All Chapters of Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: Chapter 171 - Chapter 180

322 Chapters

Bab 171: Ranjang Panas Sang Dokter

Ini memang bukan pernikahan pertama bagi keduanya. Namun, ini pertama kalinya mereka merasakan kehangatan dan sesuatu yang mendebarkan saat menghadapi pasangan.Saat ini keduanya, telah memasuki kamar yang terasa seperti surga tersembunyi. Lampu-lampu kristal redup berpendar lembut. Aroma lilin aroma terapi bercampur dengan wangi mawar putih yang tersusun indah di sudut ruangan, menambah nuansa intim yang mendebarkan.Dewi terpaku pada keindahan ruangan yang begitu sempurna, seolah dirancang khusus untuk malam istimewa ini. Dadanya berdebar, melihat taburan kelopak mawar merah membentuk pola hati di atas seprai satin putih."Ini cantik," lirih Dewi, matanya mengembun, menatap sekeliling dengan perasaan haru. Tangannya menyentuh lembut tirai tipis, lalu beralih ke pintu kaca besa besar yang menyuguhkan pemandangan malam yang begitu romantis.Di luar, kolam renang pribadi membiaskan pantulan cahaya bulan yang menggantung di langit."Kamu lebih cantik dibanding semua ini, Sayang," bisik
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 172 : Ohh Dewi

"Dewi?" panggil Denver lagi karena tidak ada respons dari wanita itu.Punggung Dewi menegang seketika, bukan karena kenikmatan dunia, melainkan rasa takut yang tiba-tiba menjalari tubuhnya. Tangan wanita itu gemetar, napasnya memburu, dan benda kecil putih pun terjatuh dari genggamannya.Denver menyipitkan mata, iris karamelnya mengunci pergerakan Dewi yang tampak panik. Dengan langkah tegap, dia turun dari ranjang dan meraih benda itu."Kamu minum pil KB?" tanya Denver, nada suaranya rendah, tetapi menusuk hingga ke relung dada Dewi.Jantung Dewi berdegup lebih kencang. Dia menelan ludah dengan susah payah, matanya menghindari tatapan suami yang kini mengintimidasi."Jawab aku!" desak Denver lebih dalam.Dewi mundur selangkah, tangannya saling meremas. Bibir mungil itu bergerak, tetapi tak satu pun kata keluar.Setelah menarik napas dalam-dalam, akhirnya dia berbisik, "A—ku … belum siap untuk hamil lagi. Dirga … masih terlalu kecil untuk punya adik."Denver tidak langsung menanggapi.
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 173 : Pantai vs Sang Dewi

Dewi yang baru saja selesai berpakaian segera mendekat. Dia melihat suaminya belum juga mengenakan sehelai benang pun. “Ada apa, Dokter?” tanyanya, berusaha mengintip ke dalam tas. Sayang, sebelum Dewi bisa melihat isinya, Denver buru-buru menutup tas dengan gerakan tergesa. Wajah tampannya mendadak pucat, seakan ada sesuatu yang harus disembunyikan. “Kenapa kamu ada di sini?” tanya pria itu dengan intonasi cemas. Dewi mengernyit, sedikit curiga. “Aku … hanya ingin tahu kenapa Dokter belum mengenakan pakaian.” Denver berdeham, berusaha mengendalikan diri. “Tidak ada apa-apa. Sebaiknya kamu sarapan duluan. Aku menyusul nanti.” Dewi menatapnya, mata sipitnya menyipit penuh selidik. “Tapi aku—” Belum sempat dia menyelesaikan kalimat, Denver sudah menggiringnya keluar kamar dengan lembut, tetapi tegas. Dewi berdiri terpaku di depan pintu. Ada sesuatu yang terasa aneh. Pikirannya langsung melayang ke masa lalu—Bima, yang pernah mengusirnya begitu saja setelah menikah. Tidak, Denver
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 174: Keingintahuan Membawa Luka

