Share

Bab 205 : Mataku Jeli

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-03-01 06:59:19
“Wah, kamu ada di sini?”

Suara Denver terdengar dingin dan datar, jauh dari sambutan hangat yang biasa dia berikan. Tatapannya tidak menunjukkan keterkejutan atau ketertarikan sedikit pun.

“Ya, aku di sini, Dok. Aku mau mengatakan sesuatu,” ucap Dania dengan senyum melengkung di bibir pucatnya, meskipun matanya terlihat redup.

Denver tidak menanggapi. Dia memilih duduk dengan santai, menjauh dari wanita itu. Sesekali, tatapannya jatuh ke arloji di pergelangan tangannya, lalu melirik pintu, seolah menunggu seseorang masuk untuk menyelamatkannya dari situasi ini.

Dania, yang tetap berdiri, mendorong tiang infusnya dan melangkah anggun menuju meja Denver. Tanpa meminta izin, dia duduk di tepi meja, menatap pria itu dengan tatapan sendu yang disengaja.

“Terima kasih, Dok. Sudah menyelamatkan hidupku. Tapi sekarang aku cacat,” bisiknya, suaranya bergetar. Air mata mulai membasahi pipinya, jatuh tanpa henti. “Kalau boleh memilih, kenapa aku tidak dibiarkan mati saja? Kenapa Dokter
NACL

semoga Pak Dania sehat sehat

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
NACL
lha iya ya sejak kapan Dania jadi bapak² ⊙⁠.⁠☉ iya kakak biar gampang ingat
goodnovel comment avatar
virna putri
Pak Dania? Pak Danis kan yaaa othor.. hehe.. btw tokoh-tokoh ceritanya hampir semua berawalan D..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 206 : Sebuah Keputusan Berat

    “Pak Danis kenapa, Ruslan?!" Denver menghampiri dengan langkah cepat, sorot mata karamelnya tajam menuntut jawaban.Ruslan masih terengah, tangan asisten itu gemetar saat menunjuk layar ponsel. Dewi yang sudah diliputi kecemasan langsung merebutnya."Ha—halo ...," ucapnya dengan goyah dan napas tersendat."Ya, halo, bagaimana Pak Ruslan? Kapan proses operasi transplantasi dilaksanakan? Jantung untuk Pak Danis sudah siap diambil. Kami menunggu di sini."Sejenak, dunia Dewi terasa berhenti. Tangan yang memegang ponsel mulai bergetar. Seperti dihantam gelombang emosi yang tak tertahan, tangis wanita itu pecah.Bahkan lutut Dewi melemas, membuat tubuhnya nyaris ambruk jika saja Denver tidak sigap merangkulnya."Mon ange ...," bisik Denver, menahan Dewi dalam dekapannya, membiarkan wanita itu menumpahkan segala asa dalam pelukannya."Makasih, Dokter. Makasih, suamiku ... jantung untuk Ayah sudah ada," isak Dewi dengan tangan me

    Last Updated : 2025-03-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 207 : Kamu Sibuk, Sibuk, dan Sibuk, Ternyata Bohong!

    Dewi menggigit bibir, berusaha menahan getaran yang merambat ke seluruh tubuhnya. Suaranya bergetar saat dia berbicara. "Apa maksudnya ini? Rahasia apa?" Sepasang mata Denver dan Darius langsung membelalak, refleks mereka menoleh ke arah Dewi yang kini berdiri dengan tatapan tajam menusuk. Kedua pria itu membisu, seolah-olah tidak tahu harus berkata apa.Udara di sekitar mereka pun seakan berubah menegang. Beberapa saat sebelumnya, Dewi merasa ada yang tidak beres dengan proses operasi sang ayah. Dia sempat mencoba menghubungi Denver, tetapi panggilan itu tidak tersambung.Saat itulah dia melihat sang suami berjalan tergesa menuju lift dengan ekspresi yang tegang. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan, dan dia sudah mengetahui semua. Kini, baru saja hatinya merasa tenang, Dewi kembali gundah. "Kenapa diam saja? Barusan kalian bicara tentang aku, sekarang kenapa malah membisu?" Suara Dewi terdengar getir. Napas yang sudah memburu membuat dadanya naik turun. Ada sesuatu

    Last Updated : 2025-03-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 208 : Aku Pasti Menemukanmu!

