All Chapters of Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: Chapter 201 - Chapter 210

322 Chapters

Bab 201 : Kondisi Darurat

Siang ini, Dania menatap alat tes kehamilan di tangannya dengan mata membelalak. Jantung wanita itu berdetak kencang dan napasnya memburu. Dengan tangan gemetar, dia meremas benda kecil itu sebelum akhirnya membanting ke lantai dan menginjaknya berulang kali. "Tidak! Aku tidak bisa hamil!" Pandangan wanita itu buram oleh amarah dan ketakutan. Beberapa minggu setelah suntik KB, justru Dania mendapati kenyataan tidak sesuai rencananya. “Ini semua salah Darius! Kalau aku hamil anaknya, bagaimana nanti kata Dokter Denver?” racau Dania,” argh … seharusnya aku langsung KB setelah tidur dengannya!” Dia tidak akan membiarkan hidupnya dikendalikan oleh pria itu. Dengan langkah terburu-buru, Dania mengambil kunci mobil dan melaju ke apotek terdekat. Namun, setelah mendatangi beberapa apotek, dia tetap tidak menemukan yang dicari. Putus asa, Dania pulang dengan membawa bahan-bahan yang didapatnya, lalu meracik ramuan sendiri di kamar. Saat cairan pahit itu melewati tenggorokannya, dia menung
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 202 : Tidak Nurut Sama Suami

Dewi tidak bisa menahan rasa penasarannya. Perintah Denver untuk segera kembali ke rumah hanya menjadi angin lalu baginya. Dengan langkah tertatih, dia tetap berjalan memasuki rumah sakit, kecemasan menguasai hatinya.“Nyonya Dewi?” panggil Pak Agus yang sudah membukakan pintu mobil untuknya.“Tolong bantu saya ke dalam, Pak,” pinta Dewi, suaranya sedikit bergetar.Pak Agus ingin membantah, tetapi sungkan, alhasil segera menopang tubuh Dewi hingga mereka tiba di depan ruang operasi. Setelah sebelumnya bertanya tentang keberadaan Denver.Lorong rumah sakit terasa sunyi, tetapi Dewi tahu, di balik pintu itu, situasinya pasti sangat berbeda. Jantungnya berdebar setiap kali langkah kaki terdengar mendekat, berharap Denver segera keluar dan memberinya jawaban melegakan.Untuk mengalihkan pikirannya, Dewi melakukan panggilan video dengan Danis. Pria paruh baya itu sedang menggendong Dirga, wajah senjanya tampak lebih segar, meskipun ada sedikit garis kelelahan.“Uh, Dirga main sama Eyang, ya
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 203 : Bukan Pijatan Biasa

Dewi terbangun dengan napas tersengal. Manik hitamnya bergerak-gerak langsung mencari sosok kecil yang seharusnya berada di sisinya. Namun, tempat tidur besar ini kosong. Seluruh tubuh wanita itu menegang. Langkah Dewi tergesa, dia mendekat, jantungnya berdetak makin cepat. Bahkan tubuhnya terasa lemah, tetapi kecemasan mengalahkan rasa sakit yang masih tersisa di kakinya. Seseorang tampak berdiri di sana, menggunakan jubah handuk, membelakangi pintu dan menggendong bayinya. "Dirga?" panggil Dewi dengan suara bergetar. "Dokter Denver?" Sosok itu menoleh, senyum hangat terulas di bibirnya. "Dia haus, mau susu." Dewi menghela napas lega, tetapi dadanya masih berdegup cepat. Dengan hati-hati, dia mendekat, jemari rampingnya menyentuh wajah Dirga yang mengantuk. "Maaf, Sayang," gumam Dewi, lantas mengalihkan tatapan pada Denver. "Aku pikir kamu tidak pulang ...." Denver membelai puncak kepala Dewi, satu tangannya tetap mengayun perlahan untuk menenangkan Dirga. "Masuklah, biar aku y
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Bab 204 : Kejutan

