Telepon genggam dalam genggaman berdering lagi. Dewi menatap layarnya dan mendesah panjang."Iya, Bu?" sahutnya dengan nada cemas."Di mana, Wi? Dirga rewel, sama Ibu dan Mbaknya juga nangis. Sekarang lagi dibawa ke taman sama Nyonya Nayla, tapi masih merengek, Wi," adu Astuti dengan nada panik.Dewi menatap jalanan yang lengang di depan. Sungguh, dia ingin memutar taksi ini ke rumah sakit, tetapi bagaimana dengan Dirgantara?Keterdiaman itu membuat Astuti kembali bertanya, "Halo, Wi? Kamu baik-baik aja?"Dewi menelan ludah, mencoba menenangkan pikiran. "Iya, Bu. Aku lagi di jalan. Sebentar lagi sampai.""Hati-hati, ya, Wi," tukas Astuti sebelum panggilan suara terputus.Dalam mobil yang bergerak dengan kecepatan sedang ini, tatapan Dewi tampak kosong. Dia memikirkan suaminya, lalu mengirimkan pesan pada pria itu bahwa dia memilih pulang.[Dokter, aku pulang, ya. Makanan sudah aku kirim ke rumah sakit. Jangan lupa makan siang.]Pesannya terkirim, tetapi tidak dibaca oleh Denver.Dewi
Last Updated : 2025-02-18 Read more