    Mengawasi jalannya operasi Danis, ditambah dengan berbagai tugas manajemen lainnya, membuat Denver tidak diam di satu tempat sepanjang hari.Bahkan setelah operasi transplantasi selesai, dia masih memastikan semuanya berjalan lancar dan memerintahkan Dwyne serta Oma Nayla untuk pulang lebih dulu. Namun, dia sendiri tetap berjaga di rumah sakit hingga Danis siuman.Saat sedang berbincang dengan Dokter James, ponsel di saku jas putihnya bergetar terus-menerus. Awalnya Denver mengabaikan, tetapi bunyi itu terus mengusik. Dengan gerakan cepat, dia merogoh saku dan melihat nama Oma Nayla di layar.“Ya, Oma?” sapa Denver, sementara mata karamelnya tetap tertuju pada layar tablet yang menampilkan rekam medis Danis.“Denver! Ya ampun, istri dan anakmu hilang!” Suara Oma Nayla terdengar kacau dengan napas tersengal-sengal.Jantung Denver seketika mencelos. Pikiran pria itu mendadak kosong, tetapi refleksnya langsung menajam. Jari-jarinya mencengkeram ponsel lebih erat, sementara pandangannya me

    Last Updated : 2025-03-02
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 209 : Jantungku Takikardia

    Berbeda dengan Denver yang sibuk mencari Dewi, wanita itu justru duduk di dalam kamar tamu rumah Maharani. Dia memeluk lutut, dengan mata yang sembab menatap langit pekat tanpa bintang.Dingin malam menggigit kulit putih Dewi, tetapi hatinya lebih beku daripada udara yang berembus di wajahnya."Ternyata benar, Rani," lirih Dewi dengan suara serak karena terlalu banyak menangis. "Orang yang paling dekat dengan kita bisa menyakiti kita sedalam ini."Maharani menghela napas, lalu mendekat, merangkul Dewi dengan lembut. "Aku enggak bisa bilang aku ngerti masalahmu. Tapi kalau kamu butuh tempat bersembunyi sementara, kamu tahu rumahku selalu terbuka buatmu."Dewi tersenyum tipis, meskipun air mata masih menetes. "Makasih, ya, Rani. Maaf kalau aku merepotkan."Tadinya Dewi berniat menyewa hotel atau kontrakan kecil, tetapi dia sadar bahwa Denver pasti akan melacaknya lewat kartu ATM yang diberikannya. Sebab dia tidak memiliki ung cash dalam jumlah besar.

    Last Updated : 2025-03-02
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 210 : Dokter atau Maling?

    Dewi merapatkan cardigannya saat angin siang ini menerpa kuat kulitnya. Dia melangkah cepat, lalu berlari ke arah halte bus. Namun, suara itu terus mengejarnya—suara yang begitu dikenal.Jika saja dia bisa memilih, dia ingin menutup telinga dan pura-pura tidak mendengar. "Dewi, ayolah! Kamu boleh marah padaku, tapi kasihan Om Danis yang terus mencarimu. Papamu itu masih dalam proses penyembuhan, Wi!" Suara tegas itu berasal dari Darius, penuh desakan yang membuat Dewi makin muak. Tanpa menoleh sedikit pun, Dewi terus berjalan, menekan emosi yang mendidih di dada dan kepalanya. Mobil putih di sampingnya masih terus mengikuti. Lalu, terdengar suara langkah kaki yang lebih cepat. "Dewi, kami punya alasan untuk merahasiakan ini dari kamu," ujar Darius, suara pria itu lebih lembut kali ini, mencoba membujuknya. Dewi berhenti mendadak, jantung berdegup lebih kencang. Dia berbalik, lantas menatap Darius dengan mata yang sudah memerah. "Dokter Darius, tolong jangan ganggu aku! Atau a

    Last Updated : 2025-03-02
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 211 : Papa Denver Butuh Perhatian Mama Dewi!

    Teriakan Dewi membangunkan pemilik rumah dan penghuni lainnya. Semua orang keluar, menatap bingung pada Denver yang tergeletak di semak-semak dengan wajah menahan sakit."Pelan-pelan, Mon ange," bisik Denver, mengerang saat nyeri menjalar dari punggung hingga kakinya.Dewi menatap pria itu dengan campuran kesal dan cemas. Tangannya mengepal. Dia tahu Denver bukan pria ceroboh. Jelas sekali suaminya ini memang sengaja memanjat untuk masuk ke kamarnya. Bahkan terdapat tangga besi di dekat Denver terjatuh. Sungguh keterlaluan!Akan tetapi, melihat bagaimana tubuh tinggi besar itu tergeletak dengan ekspresi kesakitan, sesuatu dalam diri Dewi mencelos. Dengan gerakan enggan, Dewi berjongkok dan mulai mengopres punggung pria itu menggunakan es batu."Sebaiknya temui Dokter Ket," ucap Dewi ketus, menekan kantong es lebih keras dari seharusnya.Denver mengerang, lalu menyeringai kecil. "Pakai es batu juga cukup. Tolong bantu aku, Sayang."Alih-alih menuruti, Dewi merogoh saku jaket Denver, me