Setelah dua hari menginap di hotel, dengan berat hati pasangan pengantin baru itu mengakhiri sesi bulan madu sederhana mereka. Bukan karena tidak ingin menikmati waktu lebih lama, melainkan keadaan memaksa untuk kembali.Saat ini Dewi dan Denver sedang menghadap Danis yang sedari tadi diam memandang keduanya. Sorot mata pria tu sulit ditebak, seakan menimbang banyak hal."Pak Danis, terima kasih sudah merestui kami. Aku … tidak tahu harus membalasnya bagaimana," cicit Dewi yang masih canggung dan belum sepenuhnya percaya bahwa dia kini diakui sebagai putri pria di hadapannya.Danis mendekat, lalu tiba-tiba merengkuh Dewi dalam pelukan erat. Tubuh pria paruh baya itu berguncang, dan Dewi merasakan lembab pada bahunya. Perlahan, dia pun membalas pelukan itu, dadanya ikut sesak melihat betapa rapuh ayah kandungnya."Kamu layak bahagia, Nak. Harus bahagia!" Suara Danis terdengar serak dan dalam, menggema di telinga Dewi seperti sebuah janji yang harus digenggam erat.Setelah melepaskan pe
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Bab 175 : Tragedi Memalukan Di Meja Makan!

Dewi tahu dirinya tidak bisa terus larut dalam pusaran kesedihan. Dia ingin segera pulang, menatap Dirga, dan kembali merasakan kehangatan rumah. Namun, langkahnya tetap terasa berat ketika memasuki rumah megah yang kini menjadi tempatnya bernaung. Saat ini, Dewi berjalan perlahan, menyusuri setiap sudut ruangan yang tidak banyak berubah sejak pertama kali dia menginjakkan kaki di sini. Kali ini, statusnya berbeda. Tidak lagi sebagai tamu yang dipandang sebelah mata, tetapi sebagai bagian dari keluarga. Jemarinya makin erat menggenggam tangan Denver, mencari pegangan. "Jangan tegang, Sayang," bisik Denver, mencuri kesempatan untuk mengecup daun telinganya dengan lembut. "Ini seperti mimpi," lirih Dewi, suaranya tak terdengar. Pandangannya beralih ke lantai dua, di mana Dwyne menatapnya dengan ekspresi rumit. Sejenak Dewi menelan ludah, jantungnya berdebar kencang. "Ayo, kita temui Mama," ajak Denver sambil mengeratkan genggaman tangannya. Saat langkah keduanya menyentuh lantai d
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Bab 176: Selalu Saja Dokter Begini

Pascatragedi malam itu, Dewi merasa canggung tinggal di rumah besar ini. Setiap kali melangkah keluar kamar, dia merasakan tatapan penuh arti dari para pelayan.Bahkan, beberapa dari mereka tampak berbisik-bisik begitu melihatnya. Wajah Dewi terasa panas, dan dia refleks menarik sweaternya lebih tinggi, berharap bisa menyembunyikan jejak-jejak kemesraan yang masih tertinggal di kulitnya.Dewi buru-buru mengambil air hangat untuk Denver. Begitu kembali ke kamar, dia menghela napas lega, tetapi ketenangan itu langsung buyar."Kenapa ditutupi?" Suara Denver terdengar penuh godaan.Dewi menoleh, dan detik itu juga napasnya tercekat. Suaminya berdiri di sana dengan rambut basah yang masih menetes, serta dada bidang terbuka. Mata karamel itu menatapnya lekat-lekat, lalu menyeringai."Kamu malu, Sayang?" bisik Denver, melangkah mendekat. Jemarinya membelai leher Dewi, mengamati jejak percintaan yang memudar.Dewi merengut, mencoba menghindari tatapan jahil itu. "Aku mau ke kampus hari ini. Ad
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 177 : Rahasiakan Dari Dewiku

Telepon genggam dalam genggaman berdering lagi. Dewi menatap layarnya dan mendesah panjang."Iya, Bu?" sahutnya dengan nada cemas."Di mana, Wi? Dirga rewel, sama Ibu dan Mbaknya juga nangis. Sekarang lagi dibawa ke taman sama Nyonya Nayla, tapi masih merengek, Wi," adu Astuti dengan nada panik.Dewi menatap jalanan yang lengang di depan. Sungguh, dia ingin memutar taksi ini ke rumah sakit, tetapi bagaimana dengan Dirgantara?Keterdiaman itu membuat Astuti kembali bertanya, "Halo, Wi? Kamu baik-baik aja?"Dewi menelan ludah, mencoba menenangkan pikiran. "Iya, Bu. Aku lagi di jalan. Sebentar lagi sampai.""Hati-hati, ya, Wi," tukas Astuti sebelum panggilan suara terputus.Dalam mobil yang bergerak dengan kecepatan sedang ini, tatapan Dewi tampak kosong. Dia memikirkan suaminya, lalu mengirimkan pesan pada pria itu bahwa dia memilih pulang.[Dokter, aku pulang, ya. Makanan sudah aku kirim ke rumah sakit. Jangan lupa makan siang.]Pesannya terkirim, tetapi tidak dibaca oleh Denver.Dewi
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 178 : Berusaha Memercayai Kamu

