Home / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 166 : LDR Ala Pak Dokter

Share

Bab 166 : LDR Ala Pak Dokter

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-02-13 12:00:25

Kediaman Bradley.

Kursi roda Dwyne meluncur pelan memasuki ruang tamu besar, bergaya Eropa. Di sana, seorang perempuan cantik duduk dengan anggun, menyesap teh sambil bercengkerama dengan Oma Nayla.

Tatapan Dwyne melembut, penuh kasih, seperti seorang ibu yang melihat anaknya.

Kursi roda itu makin mendekat, didorong oleh seorang perawat.

“Apa kabar, Tante?” Dania buru-buru menghampiri Dwyne, mencium tangan wanita itu dengan hormat.

Dwyne mengangguk pelan, bibirnya bergetar saat berusaha menjawab, “B-a-i-k.”

Dania tersenyum, mengambil alih kursi roda Dwyne, lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Papa bilang ini untuk Tante, supaya cepat sembuh.” Dia menyerahkan sebotol multivitamin.

Sedangkan Dwyne hanya mengangguk lagi, berbeda dengan mata Dania bergerak gelisah, seperti mencari sesuatu.

Tentunya hal gerak-gerik Dania tidak luput dari Oma Nayla yang duduk di seberangnya , memperhatikan denga

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 167: Gara-gara Alat Kontrasepsi!

    Saat Denver menerima telepon, pria itu segera menjauh dari Dewi. Gerak-geriknya membuat gadis itu bertanya-tanya, tetapi dia tidak berani menguping. Itu urusan pribadi Denver, bukan haknya untuk ikut campur. Wajah pria itu yang semula santai kini berubah tegang. Rahang mengeras dan jemarinya mencengkeram ponsel lebih erat. Otot-otot di leher Denver menegang, menandakan sesuatu yang serius sedang terjadi. “Apa Nyonya Dwyne sudah bisa bicara lagi?” gumam Dewi, memperhatikan ekspresi Denver yang penuh kecemasan. “Kenapa kamu pakai ponsel Mama? Sekarang di mana Mamaku?” Suara Denver terdengar lebih rendah, seperti geraman. Dia berbalik menatap Dewi, matanya tajam. “Ponselku ketinggalan di rumah. Sekarang Aunty syok berat, Kak. Mendingan Kakak pulang sekarang. Kita harus bahas siapa pengganti direktur!” Valerie di seberang sana berbicara dengan nada panik. Dewi masih berusaha mendengar, dan perasaan berdebarnya makin menjadi. Ada sesuatu yang terjadi di rumah sakit, dan itu bukan

    Last Updated : 2025-02-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 168: Kejutan Untuk Sang Dewi

    Tatapan sinis Paman Carissa menusuk tajam ke arah Denver, seakan ingin mencabiknya hidup-hidup. Senyum kecil sosok itu penuh ejekan ketika berkata, "Bukankah tidak harus seorang dokter untuk menjadi direktur?"Denver mengepalkan tangan di bawah meja. Sudut bibirnya berkedut samar, tetapi dia tetap mempertahankan ekspresi tenangnya. Mereka ingin merebut kendali rumah sakit ini—itu sudah jelas.“Anda benar.” Denver akhirnya membuka suara, nada bicaranya tetap terkendali. “Siapa pun bisa menjadi direktur, selama dia memiliki kompetensi dan kepedulian terhadap pasien, bukan hanya keuntungan.”Niang yang sejak tadi diam, menyelipkan senyum tipis. Meskipun sulit bicara, dia memaksakan diri. “Kalau begitu, biar putraku saja yang memimpin rumah sakit ini.”Denver menatapnya tajam. “Aku tidak keberatan, asalkan beliau memenuhi syarat sebagai direktur yang tidak hanya berfokus pada keuntungan semata,” tegasnya, menyelipkan tantangan dalam suaranya.Para anggota dewan mulai berbisik-bisik. Paman

    Last Updated : 2025-02-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 169 : Akibat Ulah Denver