    Last Updated : 2025-03-02
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 212 : Berusaha Untuk Tetap Kuat

    Denver mempercepat langkah, darahnya mendidih melihat pemandangan di depannya. Darius berjalan terlalu dekat dengan Dewi, bahunya kedua orang itu nyaris bersentuhan.Tanpa pikir panjang, dia berdiri tepat di hadapan mereka, menghalangi jalan. Rahang Denver mengatup dengan napas memburu, tetapi wajahnya tetap tersenyum."Dewi, kamu ke sini?" tanya Denver, dan suaranya terdengar lebih tajam daripada sebelumnya.Dewi menunduk sedikit karena menghindari tatapan manik elang itu."Mau lihat Ayah," jawab Dewi singkat. Dia selalu saja merasa terjebak di antara dua pria ini, dan yang paling dia inginkan saat ini hanyalah keluar dari situasi menyebalkan secepat mungkin.Dia juga tidak ingin bertemu Darius, tetapi tanpa sengaja keduanya berpapasang di depan pintu, sehingga memaksa Dewi berjalan bersama Darius. Denver melirik Darius sekilas, lalu langsung meraih pergelangan tangan istrinya. "Papamu ada di ruang VIP. Aku antar."Tanpa menunggu persetujuan, Denver menarik Dewi menjauh dari Darius

    Last Updated : 2025-03-03
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 213 : Papa Denver Terkejut

    Dewi merasakan tubuhnya membentur lantai dingin, napasnya pun tercekat oleh kejutan tak terduga ini. Seketika para staf rumah sakit bergegas membantu Dewi berdiri dan membawanya ke sofa tunggu. Tangan wanita itu mencengkeram tas erat, matanya terpaku pada sosok yang berdiri tidak jauh darinya.“Dania?” gumam Dewi dengan napas tersengal.Tatapan Dania dingin dan tajam, tetapi ada yang berbeda kali ini. Tidak ada sindiran tajam atau provokasi. Hanya ada desahan pendek sebelum wanita itu berdecak dan kembali berlari menuju lift, meninggalkan Dewi dengan tanda tanya besar.Dewi memutuskan untuk pulang ke rumah Maharani, meninggalkan segala kegelisahan yang belum terjawab. Begitu tiba, dia langsung disambut suara ceria Dirga yang mengayunkan mainan kecilnya, menghasilkan bunyi nyaring mengisi ruangan.“Pa—pa. Ma—ma.”Bayi itu tergelak sambil merangkak mendekati Dewi, tangan kecilnya mencoba berpe

    Last Updated : 2025-03-03

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 329 : Gen Denver Memang Kuat

    “Wah … itu adik? Tapi kenapa adiknya kecil banget, Pa?” tanya Dirga sambil menunjuk layar monitor dengan mata membulat penasaran.Dua minggu telah berlalu sejak hari pernikahan Darius dan Maharani. Semua kembali beraktivitas normal.Hari ini, Dewi memutuskan melakukan pemeriksaan kehamilan bersama suaminya di ruang praktik milik Denver. Sebenarnya, ini karena permintaan Dirga yang terus-menerus merengek ingin melihat calon adiknya.“Ya, perkembangan manusia memang dimulai dari yang sangat kecil, Nak. Kalau dijelaskan panjang lebar, kamu pasti bingung,” tutur Denver lembut. Senyumnya merekah melihat Dirga begitu terkesima memandangi layar.Sementara itu, Dewi terus menatap Denver tanpa berkedip. Ada rasa geli dan manis saat melihat pria tampan yang kini jadi suaminya itu serius memeriksanya—sebagai dokter kandungan. Lucu rasanya, diperiksa oleh suami sendiri.“Kenapa kamu lihat aku terus, Mon ange? Jangan goda aku di tempat kerja, hmm,” bisik Denver seraya mengerlingkan sebelah matany

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 328 : Kesal!