Sementara itu, di Rumah Sakit JB, langkah Denver terhenti di lorong bangsal naratama. Sepatu derby hitam yang dikenakan tidak bergerak ketika telinganya menangkap suara dari salah satu kamar pasien yang pintunya sedikit terbuka.Dia mengurungkan niat untuk masuk dan memilih mencuri dengar dari balik pintu."Puas kamu, hah? Setelah merenggut kehidupanku, sekarang masa depanku!" Suara Dania melengking, penuh kemarahan."Dania, kamu baru sadar. Jangan marah-marah, tekanan darahmu bisa naik," ujar Darius dengan nada tenang, meskipun ekspresinya menegang.Dania mendengkus, matanya penuh kebencian. "Semua ini salahmu! Seharusnya suamiku itu Dokter Denver, bukan kamu! Lebih baik kamu pergi! Aku muak melihat mukamu itu!"Darius mengepalkan tangan, rahangnya mengeras, tetapi dia menahan diri."Baik, aku pergi. Tapi bukan untuk meninggalkanmu."Baru saja Darius berbalik, tiba-tiba Dania merenggut selang infus, lalu meraih botol in
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 205 : Mataku Jeli

“Wah, kamu ada di sini?” Suara Denver terdengar dingin dan datar, jauh dari sambutan hangat yang biasa dia berikan. Tatapannya tidak menunjukkan keterkejutan atau ketertarikan sedikit pun. “Ya, aku di sini, Dok. Aku mau mengatakan sesuatu,” ucap Dania dengan senyum melengkung di bibir pucatnya, meskipun matanya terlihat redup. Denver tidak menanggapi. Dia memilih duduk dengan santai, menjauh dari wanita itu. Sesekali, tatapannya jatuh ke arloji di pergelangan tangannya, lalu melirik pintu, seolah menunggu seseorang masuk untuk menyelamatkannya dari situasi ini. Dania, yang tetap berdiri, mendorong tiang infusnya dan melangkah anggun menuju meja Denver. Tanpa meminta izin, dia duduk di tepi meja, menatap pria itu dengan tatapan sendu yang disengaja. “Terima kasih, Dok. Sudah menyelamatkan hidupku. Tapi sekarang aku cacat,” bisiknya, suaranya bergetar. Air mata mulai membasahi pipinya, jatuh tanpa henti. “Kalau boleh memilih, kenapa aku tidak dibiarkan mati saja? Kenapa Dokter
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 206 : Sebuah Keputusan Berat

“Pak Danis kenapa, Ruslan?!" Denver menghampiri dengan langkah cepat, sorot mata karamelnya tajam menuntut jawaban.Ruslan masih terengah, tangan asisten itu gemetar saat menunjuk layar ponsel. Dewi yang sudah diliputi kecemasan langsung merebutnya."Ha—halo ...," ucapnya dengan goyah dan napas tersendat."Ya, halo, bagaimana Pak Ruslan? Kapan proses operasi transplantasi dilaksanakan? Jantung untuk Pak Danis sudah siap diambil. Kami menunggu di sini."Sejenak, dunia Dewi terasa berhenti. Tangan yang memegang ponsel mulai bergetar. Seperti dihantam gelombang emosi yang tak tertahan, tangis wanita itu pecah.Bahkan lutut Dewi melemas, membuat tubuhnya nyaris ambruk jika saja Denver tidak sigap merangkulnya."Mon ange ...," bisik Denver, menahan Dewi dalam dekapannya, membiarkan wanita itu menumpahkan segala asa dalam pelukannya."Makasih, Dokter. Makasih, suamiku ... jantung untuk Ayah sudah ada," isak Dewi dengan tangan me
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 207 : Kamu Sibuk, Sibuk, dan Sibuk, Ternyata Bohong!

Dewi menggigit bibir, berusaha menahan getaran yang merambat ke seluruh tubuhnya. Suaranya bergetar saat dia berbicara. "Apa maksudnya ini? Rahasia apa?" Sepasang mata Denver dan Darius langsung membelalak, refleks mereka menoleh ke arah Dewi yang kini berdiri dengan tatapan tajam menusuk. Kedua pria itu membisu, seolah-olah tidak tahu harus berkata apa.Udara di sekitar mereka pun seakan berubah menegang. Beberapa saat sebelumnya, Dewi merasa ada yang tidak beres dengan proses operasi sang ayah. Dia sempat mencoba menghubungi Denver, tetapi panggilan itu tidak tersambung.Saat itulah dia melihat sang suami berjalan tergesa menuju lift dengan ekspresi yang tegang. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan, dan dia sudah mengetahui semua. Kini, baru saja hatinya merasa tenang, Dewi kembali gundah. "Kenapa diam saja? Barusan kalian bicara tentang aku, sekarang kenapa malah membisu?" Suara Dewi terdengar getir. Napas yang sudah memburu membuat dadanya naik turun. Ada sesuatu
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 208 : Aku Pasti Menemukanmu!

