All Chapters of Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: Chapter 161 - Chapter 170

322 Chapters

Bab 161: Penyesalan Sang Mama

"Pak, Anda yakin mau ke Malang hari ini?" tanya Ruslan yang melangkah cepat mengikuti ritme Denver."Siapkan saja semuanya, Ruslan! Aku tidak bisa membiarkan Darius menikahi Dewi! Apalagi Pak Danis pasti memaksa Dewi," geram Denver, matanya menyala penuh amarah."Tapi … bagaimana dengan Nyonya Dwyne, Pak? Kondisinya tidak memungkinkan ditinggal," tukas Ruslan, suaranya terdengar ragu.Langkah Denver terhenti. Pikiran Dokter tampan itu berkecamuk. Jika saja tubuhnya bisa terbagi dua, dia pasti akan melakukan itu. Dwyne, Dewi, dan Dirgantara adalah tanggung jawabnya.Dia tidak ingin kehilangan mereka!"Tangan Anda, Pak," tunjuk Ruslan.Denver menatap pergelangan tangannya. Darah segar menetes dari luka bekas infus yang terbuka, tetapi dia bahkan tidak merasakan sakit. Dia hanya mendengkus ketika melihat Darius sedang berjalan bersama pasien lain."Kamu benar, Ruslan. Untuk saat ini, Mama tidak bisa ditinggal. Pastikan Darius tetap di sini! Katakan pada direktur, jangan memberinya izin!"
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 162: Perjuangan Dokter Tampan

Setibanya di Kota Malang, Denver langsung menggunakan taksi menuju kediaman Danis. Sepanjang jalan, jari-jarinya pria itu terus mengetuk layar ponsel.Dia mencoba menghubungi Dewi dan Astuti. Namun, hasilnya tetap sama—panggilan tak terjawab."Sial!" gumam Denver, rahangnya mengeras. “Ke mana mereka semua?”Pikiran pria itu seketika dipenuhi bayangan buruk. Bagaimana jika Dewi sudah dipaksa menikah? Bagaimana jika Darius sedang menggenggam tangannya di altar? Bagaimana jika Dirgantra menangis tanpa ada yang bisa menenangkannya?Bahkan parahnya lagi, jika Dewi benar-benar dibawa menjauh, entah ke mana. Bukankah itu sulit bagi Denver untuk merebutnya lagi?Jantung Denver berdetak lebih cepat dari biasanya dan denyut nadinya terasa hingga di pelipis. Dia tidak bisa tinggal diam!“Permisi, Pak. Sudah sampai tujuan,” ujar sopir taksi dengan suara pelan. “Pak?”Seketika Denver tersentak dari lamunan mengerikan itu. Dia mengembuskan napas kasar, untuk menepis kekhawatiran yang terus menghantu
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 163: Bayaran Sepadan?

“Dokter Denver,” ucap Dewi tanpa suara. Bibir mungilnya bergerak, tetapi suaranya tercekat di tenggorokan.Jantung Dewi berdegup begitu cepat karena lonjakan hormon dopamin, seakan ingin melompat dari dadanya. Tubuh mungilnya seakan membeku, tetapi hatinya juga berontak.Dia ingin mendekat, ingin berlari ke dalam pelukan pria itu, tetapi pergelangan tangannya dicekal oleh Danis.“Untuk apa kamu ke sana? Tunggulah sampai acara konferensi pers ini selesai,” bisik Danis, sorot mata hitamnya jelas melarang.Dewi menelan ludah dan menggeleng. Napas gadis itu tersengal, tetapi dia tidak peduli. Ini Denver. Ayah dari Dirgantara, juga pria yang mengisi kehampaan selama setahun belakangan.Dengan gerakan tegas, Dewi melepaskan cengkeraman tangan Danis yang tidak terlalu kuat. Sepasang kaki yang dibingkai heels putih melangkah begitu lemas ke arah Denver.Mata mereka saling bertemu, ada kerinduan yang begitu pekat.Denver melengkungkan senyum, tetapi berbeda dari Darius yang mengepalkan tangan d
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 164 : Tidak Melepasmu