    “Sakit, Oma …,” adu Dirga sambil menunjuk kakinya yang tersembunyi di balik celana panjang. Bibir mungilnya maju ke depan, dan manik karamel bergerak gelisah, mencari dua sosok yang sejak tadi dinantikan.“Iya, itu sudah diobati, Sayang. Tidak ada luka apa pun, kan?” sahut Dwyne sembari membelai puncak kepala Dirgantara dengan sentuhan penuh kasih.“Olang itu jalannya sembalang, ah!” Dirga bersedekap dada. Kedua alisnya bertaut, bola matanya menatap tajam ke arah tamu-tamu yang masih ramai di taman, menikmati pesta.Wajah tampan anak itu merengut.Beberapa saat lalu, ketika mengambil makanan di meja, seorang anak kecil menabrak Dirga cukup keras hingga makanannya terjatuh. Beruntung tuksedo mininya tidak kotor, tetapi tubuh kecil Dirga ikut terhuyung dan tersungkur. Anak yang menabraknya pun menangis sehingga mengundang perhatian para tamu.“Dia lebih kecil dari kamu. Jadi … belum tahu cara menghindar,” ujar Dwyne, masih dengan nada lembut. Dalam hati, wanita paruh baya itu ingin sek

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 327 : Cinta Tak Mengenal Jeda

    “Ah … Darius, kamu benar-benar penjahat,” lenguh Maharani, matanya terpejam sesaat, napasnya tersendat di tengah desahan halus. Dia menelan saliva, kini tubuhnya menegang seperti tersentuh listrik halus di bawah kulitnya.Tadi, pria itu membawanya langsung ke kamar hotel usai prosesi pernikahan mereka. Tanpa banyak kata, dengan antusiasme yang membuncah, Darius melucuti kebaya pengantin Maharani. Jemarinya bekerja luwes, sudah hafal setiap lipatan dan kancing, lalu membaringkan sang istri di ranjang pengantin berseprai putih yang bertabur kelopak mawar.Detik ini, mereka telah sama-sama polos, tidak ada lagi batas di antara kain dan kulit.Darius tampak sangat menguasai momen. Namun, di balik geraknya yang percaya diri, ada ketulusan yang menyelinap di setiap kecupan dan belaian.“Penjahat?” bisik Darius sembari menelusuri ceruk leher sang istri dengan ciuman yang membuat bulu kuduk Maharani meremang.“Umm … iya. Kamu menculikku. Pesta kita bahkan belum selesai, Da-Darius …, ah … ini

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 326 : Masih Cemburu?

    Setelah resmi menyandang status duda dan mempertahankan gelar itu selama kurang dari sebulan, akhirnya hari ini Darius melepas masa kesendiriannya dengan mempersunting Maharani.Bunga-bunga bermekaran indah menghiasi pelaminan serta taman. Bahkan pepohonan rindang pun seolah merestui hari penuh cinta ini. Suhu yang sejuk turut mendukung segalanya yang telah dirancang dengan saksama.Saat ini Darius mengenakan jas putih dengan rambut ditata rapi menggunakan pomade. Dia duduk bersama Denver dan Danis sebagai saksi pernikahan, menanti sang mempelai wanita yang belum juga tiba."Santai, Darius. Tenanglah, Maharani sedang bersiap. Kamu jangan bikin malu seperti ini," bisik Denver sambil melirik kaki Darius yang bergerak-gerak gelisah. Kening Darius juga dipenuhi keringat sebesar biji jagung."Aku tidak perlu nasihat. Aku butuh Maharani!" tegas Darius dengan wajah tegang.Denver terkekeh melihat mantan rivalnya panik. Dia pun menggoda lagi dengan suara rendah, "Ah … bagaimana kalau Maharani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 325 : Hadiah Istimewa

    Hari berikutnya, Darius masih cuti. Dia datang lebih awal ke persidangan kedua Dania. Pria itu duduk menyendiri di bangku tunggu, memandangi sisi kanan dan kiri ruang sidang yang masih sepi. Padahal dia sudah janjian dengan Denver, tetapi pria itu belum tampak.Darius memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding dingin. Dia mencoba membayangkan wajah Maharani agar suasana hatinya lebih tenang, dan berhasil.Bahkan ketika Denver datang bersama Ruslan dan Rudi, Darius menyapa dengan santai. Termasuk saat bertemu Dania di ruang sidang, tatapan tajam sang mantan tidak lagi menggoyahkan hatinya.Sidang pun selesai. Jadwal sidang berikutnya masih menunggu konfirmasi. Hal ini membuat Darius sedikit cemas, lantaran pernikahannya dengan Maharani makin dekat.“Tidak baik melamun,” tegur Denver, melihat Darius tampak berpikir di depan pintu pengadilan.“Ah, bukan melamun. Aku sedang berpikir cari kado untuk anakmu.” Darius m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 324 : Menguras Tenaga, Emosi, dan Pikiran

