Beranda / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 199 :  Tidak Membiarkanmu Jadi Janda Lagi

Share

Bab 199 :  Tidak Membiarkanmu Jadi Janda Lagi

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-26 11:41:09
Mengandalkan pengalamannya sebagai perawat, Dewi segera memeriksa tanda-tanda bahaya di tubuh sang suami yang lemah. Dada wanita itu terasa sesak melihat Denver yang terbaring lemah dengan wajah pucat dan napas tidak beraturan.

"Denver? Sayang, bisa dengar aku?" tanya Dewi dengan suara bergetar dan jemari menyentuh wajah pria itu, mencari respons.

Tubuh Denver terasa dingin membuat jantung Dewi mencelos. "Jangan begini, dong ...."

Dengan tangan sedikit gemetar, dia segera menekan interkom untuk meminta bantuan. Namun, sebelum dia sempat bertindak, tangan kekar Denver tiba-tiba bergerak dan mencengkeram pergelangannya.

"Aku baik-baik saja," bisik Denver dengan suara serak.

Dewi menghela napas lega, tetapi kekhawatiran belum sepenuhnya hilang. Dia membantu Denver berbaring lebih nyaman di atas ranjang.

"Kita ke rumah sakit sekarang!"

Denver menggeleng lemah, matanya mengerjap berusaha menyesuaikan dengan cahaya kamar.

"Infus ... ambil NaCl 0,9% untukku. Tidak perlu ke rumah sakit."

Dewi
NACL

Siapa itu ya? Dokter Darius kah?

| 4
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
NACL
padahal dia udah punya Darius ya kan kasian Dariusssss
goodnovel comment avatar
virna putri
Dania kah? msh ngarep sama Denver?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 200 : Dia Lebih Berbahaya

    “Hi … Dewi, Dokter Denver. Lama tidak bertemu, ya?”Sosok itu melangkah mendekat. Senyuman terulas di bibirnya, tetapi matanya … dingin, menusuk, seolah menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar sapaan biasa.Seketika Dewi menegang. Tangannya refleks mencengkeram pegangan kursi roda dan jemarinya memutih. Seakan-akan jika dia tidak berpegangan, tubuh mungil itu akan runtuh di tempat.“Kalau kamu mencari suamimu, dia sedang praktik,” papar Denvr dengan suara terdengar tegas, dan tidak mengandung keramahan sedikit pun. “Sebaiknya kamu tunggu di ruang tamu.”Dania mengulurkan tangan, dia ingin berjabat tangan. Namun, hal itu justru memperlihatkan cincin berlian yang berkilauan di jarinya. Senyum Dania makin mengembang, tetapi sorot matanya memperlihatkan sesuatu yang berbeda—tantangan.“Tolong jangan menghindar,” ucap Dania, suaranya memang lembut, tetapi intonasi itu mengandung sesuatu yang licik. “Aku … hanya ingin berteman dengan kalian.”“Dania, kamu bisa berteman dengan siapa pun, t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 201 : Kondisi Darurat

    Siang ini, Dania menatap alat tes kehamilan di tangannya dengan mata membelalak. Jantung wanita itu berdetak kencang dan napasnya memburu. Dengan tangan gemetar, dia meremas benda kecil itu sebelum akhirnya membanting ke lantai dan menginjaknya berulang kali. "Tidak! Aku tidak bisa hamil!" Pandangan wanita itu buram oleh amarah dan ketakutan. Beberapa minggu setelah suntik KB, justru Dania mendapati kenyataan tidak sesuai rencananya. “Ini semua salah Darius! Kalau aku hamil anaknya, bagaimana nanti kata Dokter Denver?” racau Dania,” argh … seharusnya aku langsung KB setelah tidur dengannya!” Dia tidak akan membiarkan hidupnya dikendalikan oleh pria itu. Dengan langkah terburu-buru, Dania mengambil kunci mobil dan melaju ke apotek terdekat. Namun, setelah mendatangi beberapa apotek, dia tetap tidak menemukan yang dicari. Putus asa, Dania pulang dengan membawa bahan-bahan yang didapatnya, lalu meracik ramuan sendiri di kamar. Saat cairan pahit itu melewati tenggorokannya, dia menung

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 202 : Tidak Nurut Sama Suami

