Share

Bab 172 : Ohh Dewi

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-02-15 10:17:56
"Dewi?" panggil Denver lagi karena tidak ada respons dari wanita itu.

Punggung Dewi menegang seketika, bukan karena kenikmatan dunia, melainkan rasa takut yang tiba-tiba menjalari tubuhnya. Tangan wanita itu gemetar, napasnya memburu, dan benda kecil putih pun terjatuh dari genggamannya.

Denver menyipitkan mata, iris karamelnya mengunci pergerakan Dewi yang tampak panik. Dengan langkah tegap, dia turun dari ranjang dan meraih benda itu.

"Kamu minum pil KB?" tanya Denver, nada suaranya rendah, tetapi menusuk hingga ke relung dada Dewi.

Jantung Dewi berdegup lebih kencang. Dia menelan ludah dengan susah payah, matanya menghindari tatapan suami yang kini mengintimidasi.

"Jawab aku!" desak Denver lebih dalam.

Dewi mundur selangkah, tangannya saling meremas. Bibir mungil itu bergerak, tetapi tak satu pun kata keluar.

Setelah menarik napas dalam-dalam, akhirnya dia berbisik, "A—ku … belum siap untuk hamil lagi. Dirga … masih terlalu kecil untuk punya adik."

Denver tidak langsung menanggapi.
NACL

Happy weekend Kakak-Kakak. Untuk Bab selanjutnya di up agak malam ya. ^^ Ditunggu dukungannya untuk Denver. Makasih ^^

| 5
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
NACL
makasih Kakak. 。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。
goodnovel comment avatar
Riyo Bogrox
semangat kk
goodnovel comment avatar
NACL
bisa jadi Kak. wkwkwkkwwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 173 : Pantai vs Sang Dewi

    Dewi yang baru saja selesai berpakaian segera mendekat. Dia melihat suaminya belum juga mengenakan sehelai benang pun. “Ada apa, Dokter?” tanyanya, berusaha mengintip ke dalam tas. Sayang, sebelum Dewi bisa melihat isinya, Denver buru-buru menutup tas dengan gerakan tergesa. Wajah tampannya mendadak pucat, seakan ada sesuatu yang harus disembunyikan. “Kenapa kamu ada di sini?” tanya pria itu dengan intonasi cemas. Dewi mengernyit, sedikit curiga. “Aku … hanya ingin tahu kenapa Dokter belum mengenakan pakaian.” Denver berdeham, berusaha mengendalikan diri. “Tidak ada apa-apa. Sebaiknya kamu sarapan duluan. Aku menyusul nanti.” Dewi menatapnya, mata sipitnya menyipit penuh selidik. “Tapi aku—” Belum sempat dia menyelesaikan kalimat, Denver sudah menggiringnya keluar kamar dengan lembut, tetapi tegas. Dewi berdiri terpaku di depan pintu. Ada sesuatu yang terasa aneh. Pikirannya langsung melayang ke masa lalu—Bima, yang pernah mengusirnya begitu saja setelah menikah. Tidak, Denver

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 174: Keingintahuan Membawa Luka

    Setelah dua hari menginap di hotel, dengan berat hati pasangan pengantin baru itu mengakhiri sesi bulan madu sederhana mereka. Bukan karena tidak ingin menikmati waktu lebih lama, melainkan keadaan memaksa untuk kembali.Saat ini Dewi dan Denver sedang menghadap Danis yang sedari tadi diam memandang keduanya. Sorot mata pria tu sulit ditebak, seakan menimbang banyak hal."Pak Danis, terima kasih sudah merestui kami. Aku … tidak tahu harus membalasnya bagaimana," cicit Dewi yang masih canggung dan belum sepenuhnya percaya bahwa dia kini diakui sebagai putri pria di hadapannya.Danis mendekat, lalu tiba-tiba merengkuh Dewi dalam pelukan erat. Tubuh pria paruh baya itu berguncang, dan Dewi merasakan lembab pada bahunya. Perlahan, dia pun membalas pelukan itu, dadanya ikut sesak melihat betapa rapuh ayah kandungnya."Kamu layak bahagia, Nak. Harus bahagia!" Suara Danis terdengar serak dan dalam, menggema di telinga Dewi seperti sebuah janji yang harus digenggam erat.Setelah melepaskan pe

    Last Updated : 2025-02-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 175 : Tragedi Memalukan Di Meja Makan!