    Minggu ini menjadi yang paling berat sepanjang hidup Darius. Bahkan dia sengaja mengajukan cuti dari rumah sakit hanya untuk menyelesaikan segala masalah yang selama ini menggantung.Sekarang, dengan ditemani pengacara serta pamannya yang sangat baik, Darius duduk di ruang sidang yang terasa dingin dan sunyi.Bau kertas tua bercampur aroma pembersih ruangan menyengat di hidung. Suara langkah sepatu para pengacara dan detik jarum jam di dinding terasa memekakkan di tengah ketegangan.Dia menoleh ke samping, menatap kursi kosong di sebelahnya—kursi yang seharusnya diisi oleh Dania. Namun, wanita itu hanya menghadiri sidang melalui layar ponsel, sebab pihak kepolisian tidak mengizinkannya keluar dari sel tahanan karena perilaku buruknya yang makin menjadi.Darius menarik napas panjang, terasa sesak dan perih di dadanya. Ketika hakim memintanya mengucap ikrar talak, sejenak dia terdiam. Ada kilatan ingatan yang muncul—saat pertama kali menggenggam tangan Dania di bawah langit sore, berjan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 323 : Nasib Dua Dokter Tampan

    “Kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Maharani sambil menatap Darius yang sejak tadi hanya bersedekap dada, duduk di pojokan kamar.Setelah Dewi dan Dirgantara dijemput Denver, Maharani langsung menghampiri Darius. Pria itu tidak menyambutnya dengan senyum atau pelukan, melainkan ekspresi super dingin, seperti freezer yang kelupaan ditutup.Apa mungkin Darius kesal karena dia terlalu lama menemani Dewi di kamar? Atau ... ada sesuatu yang tidak dia tahu?“Mulai sekarang jangan makan tempe goreng lagi!” geram Darius tiba-tiba. Nada suaranya seperti menegur pasien bandel.Maharani langsung melongo. Tadi pria ini begitu antusias ketika diberikan tempe goreng hangat. Sekarang mendadak berubah arah.“Kamu sakit perut karena makan tempe goreng?” tanya Maharani curiga. Matanya menyipit, memeriksa wajah calon suaminya dari atas ke bawah.Darius berdecak, lalu menggeleng cepat. “Bukan perut yang sakit, Rani. Tapi hati. Mengerti?!” ucapnya dengan desahan napas berat seperti habis lari maraton.“A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 322 : Cemburu Versi Darius

    "Rani … apa yang kamu—"Protes Darius terputus begitu saja saat Maharani menatapnya tajam dan mengangkat telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat tegas agar pria itu diam."Tapi aku—""Jangan berisik, Dok!" tegur Maharani dengan tegas, sambil meraih handuk dan menghela napas panjang.Dia berbalik, mengambil pakaian dengan wajah jengkel, lalu mengenakannya secepat kilat.Beberapa detik kemudian, langkah kecil terdengar mendekat. Seorang anak laki-laki muncul di ambang pintu, membawa aroma tempe goreng yang menguar dari kotak kecil di tangannya."Tante Lani, tempe golengnya masih anget, enak loh dimakan pakai kecap!" celoteh Dirga ceria. Namun, matanya menyapu ke dalam kamar, tidak menemukan keberadaan Maharani."Tante Lani di mana?" tanyanya polos sambil mengetuk pintu, dia tidak berani masuk tanpa izin. Meskipun kakinya terlalu gatal ingin melangkah.Maharani segera melangkah dengan cepat menghampiri Dirga, sambil sibuk mengancingkan kancing baju. Senyum wanita itu dibuat selebar m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 321 : Aku Juga Menginginkannya

    “Rani ... kamu di mana?” panggil Darius. Pria itu sudah menekan bel berkali-kali, tetapi tidak ada yang membukakan pintu pagar.Bahkan Darius mencoba menghubungi Maharani dan Bu Astuti, tetapi tak mendapat balasan. Hingga akhirnya, dia menggunakan kunci cadangan dan masuk ke dalam rumah.Suasana di dalam tampak rapi dan tenang, aroma pengharum kopi menguar dari sudut-sudut ruangan dan memberi kesan hangat yang familiar.“Rani? Sayang?” panggilnya lagi, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu yang tertata apik. Tidak ada satu pun tanda kehadiran manusia.Dia meletakkan kantong makanan yang dibawanya di atas meja makan panjang putih. Matanya sempat tertumbuk pada vas bunga segar yang tertata manis di tengah meja.Bibir Darius tertarik membentuk senyum kecil. Rumah ini terasa jauh lebih hidup sejak ada sentuhan seorang wanita.“Bu? Bu Astuti?” Darius melongok ke taman belakang yang ukurannya tidak terlalu besar. Pandangannya menyapu seluruh sudut. Tetap tidak terlihat siapa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status