    Semenjak menjabat kembali sebagai direktur rumah sakit, kesibukan Denver bertambah berkali-kali lipat. Memang jadwal praktiknya berkurang, tetapi dia harus mengurusi manajemen dan melakukan manuver agar keutuhan rumah sakit jauh dari tangan jahil.Hal itu juga mengurangi komunikasi Denver dengan Dewi.Saat ini, Dewi sedang duduk di dipan di taman, menggendong Dirga yang belakangan ini makin aktif. Di sampingnya, Astuti sedang sibuk membuat rujak, sesekali melirik Dewi yang tampak murung."Ibu perhatiin kamu kok lesu banget, Wi? Kenapa? Kangen Pak Dokter?" goda Astuti sambil mengulek bumbu.Dewi mengangguk pelan, lalu mengembuskan napas panjang. "Ibu bisa saja. Tapi ... Dokter Denver memang sibuk. Apa mungkin pasiennya tambah banyak, ya?""Biar aja, Wi. Tugas laki-laki ‘kan kerja. Demi masa depan si kecil," ujar Astuti, melirik Dirga yang asyik mengemut jari-jarinya.Dewi hanya tersenyum tipis, matanya menerawang. Teringat pada komunikasi terakhir mereka tiga hari lalu, sekarang dia me

    Last Updated : 2025-02-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 170 : Tidak Bisa Menunggu Lagi!

    Senja ini, kediaman Danis berubah menjadi lautan bunga. Beraneka warna menghiasi gerbang, taman, hingga area utama yang telah disiapkan untuk prosesi sakral. Tiga hari pascapertunangan, keluarga memutuskan mempercepat pernikahan keduanya. Pemberkasan dilakukan dengan tergesa-gesa, nyaris seperti pemaksaan. Di tengah suasana penuh haru dan ketegangan, seorang pria tampan dalam balutan jas putih duduk di tempatnya, ditemani dua saksi di sebelahnya. Sejak tadi, dia tampak gelisah, terus menggoyangkan kakinya seperti seseorang yang kebelet ke toilet. "Tenanglah, Denver! Kamu ini bukan perjaka lagi, kenapa harus tegang?" ucap seorang pria yang duduk tidak jauh darinya. Denver menghela napas panjang dan menoleh. "Uncle Dariel, ini memang bukan pertama kalinya aku menikah. Tapi ini pertama dan terakhir kalinya aku mengikat janji suci dengan wanita yang kucintai." Tiba-tiba, tepukan keras mendarat di punggungnya. Denver menoleh tajam, mengira itu ulah Valerie, tapi ternyata ...m "Aunty F

    Last Updated : 2025-02-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 171: Ranjang Panas Sang Dokter

    Ini memang bukan pernikahan pertama bagi keduanya. Namun, ini pertama kalinya mereka merasakan kehangatan dan sesuatu yang mendebarkan saat menghadapi pasangan.Saat ini keduanya, telah memasuki kamar yang terasa seperti surga tersembunyi. Lampu-lampu kristal redup berpendar lembut. Aroma lilin aroma terapi bercampur dengan wangi mawar putih yang tersusun indah di sudut ruangan, menambah nuansa intim yang mendebarkan.Dewi terpaku pada keindahan ruangan yang begitu sempurna, seolah dirancang khusus untuk malam istimewa ini. Dadanya berdebar, melihat taburan kelopak mawar merah membentuk pola hati di atas seprai satin putih."Ini cantik," lirih Dewi, matanya mengembun, menatap sekeliling dengan perasaan haru. Tangannya menyentuh lembut tirai tipis, lalu beralih ke pintu kaca besa besar yang menyuguhkan pemandangan malam yang begitu romantis.Di luar, kolam renang pribadi membiaskan pantulan cahaya bulan yang menggantung di langit."Kamu lebih cantik dibanding semua ini, Sayang," bisik

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 172 : Ohh Dewi

    "Dewi?" panggil Denver lagi karena tidak ada respons dari wanita itu.Punggung Dewi menegang seketika, bukan karena kenikmatan dunia, melainkan rasa takut yang tiba-tiba menjalari tubuhnya. Tangan wanita itu gemetar, napasnya memburu, dan benda kecil putih pun terjatuh dari genggamannya.Denver menyipitkan mata, iris karamelnya mengunci pergerakan Dewi yang tampak panik. Dengan langkah tegap, dia turun dari ranjang dan meraih benda itu."Kamu minum pil KB?" tanya Denver, nada suaranya rendah, tetapi menusuk hingga ke relung dada Dewi.Jantung Dewi berdegup lebih kencang. Dia menelan ludah dengan susah payah, matanya menghindari tatapan suami yang kini mengintimidasi."Jawab aku!" desak Denver lebih dalam.Dewi mundur selangkah, tangannya saling meremas. Bibir mungil itu bergerak, tetapi tak satu pun kata keluar.Setelah menarik napas dalam-dalam, akhirnya dia berbisik, "A—ku … belum siap untuk hamil lagi. Dirga … masih terlalu kecil untuk punya adik."Denver tidak langsung menanggapi.