    Dewi tidak bisa menahan rasa penasarannya. Perintah Denver untuk segera kembali ke rumah hanya menjadi angin lalu baginya. Dengan langkah tertatih, dia tetap berjalan memasuki rumah sakit, kecemasan menguasai hatinya.“Nyonya Dewi?” panggil Pak Agus yang sudah membukakan pintu mobil untuknya.“Tolong bantu saya ke dalam, Pak,” pinta Dewi, suaranya sedikit bergetar.Pak Agus ingin membantah, tetapi sungkan, alhasil segera menopang tubuh Dewi hingga mereka tiba di depan ruang operasi. Setelah sebelumnya bertanya tentang keberadaan Denver.Lorong rumah sakit terasa sunyi, tetapi Dewi tahu, di balik pintu itu, situasinya pasti sangat berbeda. Jantungnya berdebar setiap kali langkah kaki terdengar mendekat, berharap Denver segera keluar dan memberinya jawaban melegakan.Untuk mengalihkan pikirannya, Dewi melakukan panggilan video dengan Danis. Pria paruh baya itu sedang menggendong Dirga, wajah senjanya tampak lebih segar, meskipun ada sedikit garis kelelahan.“Uh, Dirga main sama Eyang, ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 203 : Bukan Pijatan Biasa

    Dewi terbangun dengan napas tersengal. Manik hitamnya bergerak-gerak langsung mencari sosok kecil yang seharusnya berada di sisinya. Namun, tempat tidur besar ini kosong. Seluruh tubuh wanita itu menegang. Langkah Dewi tergesa, dia mendekat, jantungnya berdetak makin cepat. Bahkan tubuhnya terasa lemah, tetapi kecemasan mengalahkan rasa sakit yang masih tersisa di kakinya. Seseorang tampak berdiri di sana, menggunakan jubah handuk, membelakangi pintu dan menggendong bayinya. "Dirga?" panggil Dewi dengan suara bergetar. "Dokter Denver?" Sosok itu menoleh, senyum hangat terulas di bibirnya. "Dia haus, mau susu." Dewi menghela napas lega, tetapi dadanya masih berdegup cepat. Dengan hati-hati, dia mendekat, jemari rampingnya menyentuh wajah Dirga yang mengantuk. "Maaf, Sayang," gumam Dewi, lantas mengalihkan tatapan pada Denver. "Aku pikir kamu tidak pulang ...." Denver membelai puncak kepala Dewi, satu tangannya tetap mengayun perlahan untuk menenangkan Dirga. "Masuklah, biar aku y

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 204 : Kejutan

    Sementara itu, di Rumah Sakit JB, langkah Denver terhenti di lorong bangsal naratama. Sepatu derby hitam yang dikenakan tidak bergerak ketika telinganya menangkap suara dari salah satu kamar pasien yang pintunya sedikit terbuka.Dia mengurungkan niat untuk masuk dan memilih mencuri dengar dari balik pintu."Puas kamu, hah? Setelah merenggut kehidupanku, sekarang masa depanku!" Suara Dania melengking, penuh kemarahan."Dania, kamu baru sadar. Jangan marah-marah, tekanan darahmu bisa naik," ujar Darius dengan nada tenang, meskipun ekspresinya menegang.Dania mendengkus, matanya penuh kebencian. "Semua ini salahmu! Seharusnya suamiku itu Dokter Denver, bukan kamu! Lebih baik kamu pergi! Aku muak melihat mukamu itu!"Darius mengepalkan tangan, rahangnya mengeras, tetapi dia menahan diri."Baik, aku pergi. Tapi bukan untuk meninggalkanmu."Baru saja Darius berbalik, tiba-tiba Dania merenggut selang infus, lalu meraih botol in

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 205 : Mataku Jeli

    “Wah, kamu ada di sini?” Suara Denver terdengar dingin dan datar, jauh dari sambutan hangat yang biasa dia berikan. Tatapannya tidak menunjukkan keterkejutan atau ketertarikan sedikit pun. “Ya, aku di sini, Dok. Aku mau mengatakan sesuatu,” ucap Dania dengan senyum melengkung di bibir pucatnya, meskipun matanya terlihat redup. Denver tidak menanggapi. Dia memilih duduk dengan santai, menjauh dari wanita itu. Sesekali, tatapannya jatuh ke arloji di pergelangan tangannya, lalu melirik pintu, seolah menunggu seseorang masuk untuk menyelamatkannya dari situasi ini. Dania, yang tetap berdiri, mendorong tiang infusnya dan melangkah anggun menuju meja Denver. Tanpa meminta izin, dia duduk di tepi meja, menatap pria itu dengan tatapan sendu yang disengaja. “Terima kasih, Dok. Sudah menyelamatkan hidupku. Tapi sekarang aku cacat,” bisiknya, suaranya bergetar. Air mata mulai membasahi pipinya, jatuh tanpa henti. “Kalau boleh memilih, kenapa aku tidak dibiarkan mati saja? Kenapa Dokter

