Home / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 162: Perjuangan Dokter Tampan

Share

Bab 162: Perjuangan Dokter Tampan

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-02-11 11:09:51
Setibanya di Kota Malang, Denver langsung menggunakan taksi menuju kediaman Danis. Sepanjang jalan, jari-jarinya pria itu terus mengetuk layar ponsel.

Dia mencoba menghubungi Dewi dan Astuti. Namun, hasilnya tetap sama—panggilan tak terjawab.

"Sial!" gumam Denver, rahangnya mengeras. “Ke mana mereka semua?”

Pikiran pria itu seketika dipenuhi bayangan buruk. Bagaimana jika Dewi sudah dipaksa menikah? Bagaimana jika Darius sedang menggenggam tangannya di altar? Bagaimana jika Dirgantra menangis tanpa ada yang bisa menenangkannya?

Bahkan parahnya lagi, jika Dewi benar-benar dibawa menjauh, entah ke mana. Bukankah itu sulit bagi Denver untuk merebutnya lagi?

Jantung Denver berdetak lebih cepat dari biasanya dan denyut nadinya terasa hingga di pelipis. Dia tidak bisa tinggal diam!

“Permisi, Pak. Sudah sampai tujuan,” ujar sopir taksi dengan suara pelan. “Pak?”

Seketika Denver tersentak dari lamunan mengerikan itu. Dia mengembuskan napas kasar, untuk menepis kekhawatiran yang terus menghantu
NACL

huaaaaa kira-kira apa itu?

| 6
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 163: Bayaran Sepadan?

    “Dokter Denver,” ucap Dewi tanpa suara. Bibir mungilnya bergerak, tetapi suaranya tercekat di tenggorokan.Jantung Dewi berdegup begitu cepat karena lonjakan hormon dopamin, seakan ingin melompat dari dadanya. Tubuh mungilnya seakan membeku, tetapi hatinya juga berontak.Dia ingin mendekat, ingin berlari ke dalam pelukan pria itu, tetapi pergelangan tangannya dicekal oleh Danis.“Untuk apa kamu ke sana? Tunggulah sampai acara konferensi pers ini selesai,” bisik Danis, sorot mata hitamnya jelas melarang.Dewi menelan ludah dan menggeleng. Napas gadis itu tersengal, tetapi dia tidak peduli. Ini Denver. Ayah dari Dirgantara, juga pria yang mengisi kehampaan selama setahun belakangan.Dengan gerakan tegas, Dewi melepaskan cengkeraman tangan Danis yang tidak terlalu kuat. Sepasang kaki yang dibingkai heels putih melangkah begitu lemas ke arah Denver.Mata mereka saling bertemu, ada kerinduan yang begitu pekat.Denver melengkungkan senyum, tetapi berbeda dari Darius yang mengepalkan tangan d

    Last Updated : 2025-02-11
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 164 : Tidak Melepasmu

    Ingin sekali Denver merebut anaknya dari Darius, sebab mereka tampak asyik bercengkerama. Namun, akal sehatnya memutuskan untuk menemui Danis terlebih dahulu.Setibanya di ruang kerja, pria paruh baya itu duduk dengan tegang. Denver dan Dewi berdiri tepat di depannya, menunggu instruksi."Duduklah," kata Danis dengan nada dingin dan memerintah."Terima kasih," sahut Denver begitu tenang, sembari menggenggam tangan Dewi erat.Dewi menunduk dan hatinya berdebar. Ruangan ini terasa lebih dingin dari biasanya, atau mungkin itu hanya efek dari tatapan tajam Danis yang menusuk seperti pisau bedah. Dia tahu, pria itu belum sepenuhnya percaya pada Denver, dan jujur saja, dia pun masih bertanya-tanya, apakah Denver benar-benar akan bertahan?Danis mengetukkan jarinya di meja dengan ekspresi tetap datar. Namun, ada sesuatu dalam sorot matanya, sebuah peringatan "Kalau kamu berpikir aku akan menyerahkan Dewi begitu saja, kamu salah besar, Denver."Sebagai pria dewasa yang matang, Denver tidak

    Last Updated : 2025-02-12
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 165: Merindukan Cucu