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 173 : Pantai vs Sang Dewi

    Dewi yang baru saja selesai berpakaian segera mendekat. Dia melihat suaminya belum juga mengenakan sehelai benang pun. “Ada apa, Dokter?” tanyanya, berusaha mengintip ke dalam tas. Sayang, sebelum Dewi bisa melihat isinya, Denver buru-buru menutup tas dengan gerakan tergesa. Wajah tampannya mendadak pucat, seakan ada sesuatu yang harus disembunyikan. “Kenapa kamu ada di sini?” tanya pria itu dengan intonasi cemas. Dewi mengernyit, sedikit curiga. “Aku … hanya ingin tahu kenapa Dokter belum mengenakan pakaian.” Denver berdeham, berusaha mengendalikan diri. “Tidak ada apa-apa. Sebaiknya kamu sarapan duluan. Aku menyusul nanti.” Dewi menatapnya, mata sipitnya menyipit penuh selidik. “Tapi aku—” Belum sempat dia menyelesaikan kalimat, Denver sudah menggiringnya keluar kamar dengan lembut, tetapi tegas. Dewi berdiri terpaku di depan pintu. Ada sesuatu yang terasa aneh. Pikirannya langsung melayang ke masa lalu—Bima, yang pernah mengusirnya begitu saja setelah menikah. Tidak, Denver

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 174: Keingintahuan Membawa Luka

    Setelah dua hari menginap di hotel, dengan berat hati pasangan pengantin baru itu mengakhiri sesi bulan madu sederhana mereka. Bukan karena tidak ingin menikmati waktu lebih lama, melainkan keadaan memaksa untuk kembali.Saat ini Dewi dan Denver sedang menghadap Danis yang sedari tadi diam memandang keduanya. Sorot mata pria tu sulit ditebak, seakan menimbang banyak hal."Pak Danis, terima kasih sudah merestui kami. Aku … tidak tahu harus membalasnya bagaimana," cicit Dewi yang masih canggung dan belum sepenuhnya percaya bahwa dia kini diakui sebagai putri pria di hadapannya.Danis mendekat, lalu tiba-tiba merengkuh Dewi dalam pelukan erat. Tubuh pria paruh baya itu berguncang, dan Dewi merasakan lembab pada bahunya. Perlahan, dia pun membalas pelukan itu, dadanya ikut sesak melihat betapa rapuh ayah kandungnya."Kamu layak bahagia, Nak. Harus bahagia!" Suara Danis terdengar serak dan dalam, menggema di telinga Dewi seperti sebuah janji yang harus digenggam erat.Setelah melepaskan pe

    Last Updated : 2025-02-16

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 249 : Murka!

    Dewi bergegas ke dapur begitu mendengar suara pecahan gelas. Saat sampai, alangkah terkejutnya dia mendapati Valerie sedang berjongkok, meringis kesakitan sambil membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai. "Ya ampun Valerie!" Dewi segera mendekat, menarik tangan Valerie. "Jangan sentuh pakai tangan kosong!" pekiknya. Mata sipitnya melebar melihat ada luka di jari Valerie, cairan merah merembes keluar. "Kamu–" "Aku tidak sengaja menjatuhkannya," ujar Valerie, wajahnya sedikit pucat. "Aku tadi mau ambil air, tapi tanganku sakit."Tanpa banyak bicara lagi, Dewi mengambil kotak P3K, lalu dengan cekatan membersihkan luka Valerie. "Makasih, ya, Wi." ujar Valerie setelah tangannya dibalut plester. Dewi tersenyum lantas menyentuh bahu Valerie. Adik sepupu Denver itu meringis. "Harusnya aku yang bilang makasih, tanganmu pegal karena gendong Dirga," ucap Dewi sungkan. "Ya, mungkin. Badannya Dirga berat, sih." Valerie tergelak mengingat anak kecil itu.Dewi tersenyum lembut.