Mengawasi jalannya operasi Danis, ditambah dengan berbagai tugas manajemen lainnya, membuat Denver tidak diam di satu tempat sepanjang hari.Bahkan setelah operasi transplantasi selesai, dia masih memastikan semuanya berjalan lancar dan memerintahkan Dwyne serta Oma Nayla untuk pulang lebih dulu. Namun, dia sendiri tetap berjaga di rumah sakit hingga Danis siuman.Saat sedang berbincang dengan Dokter James, ponsel di saku jas putihnya bergetar terus-menerus. Awalnya Denver mengabaikan, tetapi bunyi itu terus mengusik. Dengan gerakan cepat, dia merogoh saku dan melihat nama Oma Nayla di layar.“Ya, Oma?” sapa Denver, sementara mata karamelnya tetap tertuju pada layar tablet yang menampilkan rekam medis Danis.“Denver! Ya ampun, istri dan anakmu hilang!” Suara Oma Nayla terdengar kacau dengan napas tersengal-sengal.Jantung Denver seketika mencelos. Pikiran pria itu mendadak kosong, tetapi refleksnya langsung menajam. Jari-jarinya mencengkeram ponsel lebih erat, sementara pandangannya me
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 209 : Jantungku Takikardia

Berbeda dengan Denver yang sibuk mencari Dewi, wanita itu justru duduk di dalam kamar tamu rumah Maharani. Dia memeluk lutut, dengan mata yang sembab menatap langit pekat tanpa bintang.Dingin malam menggigit kulit putih Dewi, tetapi hatinya lebih beku daripada udara yang berembus di wajahnya."Ternyata benar, Rani," lirih Dewi dengan suara serak karena terlalu banyak menangis. "Orang yang paling dekat dengan kita bisa menyakiti kita sedalam ini."Maharani menghela napas, lalu mendekat, merangkul Dewi dengan lembut. "Aku enggak bisa bilang aku ngerti masalahmu. Tapi kalau kamu butuh tempat bersembunyi sementara, kamu tahu rumahku selalu terbuka buatmu."Dewi tersenyum tipis, meskipun air mata masih menetes. "Makasih, ya, Rani. Maaf kalau aku merepotkan."Tadinya Dewi berniat menyewa hotel atau kontrakan kecil, tetapi dia sadar bahwa Denver pasti akan melacaknya lewat kartu ATM yang diberikannya. Sebab dia tidak memiliki ung cash dalam jumlah besar.
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 210 : Dokter atau Maling?

Dewi merapatkan cardigannya saat angin siang ini menerpa kuat kulitnya. Dia melangkah cepat, lalu berlari ke arah halte bus. Namun, suara itu terus mengejarnya—suara yang begitu dikenal.Jika saja dia bisa memilih, dia ingin menutup telinga dan pura-pura tidak mendengar. "Dewi, ayolah! Kamu boleh marah padaku, tapi kasihan Om Danis yang terus mencarimu. Papamu itu masih dalam proses penyembuhan, Wi!" Suara tegas itu berasal dari Darius, penuh desakan yang membuat Dewi makin muak. Tanpa menoleh sedikit pun, Dewi terus berjalan, menekan emosi yang mendidih di dada dan kepalanya. Mobil putih di sampingnya masih terus mengikuti. Lalu, terdengar suara langkah kaki yang lebih cepat. "Dewi, kami punya alasan untuk merahasiakan ini dari kamu," ujar Darius, suara pria itu lebih lembut kali ini, mencoba membujuknya. Dewi berhenti mendadak, jantung berdegup lebih kencang. Dia berbalik, lantas menatap Darius dengan mata yang sudah memerah. "Dokter Darius, tolong jangan ganggu aku! Atau a
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
33
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status