    Dewi tahu dirinya tidak bisa terus larut dalam pusaran kesedihan. Dia ingin segera pulang, menatap Dirga, dan kembali merasakan kehangatan rumah. Namun, langkahnya tetap terasa berat ketika memasuki rumah megah yang kini menjadi tempatnya bernaung. Saat ini, Dewi berjalan perlahan, menyusuri setiap sudut ruangan yang tidak banyak berubah sejak pertama kali dia menginjakkan kaki di sini. Kali ini, statusnya berbeda. Tidak lagi sebagai tamu yang dipandang sebelah mata, tetapi sebagai bagian dari keluarga. Jemarinya makin erat menggenggam tangan Denver, mencari pegangan. "Jangan tegang, Sayang," bisik Denver, mencuri kesempatan untuk mengecup daun telinganya dengan lembut. "Ini seperti mimpi," lirih Dewi, suaranya tak terdengar. Pandangannya beralih ke lantai dua, di mana Dwyne menatapnya dengan ekspresi rumit. Sejenak Dewi menelan ludah, jantungnya berdebar kencang. "Ayo, kita temui Mama," ajak Denver sambil mengeratkan genggaman tangannya. Saat langkah keduanya menyentuh lantai d

    Last Updated : 2025-02-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 176: Selalu Saja Dokter Begini

    Pascatragedi malam itu, Dewi merasa canggung tinggal di rumah besar ini. Setiap kali melangkah keluar kamar, dia merasakan tatapan penuh arti dari para pelayan.Bahkan, beberapa dari mereka tampak berbisik-bisik begitu melihatnya. Wajah Dewi terasa panas, dan dia refleks menarik sweaternya lebih tinggi, berharap bisa menyembunyikan jejak-jejak kemesraan yang masih tertinggal di kulitnya.Dewi buru-buru mengambil air hangat untuk Denver. Begitu kembali ke kamar, dia menghela napas lega, tetapi ketenangan itu langsung buyar."Kenapa ditutupi?" Suara Denver terdengar penuh godaan.Dewi menoleh, dan detik itu juga napasnya tercekat. Suaminya berdiri di sana dengan rambut basah yang masih menetes, serta dada bidang terbuka. Mata karamel itu menatapnya lekat-lekat, lalu menyeringai."Kamu malu, Sayang?" bisik Denver, melangkah mendekat. Jemarinya membelai leher Dewi, mengamati jejak percintaan yang memudar.Dewi merengut, mencoba menghindari tatapan jahil itu. "Aku mau ke kampus hari ini. Ad

    Last Updated : 2025-02-18
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 177 : Rahasiakan Dari Dewiku

    Telepon genggam dalam genggaman berdering lagi. Dewi menatap layarnya dan mendesah panjang."Iya, Bu?" sahutnya dengan nada cemas."Di mana, Wi? Dirga rewel, sama Ibu dan Mbaknya juga nangis. Sekarang lagi dibawa ke taman sama Nyonya Nayla, tapi masih merengek, Wi," adu Astuti dengan nada panik.Dewi menatap jalanan yang lengang di depan. Sungguh, dia ingin memutar taksi ini ke rumah sakit, tetapi bagaimana dengan Dirgantara?Keterdiaman itu membuat Astuti kembali bertanya, "Halo, Wi? Kamu baik-baik aja?"Dewi menelan ludah, mencoba menenangkan pikiran. "Iya, Bu. Aku lagi di jalan. Sebentar lagi sampai.""Hati-hati, ya, Wi," tukas Astuti sebelum panggilan suara terputus.Dalam mobil yang bergerak dengan kecepatan sedang ini, tatapan Dewi tampak kosong. Dia memikirkan suaminya, lalu mengirimkan pesan pada pria itu bahwa dia memilih pulang.[Dokter, aku pulang, ya. Makanan sudah aku kirim ke rumah sakit. Jangan lupa makan siang.]Pesannya terkirim, tetapi tidak dibaca oleh Denver.Dewi

    Last Updated : 2025-02-18
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 178 : Berusaha Memercayai Kamu

    Sampai pukul enam sore, Denver tidak kunjung menghubunginya. Hanya satu pesan singkat yang masuk ke ponselnya.[Sayang, maaf. Aku ada pekerjaan di luar kota.]Dewi menghela napas panjang. Hanya itu? Seharian penuh dan hanya satu pesan?Dia menatap layar, berharap ada pesan susulan, tetapi nihil. Jari-jarinya sempat mengetik balasan, tetapi akhirnya dia mengurungkan niat.Untuk apa? Percuma jika hanya dia yang berusaha peduli.Sementara itu, Dirga terus menempel padanya. Bayi itu gelisah setiap kali dibaringkan dan menolak digendong oleh siapa pun selain dirinya.Pundak dan punggung Dewi hampir rontok karena bobot tubuh Dirga yang makin berat, tetapi dia tidak tega melepaskannya. Bahkan saat ingin sekadar minum air, dia tetap membawa Dirga dalam pelukannya karena bayi itu akan menangis kejer jika ditinggalkan."Sebenarnya kenapa Papa menghilang seperti ini, ya, Sayang? Ada masalah apa lagi?" gumam Dewi sambil mengayunkan tubuh, berusaha menenangkan buah hatinya.Baru saja Dirga memejamk