    Beberapa hari setelah pemberitaan identitas Dewi ke media massa, publik kembali mengangkat hubungannya dengan Denver. Bahkan, saat ini mereka juga menyayangkan sikap Carissa di masa lalu yang menyia-nyiakan Denver, sekaligus mengagumi Dewi sebagai penggantinya yang jauh lebih baik.Saat ini Carissa menjenguk Bima di rumah tahanan. Wanita itu tampak mendelik pada adik sepupunya yang kini makin kurus dan tidak terurus.“Ada apa ke sini, hah? Mau menertawai nasibku?” sergah Bima sebelum duduk.Carissa melipat tangan depan dada dan berdecak, “Kenapa kamu bisa melewati hal penting seperti itu? Kalau saja tahu dia itu anaknya Pak Danis pasti kehidupan kita enggak begini, huh!”Bima membuang ludah sembarangan dan matanya menatap nyalang. Rahang dengan janggut lebat itu tampak berkedut. “Aku juga tidak tahu Carissa! Seandainya tahu, mana mungkin kuceraikan dia!”“Bima, kamu itu diceraikan, paham!” ketus Carissa.“Dan kamu juga ditendang dari keluarga Bradley. Sudah bagus punya suami muda dan b

    Last Updated : 2025-02-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 166 : LDR Ala Pak Dokter

    Kediaman Bradley.Kursi roda Dwyne meluncur pelan memasuki ruang tamu besar, bergaya Eropa. Di sana, seorang perempuan cantik duduk dengan anggun, menyesap teh sambil bercengkerama dengan Oma Nayla.Tatapan Dwyne melembut, penuh kasih, seperti seorang ibu yang melihat anaknya.Kursi roda itu makin mendekat, didorong oleh seorang perawat.“Apa kabar, Tante?” Dania buru-buru menghampiri Dwyne, mencium tangan wanita itu dengan hormat.Dwyne mengangguk pelan, bibirnya bergetar saat berusaha menjawab, “B-a-i-k.”Dania tersenyum, mengambil alih kursi roda Dwyne, lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Papa bilang ini untuk Tante, supaya cepat sembuh.” Dia menyerahkan sebotol multivitamin.Sedangkan Dwyne hanya mengangguk lagi, berbeda dengan mata Dania bergerak gelisah, seperti mencari sesuatu.Tentunya hal gerak-gerik Dania tidak luput dari Oma Nayla yang duduk di seberangnya , memperhatikan denga

    Last Updated : 2025-02-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 167: Gara-gara Alat Kontrasepsi!

    Saat Denver menerima telepon, pria itu segera menjauh dari Dewi. Gerak-geriknya membuat gadis itu bertanya-tanya, tetapi dia tidak berani menguping. Itu urusan pribadi Denver, bukan haknya untuk ikut campur. Wajah pria itu yang semula santai kini berubah tegang. Rahang mengeras dan jemarinya mencengkeram ponsel lebih erat. Otot-otot di leher Denver menegang, menandakan sesuatu yang serius sedang terjadi. “Apa Nyonya Dwyne sudah bisa bicara lagi?” gumam Dewi, memperhatikan ekspresi Denver yang penuh kecemasan. “Kenapa kamu pakai ponsel Mama? Sekarang di mana Mamaku?” Suara Denver terdengar lebih rendah, seperti geraman. Dia berbalik menatap Dewi, matanya tajam. “Ponselku ketinggalan di rumah. Sekarang Aunty syok berat, Kak. Mendingan Kakak pulang sekarang. Kita harus bahas siapa pengganti direktur!” Valerie di seberang sana berbicara dengan nada panik. Dewi masih berusaha mendengar, dan perasaan berdebarnya makin menjadi. Ada sesuatu yang terjadi di rumah sakit, dan itu bukan

    Last Updated : 2025-02-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 168: Kejutan Untuk Sang Dewi

    Tatapan sinis Paman Carissa menusuk tajam ke arah Denver, seakan ingin mencabiknya hidup-hidup. Senyum kecil sosok itu penuh ejekan ketika berkata, "Bukankah tidak harus seorang dokter untuk menjadi direktur?"Denver mengepalkan tangan di bawah meja. Sudut bibirnya berkedut samar, tetapi dia tetap mempertahankan ekspresi tenangnya. Mereka ingin merebut kendali rumah sakit ini—itu sudah jelas.“Anda benar.” Denver akhirnya membuka suara, nada bicaranya tetap terkendali. “Siapa pun bisa menjadi direktur, selama dia memiliki kompetensi dan kepedulian terhadap pasien, bukan hanya keuntungan.”Niang yang sejak tadi diam, menyelipkan senyum tipis. Meskipun sulit bicara, dia memaksakan diri. “Kalau begitu, biar putraku saja yang memimpin rumah sakit ini.”Denver menatapnya tajam. “Aku tidak keberatan, asalkan beliau memenuhi syarat sebagai direktur yang tidak hanya berfokus pada keuntungan semata,” tegasnya, menyelipkan tantangan dalam suaranya.Para anggota dewan mulai berbisik-bisik. Paman