Sampai pukul enam sore, Denver tidak kunjung menghubunginya. Hanya satu pesan singkat yang masuk ke ponselnya.[Sayang, maaf. Aku ada pekerjaan di luar kota.]Dewi menghela napas panjang. Hanya itu? Seharian penuh dan hanya satu pesan?Dia menatap layar, berharap ada pesan susulan, tetapi nihil. Jari-jarinya sempat mengetik balasan, tetapi akhirnya dia mengurungkan niat.Untuk apa? Percuma jika hanya dia yang berusaha peduli.Sementara itu, Dirga terus menempel padanya. Bayi itu gelisah setiap kali dibaringkan dan menolak digendong oleh siapa pun selain dirinya.Pundak dan punggung Dewi hampir rontok karena bobot tubuh Dirga yang makin berat, tetapi dia tidak tega melepaskannya. Bahkan saat ingin sekadar minum air, dia tetap membawa Dirga dalam pelukannya karena bayi itu akan menangis kejer jika ditinggalkan."Sebenarnya kenapa Papa menghilang seperti ini, ya, Sayang? Ada masalah apa lagi?" gumam Dewi sambil mengayunkan tubuh, berusaha menenangkan buah hatinya.Baru saja Dirga memejamk
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 179 : Merindukanmu Sayang

Hentakan langkah sepatu pantofel menggema di lorong yang sepi. Bayangan sosok itu makin mendekat, tetapi hati kecil Dewi yakin bahwa itu bukan pria yang dicarinya. Bahkan Dirga yang biasanya antusias saat melihat papanya, kali ini hanya menggeliat gelisah dalam dekapannya."Itu ‘kan ..." Valerie menunjuk ke arah pria yang kini berdiri tidak jauh dari mereka."Dokter Darius?" ucap Dewi pelan.Darius menatap mereka dengan sorot mata tajam. "Apa kabar, Dewi? Lama tidak bertemu." Tatapannya beralih dari wajah mungil Dirga ke wajah Dewi, memperhatikan setiap ekspresi yang terpahat di sana. "Apa yang kamu lakukan di sini malam-malam? Apa dia sakit?"Dewi menggeleng pelan dan tersenyum kaku. Dia makin mengeratkan dekapannya pada Dirga, lalu sedikit membungkuk hendak berpamitan. Namun, tiba-tiba, Darius menahan pergelangan tangannya."Dewi?"Dewi menoleh dengan jantung yang mulai berdetak lebih cepat. Pandangan mereka bertemu, dan dalam sekejap, Dewi menangkap sesuatu di mata Darius—sesuatu y
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 180 : Maafkan Aku Sayang

Denver mendekat dan mencoba menyingkirkan tangan Darius dari bahu Dewi. Namun, genggaman Darius terlalu kokoh, seakan menegaskan keberadaannya di sisi wanita itu. Mata mereka saling beradu—satu penuh kemarahan, satu lagi penuh tantangan."Kamu membuatnya menangis, Bung!" desis Darius, suaranya datar dan menusuk seperti belati. "Dan aku menyesal merelakannya untukmu."Jari-jari Denver mengepal, otot lengannya menegang. Rahangnya mengeras, tetapi dia tahu—ini bukan tempat untuk bertarung. Ini rumah sakit, dan Dirga masih dalam perawatan.Denver berbisik dengan suara rendah, "Coba saja, Darius. Kamu hanya akan kecewa untuk kedua kalinya."Darius tersenyum sinis, tetapi akhirnya melepaskan genggamannya. Denver segera beralih ke Dewi, tetapi wanita itu justru bergeser menjauh.Bahu wanita itu menegang saat tangan Denver mencoba meraih pergelangannya."Sayang, maaf," lirih Denver, suaranya penuh penyesalan.Dewi tidak menjawab. Dia hanya berdiri di ujung ranjang Dirga, matanya tertuju pada b
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
33
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status