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 206 : Sebuah Keputusan Berat

    “Pak Danis kenapa, Ruslan?!" Denver menghampiri dengan langkah cepat, sorot mata karamelnya tajam menuntut jawaban.Ruslan masih terengah, tangan asisten itu gemetar saat menunjuk layar ponsel. Dewi yang sudah diliputi kecemasan langsung merebutnya."Ha—halo ...," ucapnya dengan goyah dan napas tersendat."Ya, halo, bagaimana Pak Ruslan? Kapan proses operasi transplantasi dilaksanakan? Jantung untuk Pak Danis sudah siap diambil. Kami menunggu di sini."Sejenak, dunia Dewi terasa berhenti. Tangan yang memegang ponsel mulai bergetar. Seperti dihantam gelombang emosi yang tak tertahan, tangis wanita itu pecah.Bahkan lutut Dewi melemas, membuat tubuhnya nyaris ambruk jika saja Denver tidak sigap merangkulnya."Mon ange ...," bisik Denver, menahan Dewi dalam dekapannya, membiarkan wanita itu menumpahkan segala asa dalam pelukannya."Makasih, Dokter. Makasih, suamiku ... jantung untuk Ayah sudah ada," isak Dewi dengan tangan me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 207 : Kamu Sibuk, Sibuk, dan Sibuk, Ternyata Bohong!

    Dewi menggigit bibir, berusaha menahan getaran yang merambat ke seluruh tubuhnya. Suaranya bergetar saat dia berbicara. "Apa maksudnya ini? Rahasia apa?" Sepasang mata Denver dan Darius langsung membelalak, refleks mereka menoleh ke arah Dewi yang kini berdiri dengan tatapan tajam menusuk. Kedua pria itu membisu, seolah-olah tidak tahu harus berkata apa.Udara di sekitar mereka pun seakan berubah menegang. Beberapa saat sebelumnya, Dewi merasa ada yang tidak beres dengan proses operasi sang ayah. Dia sempat mencoba menghubungi Denver, tetapi panggilan itu tidak tersambung.Saat itulah dia melihat sang suami berjalan tergesa menuju lift dengan ekspresi yang tegang. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan, dan dia sudah mengetahui semua. Kini, baru saja hatinya merasa tenang, Dewi kembali gundah. "Kenapa diam saja? Barusan kalian bicara tentang aku, sekarang kenapa malah membisu?" Suara Dewi terdengar getir. Napas yang sudah memburu membuat dadanya naik turun. Ada sesuatu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bsb 251 : Aku Bisa ... Aku Kuat

    "Makanlah yang benar! Kasihan anak itu," kata Darius yang bicara tanpa menatap Maharani.Saat ini Maharani duduk di tempat tidur, tangannya gemetar saat menyendokkan nasi ke mulutnya."Iya, Dok. Makasih sudah mau tinggal sebentar di sini.""Bukan masalah," sahut Darius masih sama.Darius ada di sana, menemaninya, dia duduk di kursi di dekat ranjang, tetapi tidak benar-benar memperhatikannya. Pria itu lebih sibuk dengan ponselnya, sesekali mengetik sesuatu dengan ekspresi datar. Baru saja Maharani menelan beberapa suap, dia terperangah dengan kehadiran Dania yang masuk kamar.Wanita itu mengawasi dengan tatapan tajam, seolah memastikan Maharani tidak melewatkan satu butir nasi pun."Habiskan Ran! Badanmu itu sangat lemah, aku tidak mau anak itu kurang gizi!" ucap wanita itu tajam."Iya, Dok. Aku pasti habiskan, kok." Mulut Maharani terus mengunyah, meskipun terasa perih.Suasana benar-benar mencekam. Maharani merasa seperti tahanan yang sedang diawasi sipir penjara.Tidak lama perhat

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 250 : Tetaplah Didekatku

    Pascaperistiwa menegangan hari itu, Maharani akhirnya mengaktifkan kembali ponselnya. Dia menyadari bahwa menghilang tidak ada gunanya karena pada kenyataannya semua tetap terbongkar.Hal pertama yang dia lakukan menghubungi Dewi.“Dewi … ini aku, Rani. Bisa kita bertemu di Kafe Rainbow?” pintanya, dengan suara pelan dan penuh keraguan. Dia sungguh berharap Dewi datang bertemu dengannya.Siangharinya, Maharani sudah menunggu cukup lama. Bahkan dia telah menghabiskan dua gelas jus di kafe yang sepi itu.Saat Maharani mulai pasrah dan yakin sahabatnya tidak akan datang, detik itu juga Dewi mendekat dengan tatapan nanar.“Rani?” panggil Dewi, suaranya lemah lembut.Seketika Maharani menggenggam gelas kosong erat, sementara Dewi langsung meraih tangan wanita itu dalam genggamannya. Keheningan pun menyelimuti mereka.Kedua duduk saling berhadapan. Tatapan Maharani dipenuhi kerinduan dan penyesalan, seolah ada

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 249 : Wanita Rendahan!