    Last Updated : 2025-02-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 169 : Akibat Ulah Denver

    Semenjak menjabat kembali sebagai direktur rumah sakit, kesibukan Denver bertambah berkali-kali lipat. Memang jadwal praktiknya berkurang, tetapi dia harus mengurusi manajemen dan melakukan manuver agar keutuhan rumah sakit jauh dari tangan jahil.Hal itu juga mengurangi komunikasi Denver dengan Dewi.Saat ini, Dewi sedang duduk di dipan di taman, menggendong Dirga yang belakangan ini makin aktif. Di sampingnya, Astuti sedang sibuk membuat rujak, sesekali melirik Dewi yang tampak murung."Ibu perhatiin kamu kok lesu banget, Wi? Kenapa? Kangen Pak Dokter?" goda Astuti sambil mengulek bumbu.Dewi mengangguk pelan, lalu mengembuskan napas panjang. "Ibu bisa saja. Tapi ... Dokter Denver memang sibuk. Apa mungkin pasiennya tambah banyak, ya?""Biar aja, Wi. Tugas laki-laki ‘kan kerja. Demi masa depan si kecil," ujar Astuti, melirik Dirga yang asyik mengemut jari-jarinya.Dewi hanya tersenyum tipis, matanya menerawang. Teringat pada komunikasi terakhir mereka tiga hari lalu, sekarang dia me

    Last Updated : 2025-02-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 170 : Tidak Bisa Menunggu Lagi!

    Senja ini, kediaman Danis berubah menjadi lautan bunga. Beraneka warna menghiasi gerbang, taman, hingga area utama yang telah disiapkan untuk prosesi sakral. Tiga hari pascapertunangan, keluarga memutuskan mempercepat pernikahan keduanya. Pemberkasan dilakukan dengan tergesa-gesa, nyaris seperti pemaksaan. Di tengah suasana penuh haru dan ketegangan, seorang pria tampan dalam balutan jas putih duduk di tempatnya, ditemani dua saksi di sebelahnya. Sejak tadi, dia tampak gelisah, terus menggoyangkan kakinya seperti seseorang yang kebelet ke toilet. "Tenanglah, Denver! Kamu ini bukan perjaka lagi, kenapa harus tegang?" ucap seorang pria yang duduk tidak jauh darinya. Denver menghela napas panjang dan menoleh. "Uncle Dariel, ini memang bukan pertama kalinya aku menikah. Tapi ini pertama dan terakhir kalinya aku mengikat janji suci dengan wanita yang kucintai." Tiba-tiba, tepukan keras mendarat di punggungnya. Denver menoleh tajam, mengira itu ulah Valerie, tapi ternyata ...m "Aunty F

    Last Updated : 2025-02-14

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 329 : Gen Denver Memang Kuat

    “Wah … itu adik? Tapi kenapa adiknya kecil banget, Pa?” tanya Dirga sambil menunjuk layar monitor dengan mata membulat penasaran.Dua minggu telah berlalu sejak hari pernikahan Darius dan Maharani. Semua kembali beraktivitas normal.Hari ini, Dewi memutuskan melakukan pemeriksaan kehamilan bersama suaminya di ruang praktik milik Denver. Sebenarnya, ini karena permintaan Dirga yang terus-menerus merengek ingin melihat calon adiknya.“Ya, perkembangan manusia memang dimulai dari yang sangat kecil, Nak. Kalau dijelaskan panjang lebar, kamu pasti bingung,” tutur Denver lembut. Senyumnya merekah melihat Dirga begitu terkesima memandangi layar.Sementara itu, Dewi terus menatap Denver tanpa berkedip. Ada rasa geli dan manis saat melihat pria tampan yang kini jadi suaminya itu serius memeriksanya—sebagai dokter kandungan. Lucu rasanya, diperiksa oleh suami sendiri.“Kenapa kamu lihat aku terus, Mon ange? Jangan goda aku di tempat kerja, hmm,” bisik Denver seraya mengerlingkan sebelah matany

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 328 : Kesal!