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 247 : Lalai Pada Keluarga

    "Wi, ada pasien trauma tingkat 1 di kepala. Tolong bantu."Suara itu menyadarkan Dewi, dia tidak boleh meninggalkan rumah sakit ini sebelum jam kerjanya selesai.Dewi menghela napas panjang, meremas jemarinya yang terasa dingin."Iya Sus." Dewi segera berlari membantu tim medis lain. Barulah setelah menyelesaikan sif-nya di rumah sakit, tanpa memberitahu Denver, dia segera meluncur ke rumah kontrakan Maharani.Begitu sampai, langkahnya terhenti saat melihat Astuti terduduk di lantai ruang tamu, bahunya terguncang karena isakan.Di hadapannya, ads selembar cek senilai seratus juta tergeletak begitu saja di atas meja kayu tua.“Bu Astuti?” Dewi mendekat, menahan detak jantungnya yang berdebar tidak karuan. “Apa yang terjadi?”Astuti mendongak, wajahnya yang sembab memperlihatkan keputusasaan begitu kentara. “Rani pergi ... Dokter Dania kasih uang ini. Seratus juta, Dewi. Ibu takut!”Dewi memicingkan mata, perasaan tidak enak menyergap pikirannya. “Uang sebanyak ini untuk apa?”Astuti

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 246 : Dibawa Pergi

    “Tumben mendadak datang ke sini, Wi?” Intonasi Maharani terdengar tercekat, senyumnya kaku. “Ini masih pagi.”Dewi tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap lekat wajah Maharani, mengamati setiap perubahan ekspresinya. Napas Maharani tampak tersendat, jemarinya mencengkeram gelas susu sangat erat hingga sedikit bergetar. Terlalu jelas dia menyembunyikan sesuatu.“Rani … tujuanku datang ke sini ingin tahu apa hubunganmu dengan Dokter Dania. Aku tidak percaya kalian berteman,” ujar Dewi dengan nada tajam, mata sipitnya menyipit penuh selidik.Tangan Maharani makin gemetar. Gelas yang dipegangnya hampir tergelincir. Wajah yang semula tenang kini memucat.Dewi tidak bisa mengabaikan perasaan tidak nyaman sejak kemarin. Kedekatan tak wajar antara Maharani dan Dania terus mengusik pikirannya. Pagi ini, tanpa banyak berpikir, dia memutuskan mengunjungi rumah kontrakan.Denver yang kebetulan ada kegiatan pagi ini bersedia mengantarnya. Mereka berangkat lebih awal dari biasanya.“Ada apa, Rani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 245 : Ada Hubungan Apa?

    “Hari ini Pratiwi bisa bantu kamu belajar.” Denver menandatangani berkas di layar tabletnya, jemarinya cekatan bergerak tanpa sedikit pun mengalihkan perhatian.“Beneran?” Mata Dewi berbinar. “Memangnya dokterku enggak repot kalau ditinggal Suster Tiwi?” tanyanya sambil menyuapi Dirga dengan lembut, memastikan anaknya mengunyah dengan benar.Meskipun ada pengasuh, Dewi tetap ingin menikmati setiap momen berharga bersama putranya. Bahkan selama seminggu ini, saat dia menjalani masa magang di JB, Dirga selalu mengekor ke mana pun dia pergi, enggan jauh dari sang ibu.“Iya, Sayang. Hari ini aku libur praktik, cuma ada jadwal operasi jam tiga sore.” Denver akhirnya melirik, senyum tipis terbit di sudut bibirnya saat melihat wajah Dewi yang sumringah.Dewi memang sedang menempuh gelar profesinya sebagai perawat praktisi, dan Denver memberid dukungan penuh. Bahkan, dia rela melepas perawat kepercayaan untuk membim

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 244 : Apa yang Terjadi?

    “Bagaimana hasil pemeriksaanku? Umm … kapan program bayi tabungnya?” Maharani menyandarkan punggung pada dinding kamar sempitnya. Dia masih menempelkan telepon genggam di telinga, mendengar suara Dania yang terdengar ceria di seberang sana."Oke. Hasil pemeriksaanmu sangat bagus, Maharani. Dokter bilang badanmu dalam kondisi prima. Dengan obat yang sudah diberikan, sel telurmu berada dalam kualitas terbaik," tutur Dania yang suaranya penuh kepuasan.Maharani tersenyum getir. "Itu … kabar baik. Aku ingin semua berjalan lancar. Aku juga mau minta tolong Dokter Dania untuk daftar operasi plastik di rumah sakit JB … setelah melahirkan."Dania terdiam sejenak, lalu tertawa tanpa suara dan geleng-geleng. "Gampang. Aku bisa mengurus semuanya untukmu. Kamu hanya perlu menunggu kehamilan itu saja."Maharani menarik napas panjang dan berbisik, "Boleh aku minta sesuatu?”“Katakan saja!”“Umm … tolong siapkan tempat tingg