    Last Updated : 2025-02-18
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 179 : Merindukanmu Sayang

    Hentakan langkah sepatu pantofel menggema di lorong yang sepi. Bayangan sosok itu makin mendekat, tetapi hati kecil Dewi yakin bahwa itu bukan pria yang dicarinya. Bahkan Dirga yang biasanya antusias saat melihat papanya, kali ini hanya menggeliat gelisah dalam dekapannya."Itu ‘kan ..." Valerie menunjuk ke arah pria yang kini berdiri tidak jauh dari mereka."Dokter Darius?" ucap Dewi pelan.Darius menatap mereka dengan sorot mata tajam. "Apa kabar, Dewi? Lama tidak bertemu." Tatapannya beralih dari wajah mungil Dirga ke wajah Dewi, memperhatikan setiap ekspresi yang terpahat di sana. "Apa yang kamu lakukan di sini malam-malam? Apa dia sakit?"Dewi menggeleng pelan dan tersenyum kaku. Dia makin mengeratkan dekapannya pada Dirga, lalu sedikit membungkuk hendak berpamitan. Namun, tiba-tiba, Darius menahan pergelangan tangannya."Dewi?"Dewi menoleh dengan jantung yang mulai berdetak lebih cepat. Pandangan mereka bertemu, dan dalam sekejap, Dewi menangkap sesuatu di mata Darius—sesuatu y

    Last Updated : 2025-02-19
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 180 : Maafkan Aku Sayang

    Denver mendekat dan mencoba menyingkirkan tangan Darius dari bahu Dewi. Namun, genggaman Darius terlalu kokoh, seakan menegaskan keberadaannya di sisi wanita itu. Mata mereka saling beradu—satu penuh kemarahan, satu lagi penuh tantangan."Kamu membuatnya menangis, Bung!" desis Darius, suaranya datar dan menusuk seperti belati. "Dan aku menyesal merelakannya untukmu."Jari-jari Denver mengepal, otot lengannya menegang. Rahangnya mengeras, tetapi dia tahu—ini bukan tempat untuk bertarung. Ini rumah sakit, dan Dirga masih dalam perawatan.Denver berbisik dengan suara rendah, "Coba saja, Darius. Kamu hanya akan kecewa untuk kedua kalinya."Darius tersenyum sinis, tetapi akhirnya melepaskan genggamannya. Denver segera beralih ke Dewi, tetapi wanita itu justru bergeser menjauh.Bahu wanita itu menegang saat tangan Denver mencoba meraih pergelangannya."Sayang, maaf," lirih Denver, suaranya penuh penyesalan.Dewi tidak menjawab. Dia hanya berdiri di ujung ranjang Dirga, matanya tertuju pada b

    Last Updated : 2025-02-19

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 250 : Tetaplah Didekatku

    Pascaperistiwa menegangan hari itu, Maharani akhirnya mengaktifkan kembali ponselnya. Dia menyadari bahwa menghilang tidak ada gunanya karena pada kenyataannya semua tetap terbongkar.Hal pertama yang dia lakukan menghubungi Dewi.“Dewi … ini aku, Rani. Bisa kita bertemu di Kafe Rainbow?” pintanya, dengan suara pelan dan penuh keraguan. Dia sungguh berharap Dewi datang bertemu dengannya.Siangharinya, Maharani sudah menunggu cukup lama. Bahkan dia telah menghabiskan dua gelas jus di kafe yang sepi itu.Saat Maharani mulai pasrah dan yakin sahabatnya tidak akan datang, detik itu juga Dewi mendekat dengan tatapan nanar.“Rani?” panggil Dewi, suaranya lemah lembut.Seketika Maharani menggenggam gelas kosong erat, sementara Dewi langsung meraih tangan wanita itu dalam genggamannya. Keheningan pun menyelimuti mereka.Kedua duduk saling berhadapan. Tatapan Maharani dipenuhi kerinduan dan penyesalan, seolah ada

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 249 : Wanita Rendahan!