    “Sakit, Oma …,” adu Dirga sambil menunjuk kakinya yang tersembunyi di balik celana panjang. Bibir mungilnya maju ke depan, dan manik karamel bergerak gelisah, mencari dua sosok yang sejak tadi dinantikan.“Iya, itu sudah diobati, Sayang. Tidak ada luka apa pun, kan?” sahut Dwyne sembari membelai puncak kepala Dirgantara dengan sentuhan penuh kasih.“Olang itu jalannya sembalang, ah!” Dirga bersedekap dada. Kedua alisnya bertaut, bola matanya menatap tajam ke arah tamu-tamu yang masih ramai di taman, menikmati pesta.Wajah tampan anak itu merengut.Beberapa saat lalu, ketika mengambil makanan di meja, seorang anak kecil menabrak Dirga cukup keras hingga makanannya terjatuh. Beruntung tuksedo mininya tidak kotor, tetapi tubuh kecil Dirga ikut terhuyung dan tersungkur. Anak yang menabraknya pun menangis sehingga mengundang perhatian para tamu.“Dia lebih kecil dari kamu. Jadi … belum tahu cara menghindar,” ujar Dwyne, masih dengan nada lembut. Dalam hati, wanita paruh baya itu ingin sek

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 327 : Cinta Tak Mengenal Jeda

    “Ah … Darius, kamu benar-benar penjahat,” lenguh Maharani, matanya terpejam sesaat, napasnya tersendat di tengah desahan halus. Dia menelan saliva, kini tubuhnya menegang seperti tersentuh listrik halus di bawah kulitnya.Tadi, pria itu membawanya langsung ke kamar hotel usai prosesi pernikahan mereka. Tanpa banyak kata, dengan antusiasme yang membuncah, Darius melucuti kebaya pengantin Maharani. Jemarinya bekerja luwes, sudah hafal setiap lipatan dan kancing, lalu membaringkan sang istri di ranjang pengantin berseprai putih yang bertabur kelopak mawar.Detik ini, mereka telah sama-sama polos, tidak ada lagi batas di antara kain dan kulit.Darius tampak sangat menguasai momen. Namun, di balik geraknya yang percaya diri, ada ketulusan yang menyelinap di setiap kecupan dan belaian.“Penjahat?” bisik Darius sembari menelusuri ceruk leher sang istri dengan ciuman yang membuat bulu kuduk Maharani meremang.“Umm … iya. Kamu menculikku. Pesta kita bahkan belum selesai, Da-Darius …, ah … ini

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 326 : Masih Cemburu?

    Setelah resmi menyandang status duda dan mempertahankan gelar itu selama kurang dari sebulan, akhirnya hari ini Darius melepas masa kesendiriannya dengan mempersunting Maharani.Bunga-bunga bermekaran indah menghiasi pelaminan serta taman. Bahkan pepohonan rindang pun seolah merestui hari penuh cinta ini. Suhu yang sejuk turut mendukung segalanya yang telah dirancang dengan saksama.Saat ini Darius mengenakan jas putih dengan rambut ditata rapi menggunakan pomade. Dia duduk bersama Denver dan Danis sebagai saksi pernikahan, menanti sang mempelai wanita yang belum juga tiba."Santai, Darius. Tenanglah, Maharani sedang bersiap. Kamu jangan bikin malu seperti ini," bisik Denver sambil melirik kaki Darius yang bergerak-gerak gelisah. Kening Darius juga dipenuhi keringat sebesar biji jagung."Aku tidak perlu nasihat. Aku butuh Maharani!" tegas Darius dengan wajah tegang.Denver terkekeh melihat mantan rivalnya panik. Dia pun menggoda lagi dengan suara rendah, "Ah … bagaimana kalau Maharani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 325 : Hadiah Istimewa

    Hari berikutnya, Darius masih cuti. Dia datang lebih awal ke persidangan kedua Dania. Pria itu duduk menyendiri di bangku tunggu, memandangi sisi kanan dan kiri ruang sidang yang masih sepi. Padahal dia sudah janjian dengan Denver, tetapi pria itu belum tampak.Darius memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding dingin. Dia mencoba membayangkan wajah Maharani agar suasana hatinya lebih tenang, dan berhasil.Bahkan ketika Denver datang bersama Ruslan dan Rudi, Darius menyapa dengan santai. Termasuk saat bertemu Dania di ruang sidang, tatapan tajam sang mantan tidak lagi menggoyahkan hatinya.Sidang pun selesai. Jadwal sidang berikutnya masih menunggu konfirmasi. Hal ini membuat Darius sedikit cemas, lantaran pernikahannya dengan Maharani makin dekat.“Tidak baik melamun,” tegur Denver, melihat Darius tampak berpikir di depan pintu pengadilan.“Ah, bukan melamun. Aku sedang berpikir cari kado untuk anakmu.” Darius m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 324 : Menguras Tenaga, Emosi, dan Pikiran