    Maharani berdiri kaku, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Darius berdiri tepat di hadapannya, menatapnya dengan sorot mata tajam yang seolah bisa menembus hingga ke dalam tulangnya. Udara di ruangan itu mendadak begitu berat, napasnya terasa sesak."Kenapa kamu diam? Jawab aku, Maharani! Apa yang kamu pikirkan sampai melakukan ini?" Suara Darius terdengar dalam dan menegangkan, membuat Maharani mendadak kehilangan kosakata.“Aku … hanya ….” Maharani memejamkan matanya sejenak. Dia menelan ludah, berusaha menghindari tatapan menusuk itu.“Hanya apa? Apa istriku mengancammu, hah? Katakan!” perintah Darius lagi tanpa memberi ampun.Dia melirik ke arah Dania, berharap wanita itu membantunya keluar dari situasi ini. Namun, Dania hanya berdiri dengan tangan terlipat di dada, tampak sorot matanya penuh kepuasan. Maharani tidak menyangka seseorang yang dianggap sebagai rekan kerja, membiarkannya tenggelam sendirian seper

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 248 : Murka!

    Dewi bergegas ke dapur begitu mendengar suara pecahan gelas. Saat sampai, alangkah terkejutnya dia mendapati Valerie sedang berjongkok, meringis kesakitan sambil membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai. "Ya ampun Valerie!" Dewi segera mendekat, menarik tangan Valerie. "Jangan sentuh pakai tangan kosong!" pekiknya. Mata sipitnya melebar melihat ada luka di jari Valerie, cairan merah merembes keluar. "Kamu–" "Aku tidak sengaja menjatuhkannya," ujar Valerie, wajahnya sedikit pucat. "Aku tadi mau ambil air, tapi tanganku sakit." Tanpa banyak bicara lagi, Dewi mengambil kotak P3K, lalu dengan cekatan membersihkan luka Valerie. "Makasih, ya, Wi." ujar Valerie setelah tangannya dibalut plester. Dewi tersenyum lantas menyentuh bahu Valerie. Adik sepupu Denver itu meringis. "Harusnya aku yang bilang makasih, tanganmu pegal karena gendong Dirga," ucap Dewi sungkan. "Ya, mungkin. Badannya Dirga berat, sih." Valerie tergelak mengingat anak kecil itu. Dewi terseny

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 247 : Lalai Pada Keluarga

    "Wi, ada pasien trauma tingkat 1 di kepala. Tolong bantu."Suara itu menyadarkan Dewi, dia tidak boleh meninggalkan rumah sakit ini sebelum jam kerjanya selesai.Dewi menghela napas panjang, meremas jemarinya yang terasa dingin."Iya Sus." Dewi segera berlari membantu tim medis lain. Barulah setelah menyelesaikan sif-nya di rumah sakit, tanpa memberitahu Denver, dia segera meluncur ke rumah kontrakan Maharani.Begitu sampai, langkahnya terhenti saat melihat Astuti terduduk di lantai ruang tamu, bahunya terguncang karena isakan.Di hadapannya, ads selembar cek senilai seratus juta tergeletak begitu saja di atas meja kayu tua.“Bu Astuti?” Dewi mendekat, menahan detak jantungnya yang berdebar tidak karuan. “Apa yang terjadi?”Astuti mendongak, wajahnya yang sembab memperlihatkan keputusasaan begitu kentara. “Rani pergi ... Dokter Dania kasih uang ini. Seratus juta, Dewi. Ibu takut!”Dewi memicingkan mata, perasaan tidak enak menyergap pikirannya. “Uang sebanyak ini untuk apa?”Astuti