    Maharani berdiri kaku, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Darius berdiri tepat di hadapannya, menatapnya dengan sorot mata tajam yang seolah bisa menembus hingga ke dalam tulangnya. Udara di ruangan itu mendadak begitu berat, napasnya terasa sesak."Kenapa kamu diam? Jawab aku, Maharani! Apa yang kamu pikirkan sampai melakukan ini?" Suara Darius terdengar dalam dan menegangkan, membuat Maharani mendadak kehilangan kosakata.“Aku … hanya ….” Maharani memejamkan matanya sejenak. Dia menelan ludah, berusaha menghindari tatapan menusuk itu.“Hanya apa? Apa istriku mengancammu, hah? Katakan!” perintah Darius lagi tanpa memberi ampun.Dia melirik ke arah Dania, berharap wanita itu membantunya keluar dari situasi ini. Namun, Dania hanya berdiri dengan tangan terlipat di dada, tampak sorot matanya penuh kepuasan. Maharani tidak menyangka seseorang yang dianggap sebagai rekan kerja, membiarkannya tenggelam sendirian seper

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 248 : Murka!

    Dewi bergegas ke dapur begitu mendengar suara pecahan gelas. Saat sampai, alangkah terkejutnya dia mendapati Valerie sedang berjongkok, meringis kesakitan sambil membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai. "Ya ampun Valerie!" Dewi segera mendekat, menarik tangan Valerie. "Jangan sentuh pakai tangan kosong!" pekiknya. Mata sipitnya melebar melihat ada luka di jari Valerie, cairan merah merembes keluar. "Kamu–" "Aku tidak sengaja menjatuhkannya," ujar Valerie, wajahnya sedikit pucat. "Aku tadi mau ambil air, tapi tanganku sakit." Tanpa banyak bicara lagi, Dewi mengambil kotak P3K, lalu dengan cekatan membersihkan luka Valerie. "Makasih, ya, Wi." ujar Valerie setelah tangannya dibalut plester. Dewi tersenyum lantas menyentuh bahu Valerie. Adik sepupu Denver itu meringis. "Harusnya aku yang bilang makasih, tanganmu pegal karena gendong Dirga," ucap Dewi sungkan. "Ya, mungkin. Badannya Dirga berat, sih." Valerie tergelak mengingat anak kecil itu. Dewi terseny

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 247 : Lalai Pada Keluarga

    "Wi, ada pasien trauma tingkat 1 di kepala. Tolong bantu."Suara itu menyadarkan Dewi, dia tidak boleh meninggalkan rumah sakit ini sebelum jam kerjanya selesai.Dewi menghela napas panjang, meremas jemarinya yang terasa dingin."Iya Sus." Dewi segera berlari membantu tim medis lain. Barulah setelah menyelesaikan sif-nya di rumah sakit, tanpa memberitahu Denver, dia segera meluncur ke rumah kontrakan Maharani.Begitu sampai, langkahnya terhenti saat melihat Astuti terduduk di lantai ruang tamu, bahunya terguncang karena isakan.Di hadapannya, ads selembar cek senilai seratus juta tergeletak begitu saja di atas meja kayu tua.“Bu Astuti?” Dewi mendekat, menahan detak jantungnya yang berdebar tidak karuan. “Apa yang terjadi?”Astuti mendongak, wajahnya yang sembab memperlihatkan keputusasaan begitu kentara. “Rani pergi ... Dokter Dania kasih uang ini. Seratus juta, Dewi. Ibu takut!”Dewi memicingkan mata, perasaan tidak enak menyergap pikirannya. “Uang sebanyak ini untuk apa?”Astuti

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 246 : Dibawa Pergi

    “Tumben mendadak datang ke sini, Wi?” Intonasi Maharani terdengar tercekat, senyumnya kaku. “Ini masih pagi.”Dewi tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap lekat wajah Maharani, mengamati setiap perubahan ekspresinya. Napas Maharani tampak tersendat, jemarinya mencengkeram gelas susu sangat erat hingga sedikit bergetar. Terlalu jelas dia menyembunyikan sesuatu.“Rani … tujuanku datang ke sini ingin tahu apa hubunganmu dengan Dokter Dania. Aku tidak percaya kalian berteman,” ujar Dewi dengan nada tajam, mata sipitnya menyipit penuh selidik.Tangan Maharani makin gemetar. Gelas yang dipegangnya hampir tergelincir. Wajah yang semula tenang kini memucat.Dewi tidak bisa mengabaikan perasaan tidak nyaman sejak kemarin. Kedekatan tak wajar antara Maharani dan Dania terus mengusik pikirannya. Pagi ini, tanpa banyak berpikir, dia memutuskan mengunjungi rumah kontrakan.Denver yang kebetulan ada kegiatan pagi ini bersedia mengantarnya. Mereka berangkat lebih awal dari biasanya.“Ada apa, Rani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 245 : Ada Hubungan Apa?