    Minggu ini menjadi yang paling berat sepanjang hidup Darius. Bahkan dia sengaja mengajukan cuti dari rumah sakit hanya untuk menyelesaikan segala masalah yang selama ini menggantung.Sekarang, dengan ditemani pengacara serta pamannya yang sangat baik, Darius duduk di ruang sidang yang terasa dingin dan sunyi.Bau kertas tua bercampur aroma pembersih ruangan menyengat di hidung. Suara langkah sepatu para pengacara dan detik jarum jam di dinding terasa memekakkan di tengah ketegangan.Dia menoleh ke samping, menatap kursi kosong di sebelahnya—kursi yang seharusnya diisi oleh Dania. Namun, wanita itu hanya menghadiri sidang melalui layar ponsel, sebab pihak kepolisian tidak mengizinkannya keluar dari sel tahanan karena perilaku buruknya yang makin menjadi.Darius menarik napas panjang, terasa sesak dan perih di dadanya. Ketika hakim memintanya mengucap ikrar talak, sejenak dia terdiam. Ada kilatan ingatan yang muncul—saat pertama kali menggenggam tangan Dania di bawah langit sore, berjan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 323 : Nasib Dua Dokter Tampan

    “Kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Maharani sambil menatap Darius yang sejak tadi hanya bersedekap dada, duduk di pojokan kamar.Setelah Dewi dan Dirgantara dijemput Denver, Maharani langsung menghampiri Darius. Pria itu tidak menyambutnya dengan senyum atau pelukan, melainkan ekspresi super dingin, seperti freezer yang kelupaan ditutup.Apa mungkin Darius kesal karena dia terlalu lama menemani Dewi di kamar? Atau ... ada sesuatu yang tidak dia tahu?“Mulai sekarang jangan makan tempe goreng lagi!” geram Darius tiba-tiba. Nada suaranya seperti menegur pasien bandel.Maharani langsung melongo. Tadi pria ini begitu antusias ketika diberikan tempe goreng hangat. Sekarang mendadak berubah arah.“Kamu sakit perut karena makan tempe goreng?” tanya Maharani curiga. Matanya menyipit, memeriksa wajah calon suaminya dari atas ke bawah.Darius berdecak, lalu menggeleng cepat. “Bukan perut yang sakit, Rani. Tapi hati. Mengerti?!” ucapnya dengan desahan napas berat seperti habis lari maraton.“A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 322 : Cemburu Versi Darius

    "Rani … apa yang kamu—"Protes Darius terputus begitu saja saat Maharani menatapnya tajam dan mengangkat telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat tegas agar pria itu diam."Tapi aku—""Jangan berisik, Dok!" tegur Maharani dengan tegas, sambil meraih handuk dan menghela napas panjang.Dia berbalik, mengambil pakaian dengan wajah jengkel, lalu mengenakannya secepat kilat.Beberapa detik kemudian, langkah kecil terdengar mendekat. Seorang anak laki-laki muncul di ambang pintu, membawa aroma tempe goreng yang menguar dari kotak kecil di tangannya."Tante Lani, tempe golengnya masih anget, enak loh dimakan pakai kecap!" celoteh Dirga ceria. Namun, matanya menyapu ke dalam kamar, tidak menemukan keberadaan Maharani."Tante Lani di mana?" tanyanya polos sambil mengetuk pintu, dia tidak berani masuk tanpa izin. Meskipun kakinya terlalu gatal ingin melangkah.Maharani segera melangkah dengan cepat menghampiri Dirga, sambil sibuk mengancingkan kancing baju. Senyum wanita itu dibuat selebar m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 321 : Aku Juga Menginginkannya

    “Rani ... kamu di mana?” panggil Darius. Pria itu sudah menekan bel berkali-kali, tetapi tidak ada yang membukakan pintu pagar.Bahkan Darius mencoba menghubungi Maharani dan Bu Astuti, tetapi tak mendapat balasan. Hingga akhirnya, dia menggunakan kunci cadangan dan masuk ke dalam rumah.Suasana di dalam tampak rapi dan tenang, aroma pengharum kopi menguar dari sudut-sudut ruangan dan memberi kesan hangat yang familiar.“Rani? Sayang?” panggilnya lagi, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu yang tertata apik. Tidak ada satu pun tanda kehadiran manusia.Dia meletakkan kantong makanan yang dibawanya di atas meja makan panjang putih. Matanya sempat tertumbuk pada vas bunga segar yang tertata manis di tengah meja.Bibir Darius tertarik membentuk senyum kecil. Rumah ini terasa jauh lebih hidup sejak ada sentuhan seorang wanita.“Bu? Bu Astuti?” Darius melongok ke taman belakang yang ukurannya tidak terlalu besar. Pandangannya menyapu seluruh sudut. Tetap tidak terlihat siapa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status