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 246 : Dibawa Pergi

    “Tumben mendadak datang ke sini, Wi?” Intonasi Maharani terdengar tercekat, senyumnya kaku. “Ini masih pagi.”Dewi tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap lekat wajah Maharani, mengamati setiap perubahan ekspresinya. Napas Maharani tampak tersendat, jemarinya mencengkeram gelas susu sangat erat hingga sedikit bergetar. Terlalu jelas dia menyembunyikan sesuatu.“Rani … tujuanku datang ke sini ingin tahu apa hubunganmu dengan Dokter Dania. Aku tidak percaya kalian berteman,” ujar Dewi dengan nada tajam, mata sipitnya menyipit penuh selidik.Tangan Maharani makin gemetar. Gelas yang dipegangnya hampir tergelincir. Wajah yang semula tenang kini memucat.Dewi tidak bisa mengabaikan perasaan tidak nyaman sejak kemarin. Kedekatan tak wajar antara Maharani dan Dania terus mengusik pikirannya. Pagi ini, tanpa banyak berpikir, dia memutuskan mengunjungi rumah kontrakan.Denver yang kebetulan ada kegiatan pagi ini bersedia mengantarnya. Mereka berangkat lebih awal dari biasanya.“Ada apa, Rani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 245 : Ada Hubungan Apa?

    “Hari ini Pratiwi bisa bantu kamu belajar.” Denver menandatangani berkas di layar tabletnya, jemarinya cekatan bergerak tanpa sedikit pun mengalihkan perhatian.“Beneran?” Mata Dewi berbinar. “Memangnya dokterku enggak repot kalau ditinggal Suster Tiwi?” tanyanya sambil menyuapi Dirga dengan lembut, memastikan anaknya mengunyah dengan benar.Meskipun ada pengasuh, Dewi tetap ingin menikmati setiap momen berharga bersama putranya. Bahkan selama seminggu ini, saat dia menjalani masa magang di JB, Dirga selalu mengekor ke mana pun dia pergi, enggan jauh dari sang ibu.“Iya, Sayang. Hari ini aku libur praktik, cuma ada jadwal operasi jam tiga sore.” Denver akhirnya melirik, senyum tipis terbit di sudut bibirnya saat melihat wajah Dewi yang sumringah.Dewi memang sedang menempuh gelar profesinya sebagai perawat praktisi, dan Denver memberid dukungan penuh. Bahkan, dia rela melepas perawat kepercayaan untuk membim

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 244 : Apa yang Terjadi?

    “Bagaimana hasil pemeriksaanku? Umm … kapan program bayi tabungnya?” Maharani menyandarkan punggung pada dinding kamar sempitnya. Dia masih menempelkan telepon genggam di telinga, mendengar suara Dania yang terdengar ceria di seberang sana."Oke. Hasil pemeriksaanmu sangat bagus, Maharani. Dokter bilang badanmu dalam kondisi prima. Dengan obat yang sudah diberikan, sel telurmu berada dalam kualitas terbaik," tutur Dania yang suaranya penuh kepuasan.Maharani tersenyum getir. "Itu … kabar baik. Aku ingin semua berjalan lancar. Aku juga mau minta tolong Dokter Dania untuk daftar operasi plastik di rumah sakit JB … setelah melahirkan."Dania terdiam sejenak, lalu tertawa tanpa suara dan geleng-geleng. "Gampang. Aku bisa mengurus semuanya untukmu. Kamu hanya perlu menunggu kehamilan itu saja."Maharani menarik napas panjang dan berbisik, "Boleh aku minta sesuatu?”“Katakan saja!”“Umm … tolong siapkan tempat tingg

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 243 : Rencana Licikku

    "Papa lihat ada pisang goleng gosong manis!" seru Dirga, saat melihat Denver baru saja pulang dari rumah sakit. Bocah kecil itu berlari mendekati papanya, sambil membawa pisang di kedua tangannya."Aaa ... Papa, ini enak. Onty Lani yang bawa." Dirga tersenyum lebar, lalu satu tangannya menunjuk ke samping."Papa mau coba, satu saja." Denver membuka mulutnya dan dia lumayan menikmati pisang 'gosong' kesukaan putranya.Dewi pun terkikik geli melihat tingkah dua lelaki itu, tetapi tidak dengan Maharani yang saat ini duduk di ruang keluarga rumah Dewi.Maharani memandangi sekeliling dengan perasaan campur aduk. Tangannya menggenggam kotak kecil berisi sale pisang buatannya sendiri, buah tangan darinya untuk sang sahabat.Aroma kayu manis dari diffuser ruangan bercampur dengan bau kopi yang disajikan pelayan rumah. Nyaman, hangat, dan jauh dari kesulitan yang beberapa hari ini membuat kepala Maharani dilanda pusing.Dewi kel

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status