    “Hari ini Pratiwi bisa bantu kamu belajar.” Denver menandatangani berkas di layar tabletnya, jemarinya cekatan bergerak tanpa sedikit pun mengalihkan perhatian.“Beneran?” Mata Dewi berbinar. “Memangnya dokterku enggak repot kalau ditinggal Suster Tiwi?” tanyanya sambil menyuapi Dirga dengan lembut, memastikan anaknya mengunyah dengan benar.Meskipun ada pengasuh, Dewi tetap ingin menikmati setiap momen berharga bersama putranya. Bahkan selama seminggu ini, saat dia menjalani masa magang di JB, Dirga selalu mengekor ke mana pun dia pergi, enggan jauh dari sang ibu.“Iya, Sayang. Hari ini aku libur praktik, cuma ada jadwal operasi jam tiga sore.” Denver akhirnya melirik, senyum tipis terbit di sudut bibirnya saat melihat wajah Dewi yang sumringah.Dewi memang sedang menempuh gelar profesinya sebagai perawat praktisi, dan Denver memberid dukungan penuh. Bahkan, dia rela melepas perawat kepercayaan untuk membim

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 244 : Apa yang Terjadi?

    “Bagaimana hasil pemeriksaanku? Umm … kapan program bayi tabungnya?” Maharani menyandarkan punggung pada dinding kamar sempitnya. Dia masih menempelkan telepon genggam di telinga, mendengar suara Dania yang terdengar ceria di seberang sana."Oke. Hasil pemeriksaanmu sangat bagus, Maharani. Dokter bilang badanmu dalam kondisi prima. Dengan obat yang sudah diberikan, sel telurmu berada dalam kualitas terbaik," tutur Dania yang suaranya penuh kepuasan.Maharani tersenyum getir. "Itu … kabar baik. Aku ingin semua berjalan lancar. Aku juga mau minta tolong Dokter Dania untuk daftar operasi plastik di rumah sakit JB … setelah melahirkan."Dania terdiam sejenak, lalu tertawa tanpa suara dan geleng-geleng. "Gampang. Aku bisa mengurus semuanya untukmu. Kamu hanya perlu menunggu kehamilan itu saja."Maharani menarik napas panjang dan berbisik, "Boleh aku minta sesuatu?”“Katakan saja!”“Umm … tolong siapkan tempat tingg

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 243 : Rencana Licikku

    "Papa lihat ada pisang goleng gosong manis!" seru Dirga, saat melihat Denver baru saja pulang dari rumah sakit. Bocah kecil itu berlari mendekati papanya, sambil membawa pisang di kedua tangannya."Aaa ... Papa, ini enak. Onty Lani yang bawa." Dirga tersenyum lebar, lalu satu tangannya menunjuk ke samping."Papa mau coba, satu saja." Denver membuka mulutnya dan dia lumayan menikmati pisang 'gosong' kesukaan putranya.Dewi pun terkikik geli melihat tingkah dua lelaki itu, tetapi tidak dengan Maharani yang saat ini duduk di ruang keluarga rumah Dewi.Maharani memandangi sekeliling dengan perasaan campur aduk. Tangannya menggenggam kotak kecil berisi sale pisang buatannya sendiri, buah tangan darinya untuk sang sahabat.Aroma kayu manis dari diffuser ruangan bercampur dengan bau kopi yang disajikan pelayan rumah. Nyaman, hangat, dan jauh dari kesulitan yang beberapa hari ini membuat kepala Maharani dilanda pusing.Dewi kel

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 242 : 500 Juta Untuk Sewa Rahim

    "Hari ini aku ke kampus. Ada kelas," kata Darius dengan suara datarnya. Pagi ini, Darius merapikan jasnya di depan cermin. Dia melirik Dania yang masih berbaring di tempat tidur dengan wajah ketus. Sejak tadi, wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun. Semalam, Darius berhasil menggagalkan rencana liciknya. Tabung kecil berisi benihnya sudah dia amankan sebelum Dania sempat membawanya pergi. “Aku berangkat dulu,” ucap Darius lembut, dan mengecup puncak kepala sang istri. Dania tetap diam. Tangan wanita itu sibuk mengetuk-ngetuk layar ponsel, tetapi sorot matanya menunjukkan kekecewaan mendalam. Saat Darius hendak melangkah keluar, Dania bersuara pelan, tetapi penuh sindiran. “Kamu pikir bisa lolos terus?” Wanita itu menatap tajam pada Darius. "Aku akan menggunakan cara lain, apa kamu lupa aku ini lulusan kedokteran?" Darius berhenti sejenak, menoleh dengan ekspresi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status