Ingin sekali Denver merebut anaknya dari Darius, sebab mereka tampak asyik bercengkerama. Namun, akal sehatnya memutuskan untuk menemui Danis terlebih dahulu.Setibanya di ruang kerja, pria paruh baya itu duduk dengan tegang. Denver dan Dewi berdiri tepat di depannya, menunggu instruksi."Duduklah," kata Danis dengan nada dingin dan memerintah."Terima kasih," sahut Denver begitu tenang, sembari menggenggam tangan Dewi erat.Dewi menunduk dan hatinya berdebar. Ruangan ini terasa lebih dingin dari biasanya, atau mungkin itu hanya efek dari tatapan tajam Danis yang menusuk seperti pisau bedah. Dia tahu, pria itu belum sepenuhnya percaya pada Denver, dan jujur saja, dia pun masih bertanya-tanya, apakah Denver benar-benar akan bertahan?Danis mengetukkan jarinya di meja dengan ekspresi tetap datar. Namun, ada sesuatu dalam sorot matanya, sebuah peringatan "Kalau kamu berpikir aku akan menyerahkan Dewi begitu saja, kamu salah besar, Denver."Sebagai pria dewasa yang matang, Denver tidak
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 165: Merindukan Cucu

Beberapa hari setelah pemberitaan identitas Dewi ke media massa, publik kembali mengangkat hubungannya dengan Denver. Bahkan, saat ini mereka juga menyayangkan sikap Carissa di masa lalu yang menyia-nyiakan Denver, sekaligus mengagumi Dewi sebagai penggantinya yang jauh lebih baik.Saat ini Carissa menjenguk Bima di rumah tahanan. Wanita itu tampak mendelik pada adik sepupunya yang kini makin kurus dan tidak terurus.“Ada apa ke sini, hah? Mau menertawai nasibku?” sergah Bima sebelum duduk.Carissa melipat tangan depan dada dan berdecak, “Kenapa kamu bisa melewati hal penting seperti itu? Kalau saja tahu dia itu anaknya Pak Danis pasti kehidupan kita enggak begini, huh!”Bima membuang ludah sembarangan dan matanya menatap nyalang. Rahang dengan janggut lebat itu tampak berkedut. “Aku juga tidak tahu Carissa! Seandainya tahu, mana mungkin kuceraikan dia!”“Bima, kamu itu diceraikan, paham!” ketus Carissa.“Dan kamu juga ditendang dari keluarga Bradley. Sudah bagus punya suami muda dan b
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 166 : LDR Ala Pak Dokter

Kediaman Bradley.Kursi roda Dwyne meluncur pelan memasuki ruang tamu besar, bergaya Eropa. Di sana, seorang perempuan cantik duduk dengan anggun, menyesap teh sambil bercengkerama dengan Oma Nayla.Tatapan Dwyne melembut, penuh kasih, seperti seorang ibu yang melihat anaknya.Kursi roda itu makin mendekat, didorong oleh seorang perawat.“Apa kabar, Tante?” Dania buru-buru menghampiri Dwyne, mencium tangan wanita itu dengan hormat.Dwyne mengangguk pelan, bibirnya bergetar saat berusaha menjawab, “B-a-i-k.”Dania tersenyum, mengambil alih kursi roda Dwyne, lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Papa bilang ini untuk Tante, supaya cepat sembuh.” Dia menyerahkan sebotol multivitamin.Sedangkan Dwyne hanya mengangguk lagi, berbeda dengan mata Dania bergerak gelisah, seperti mencari sesuatu.Tentunya hal gerak-gerik Dania tidak luput dari Oma Nayla yang duduk di seberangnya , memperhatikan denga
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 167: Gara-gara Alat Kontrasepsi!

Saat Denver menerima telepon, pria itu segera menjauh dari Dewi. Gerak-geriknya membuat gadis itu bertanya-tanya, tetapi dia tidak berani menguping. Itu urusan pribadi Denver, bukan haknya untuk ikut campur. Wajah pria itu yang semula santai kini berubah tegang. Rahang mengeras dan jemarinya mencengkeram ponsel lebih erat. Otot-otot di leher Denver menegang, menandakan sesuatu yang serius sedang terjadi. “Apa Nyonya Dwyne sudah bisa bicara lagi?” gumam Dewi, memperhatikan ekspresi Denver yang penuh kecemasan. “Kenapa kamu pakai ponsel Mama? Sekarang di mana Mamaku?” Suara Denver terdengar lebih rendah, seperti geraman. Dia berbalik menatap Dewi, matanya tajam. “Ponselku ketinggalan di rumah. Sekarang Aunty syok berat, Kak. Mendingan Kakak pulang sekarang. Kita harus bahas siapa pengganti direktur!” Valerie di seberang sana berbicara dengan nada panik. Dewi masih berusaha mendengar, dan perasaan berdebarnya makin menjadi. Ada sesuatu yang terjadi di rumah sakit, dan itu bukan
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 168: Kejutan Untuk Sang Dewi