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 243 : Rencana Licikku

    "Papa lihat ada pisang goleng gosong manis!" seru Dirga, saat melihat Denver baru saja pulang dari rumah sakit. Bocah kecil itu berlari mendekati papanya, sambil membawa pisang di kedua tangannya."Aaa ... Papa, ini enak. Onty Lani yang bawa." Dirga tersenyum lebar, lalu satu tangannya menunjuk ke samping."Papa mau coba, satu saja." Denver membuka mulutnya dan dia lumayan menikmati pisang 'gosong' kesukaan putranya.Dewi pun terkikik geli melihat tingkah dua lelaki itu, tetapi tidak dengan Maharani yang saat ini duduk di ruang keluarga rumah Dewi.Maharani memandangi sekeliling dengan perasaan campur aduk. Tangannya menggenggam kotak kecil berisi sale pisang buatannya sendiri, buah tangan darinya untuk sang sahabat.Aroma kayu manis dari diffuser ruangan bercampur dengan bau kopi yang disajikan pelayan rumah. Nyaman, hangat, dan jauh dari kesulitan yang beberapa hari ini membuat kepala Maharani dilanda pusing.Dewi kel

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 242 : 500 Juta Untuk Sewa Rahim

    "Hari ini aku ke kampus. Ada kelas," kata Darius dengan suara datarnya. Pagi ini, Darius merapikan jasnya di depan cermin. Dia melirik Dania yang masih berbaring di tempat tidur dengan wajah ketus. Sejak tadi, wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun. Semalam, Darius berhasil menggagalkan rencana liciknya. Tabung kecil berisi benihnya sudah dia amankan sebelum Dania sempat membawanya pergi. “Aku berangkat dulu,” ucap Darius lembut, dan mengecup puncak kepala sang istri. Dania tetap diam. Tangan wanita itu sibuk mengetuk-ngetuk layar ponsel, tetapi sorot matanya menunjukkan kekecewaan mendalam. Saat Darius hendak melangkah keluar, Dania bersuara pelan, tetapi penuh sindiran. “Kamu pikir bisa lolos terus?” Wanita itu menatap tajam pada Darius. "Aku akan menggunakan cara lain, apa kamu lupa aku ini lulusan kedokteran?" Darius berhenti sejenak, menoleh dengan ekspresi

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 241 : Mengambil Kesempatan

    Pagi-pagi sekali, Dania sudah tiba di Rumah Sakit JB. Dia melirik ke kanan dan kiri, lalu melangkah masuk ke dalam area klinik poli estetika.Wanita itu mengendap-endap layaknya penyusup, senyum tipis terpatri di wajahnya. Setelah berhasil mendapatkan sedikit informasi dari para perawat kemarin, hari ini dia berniat menggali lebih dalam.“Aku yakin Maharani itu kompeten,” gumamnya, dengan mata waspada, khawatir Darius mengikutinya.Dari balik meja resepsionis, seorang wanita berkulit sawo matang menyambut dengan senyum ramah. “Selamat siang, Dokter Dania, ada yang bisa saya bantu?”Dania menyeringai dan mengangguk kecil, lalu berdeham. “Aku mau bicara sama salah satu perawat di sini.”Wanita itu meneliti Dania sesaat, lantas mengangguk. “Sebentar, saya panggilkan.”Tidak butuh waktu lama, seorang wanita berkacamata dengan seragam perawat rapi datang menghampiri. “Ada yang bisa saya bantu, Dokter Dania?”Dania tersenyum r

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 240 : Ibu Pengganti

    Dania memandang kertas kecil di tangannya. Sebuah rincian medis atas nama seseorang."Maharani Putri, rincian biaya bedah plastik," ucapnya. Mata wanita itu menyipit, meneliti nama itu dengan saksama. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya, seakan-akan dia pernah mendengar dan bahkan mengenal orang ini.Awalnya, dia hendak meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Namun, telinganya menangkap bisikan dua orang perawat yang baru saja keluar dari poli estetika, tengah berbincang di dekatnya."Kasihan, ya? Maharani apes banget.""Benar. Begitulah orang kaya, kalau tidak butuh, ya, ditendang.""Padahal dia bisa saja minta tolong sama Pak Rudi. Dia 'kan pernah jadi ibu pengganti."Langkah Dania seketika terhenti. Jari-jarinya yang tadi hendak membuang kertas itu kini mengurungkan niatnya dam menjauh dari tempat sampa. Mata wanita itu kembali tertuju pada tulisan pada kertas medis di tangannya. Maharani Putri. Ibu pengganti?Tiba-tiba sja senyuman miring terukir di bibirnya. Kerta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status