekat, menahan detak jantungnya yang berdebar tidak karuan. “Apa yang terjadi?”Astuti mendongak, wajahnya yang sembab memperlihatkan keputusasaan begitu kentara. “Rani pergi ... Dokter Dania kasih uang ini. Seratus juta, Dewi. Ibu takut!”Dewi memicingkan mata, perasaan tidak enak menyergap pikirannya. “Uang sebanyak ini untuk apa?”Astuti

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 246 : Dibawa Pergi

    “Tumben mendadak datang ke sini, Wi?” Intonasi Maharani terdengar tercekat, senyumnya kaku. “Ini masih pagi.”Dewi tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap lekat wajah Maharani, mengamati setiap perubahan ekspresinya. Napas Maharani tampak tersendat, jemarinya mencengkeram gelas susu sangat erat hingga sedikit bergetar. Terlalu jelas dia menyembunyikan sesuatu.“Rani … tujuanku datang ke sini ingin tahu apa hubunganmu dengan Dokter Dania. Aku tidak percaya kalian berteman,” ujar Dewi dengan nada tajam, mata sipitnya menyipit penuh selidik.Tangan Maharani makin gemetar. Gelas yang dipegangnya hampir tergelincir. Wajah yang semula tenang kini memucat.Dewi tidak bisa mengabaikan perasaan tidak nyaman sejak kemarin. Kedekatan tak wajar antara Maharani dan Dania terus mengusik pikirannya. Pagi ini, tanpa banyak berpikir, dia memutuskan mengunjungi rumah kontrakan.Denver yang kebetulan ada kegiatan pagi ini bersedia mengantarnya. Mereka berangkat lebih awal dari biasanya.“Ada apa, Rani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 245 : Ada Hubungan Apa?

    “Hari ini Pratiwi bisa bantu kamu belajar.” Denver menandatangani berkas di layar tabletnya, jemarinya cekatan bergerak tanpa sedikit pun mengalihkan perhatian.“Beneran?” Mata Dewi berbinar. “Memangnya dokterku enggak repot kalau ditinggal Suster Tiwi?” tanyanya sambil menyuapi Dirga dengan lembut, memastikan anaknya mengunyah dengan benar.Meskipun ada pengasuh, Dewi tetap ingin menikmati setiap momen berharga bersama putranya. Bahkan selama seminggu ini, saat dia menjalani masa magang di JB, Dirga selalu mengekor ke mana pun dia pergi, enggan jauh dari sang ibu.“Iya, Sayang. Hari ini aku libur praktik, cuma ada jadwal operasi jam tiga sore.” Denver akhirnya melirik, senyum tipis terbit di sudut bibirnya saat melihat wajah Dewi yang sumringah.Dewi memang sedang menempuh gelar profesinya sebagai perawat praktisi, dan Denver memberid dukungan penuh. Bahkan, dia rela melepas perawat kepercayaan untuk membim

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 244 : Apa yang Terjadi?

    “Bagaimana hasil pemeriksaanku? Umm … kapan program bayi tabungnya?” Maharani menyandarkan punggung pada dinding kamar sempitnya. Dia masih menempelkan telepon genggam di telinga, mendengar suara Dania yang terdengar ceria di seberang sana."Oke. Hasil pemeriksaanmu sangat bagus, Maharani. Dokter bilang badanmu dalam kondisi prima. Dengan obat yang sudah diberikan, sel telurmu berada dalam kualitas terbaik," tutur Dania yang suaranya penuh kepuasan.Maharani tersenyum getir. "Itu … kabar baik. Aku ingin semua berjalan lancar. Aku juga mau minta tolong Dokter Dania untuk daftar operasi plastik di rumah sakit JB … setelah melahirkan."Dania terdiam sejenak, lalu tertawa tanpa suara dan geleng-geleng. "Gampang. Aku bisa mengurus semuanya untukmu. Kamu hanya perlu menunggu kehamilan itu saja."Maharani menarik napas panjang dan berbisik, "Boleh aku minta sesuatu?”“Katakan saja!”“Umm … tolong siapkan tempat tingg

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 243 : Rencana Licikku

    "Papa lihat ada pisang goleng gosong manis!" seru Dirga, saat melihat Denver baru saja pulang dari rumah sakit. Bocah kecil itu berlari mendekati papanya, sambil membawa pisang di kedua tangannya."Aaa ... Papa, ini enak. Onty Lani yang bawa." Dirga tersenyum lebar, lalu satu tangannya menunjuk ke samping."Papa mau coba, satu saja." Denver membuka mulutnya dan dia lumayan menikmati pisang 'gosong' kesukaan putranya.Dewi pun terkikik geli melihat tingkah dua lelaki itu, tetapi tidak dengan Maharani yang saat ini duduk di ruang keluarga rumah Dewi.Maharani memandangi sekeliling dengan perasaan campur aduk. Tangannya menggenggam kotak kecil berisi sale pisang buatannya sendiri, buah tangan darinya untuk sang sahabat.Aroma kayu manis dari diffuser ruangan bercampur dengan bau kopi yang disajikan pelayan rumah. Nyaman, hangat, dan jauh dari kesulitan yang beberapa hari ini membuat kepala Maharani dilanda pusing.Dewi kel

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status