Tatapan sinis Paman Carissa menusuk tajam ke arah Denver, seakan ingin mencabiknya hidup-hidup. Senyum kecil sosok itu penuh ejekan ketika berkata, "Bukankah tidak harus seorang dokter untuk menjadi direktur?"Denver mengepalkan tangan di bawah meja. Sudut bibirnya berkedut samar, tetapi dia tetap mempertahankan ekspresi tenangnya. Mereka ingin merebut kendali rumah sakit ini—itu sudah jelas.“Anda benar.” Denver akhirnya membuka suara, nada bicaranya tetap terkendali. “Siapa pun bisa menjadi direktur, selama dia memiliki kompetensi dan kepedulian terhadap pasien, bukan hanya keuntungan.”Niang yang sejak tadi diam, menyelipkan senyum tipis. Meskipun sulit bicara, dia memaksakan diri. “Kalau begitu, biar putraku saja yang memimpin rumah sakit ini.”Denver menatapnya tajam. “Aku tidak keberatan, asalkan beliau memenuhi syarat sebagai direktur yang tidak hanya berfokus pada keuntungan semata,” tegasnya, menyelipkan tantangan dalam suaranya.Para anggota dewan mulai berbisik-bisik. Paman
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 169 : Akibat Ulah Denver

Semenjak menjabat kembali sebagai direktur rumah sakit, kesibukan Denver bertambah berkali-kali lipat. Memang jadwal praktiknya berkurang, tetapi dia harus mengurusi manajemen dan melakukan manuver agar keutuhan rumah sakit jauh dari tangan jahil.Hal itu juga mengurangi komunikasi Denver dengan Dewi.Saat ini, Dewi sedang duduk di dipan di taman, menggendong Dirga yang belakangan ini makin aktif. Di sampingnya, Astuti sedang sibuk membuat rujak, sesekali melirik Dewi yang tampak murung."Ibu perhatiin kamu kok lesu banget, Wi? Kenapa? Kangen Pak Dokter?" goda Astuti sambil mengulek bumbu.Dewi mengangguk pelan, lalu mengembuskan napas panjang. "Ibu bisa saja. Tapi ... Dokter Denver memang sibuk. Apa mungkin pasiennya tambah banyak, ya?""Biar aja, Wi. Tugas laki-laki ‘kan kerja. Demi masa depan si kecil," ujar Astuti, melirik Dirga yang asyik mengemut jari-jarinya.Dewi hanya tersenyum tipis, matanya menerawang. Teringat pada komunikasi terakhir mereka tiga hari lalu, sekarang dia me
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 170 : Tidak Bisa Menunggu Lagi!

Senja ini, kediaman Danis berubah menjadi lautan bunga. Beraneka warna menghiasi gerbang, taman, hingga area utama yang telah disiapkan untuk prosesi sakral. Tiga hari pascapertunangan, keluarga memutuskan mempercepat pernikahan keduanya. Pemberkasan dilakukan dengan tergesa-gesa, nyaris seperti pemaksaan. Di tengah suasana penuh haru dan ketegangan, seorang pria tampan dalam balutan jas putih duduk di tempatnya, ditemani dua saksi di sebelahnya. Sejak tadi, dia tampak gelisah, terus menggoyangkan kakinya seperti seseorang yang kebelet ke toilet. "Tenanglah, Denver! Kamu ini bukan perjaka lagi, kenapa harus tegang?" ucap seorang pria yang duduk tidak jauh darinya. Denver menghela napas panjang dan menoleh. "Uncle Dariel, ini memang bukan pertama kalinya aku menikah. Tapi ini pertama dan terakhir kalinya aku mengikat janji suci dengan wanita yang kucintai." Tiba-tiba, tepukan keras mendarat di punggungnya. Denver menoleh tajam, mengira itu ulah Valerie, tapi ternyata ...m "Aunty F
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
33
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status