Home / Romansa / Tawanan Hasrat sang Penguasa / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Tawanan Hasrat sang Penguasa: Chapter 81 - Chapter 90

224 Chapters

81. Robin Sakit Mata

“Tuan Robin!” seru Poppy sambil membuka pintu dengan kasar, menunjukkan raut wajah yang sangat panik.Robin yang masih duduk di ranjang langsung berpaling ke arah datangnya suara. Kemarahan yang sebelumnya dia rasakan mendadak hilang, tercenung menatap wajah istrinya.Poppy berjalan cepat mendekat hingga gaun merah muda yang dipakainya melambai-lambai seperti tertiup angin. Robin dapat merasakan kesejukan udara itu menerpanya, apalagi dia melihat Poppy kembali memanggil namanya dengan senyuman lebar, seperti kemarin ketika Poppy bermain dengan Alice.“Robin ….” Suara Poppy terdengar mendayu-dayu, membuat bulu kuduk Robin meremang, tubuhnya pun langsung bereaksi oleh rayuan itu.‘Apakah aku sedang bermimpi?’Poppy terlihat seperti malaikat bersinar yang berlari kecil untuk menghampirinya. Jantung Robin berdetak kencang, seolah-olah dunia di sekitarnya hanya dipenuhi suara detak jantungnya.“Tuan Robin, bagaimana ini?! Apa yang harus saya lakukan?!”Poppy d
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

82. Mengintai?

“Tidak, kami bahkan tidak pernah bertukar pesan. Lagi pula–” Poppy menahan mulutnya untuk tidak mengatakan kata hatinya, ‘Bukankah Tuan Robin bisa mengendalikan ponselku? Dia pasti bisa membaca semua pesan atau panggilan yang masuk. Karena itu, aku jarang membawa ponsel pemberiannya.’Seolah dapat membaca pikiran Poppy, Robin berkata, “Antonio mengurus semua yang berhubungan tentangmu. Kau pikir aku punya waktu menyadap ponselmu? Kau seharusnya bilang dulu kalau mau menyimpan nomor pria lain!”Ekspresi Poppy cukup mudah ditebak, apalagi Robin sering berhadapan dengan orang-orang dan perlu mengamati gerak-gerik mereka. Namun, Poppy selalu terkejut setiap kali Robin mengatakan sesuatu, seolah-olah Robin menanggapi isi pikirannya.“T-tidak, saya tidak berpikir seperti itu. Lalu bagaimana dengan Rafael?” Poppy segera membicarakan masalah itu lagi.Kening Robin mulai mengerut, tak menutupi kejengkelannya. Sudah berulang kali dia mengatakan agar Poppy tak perlu mengkhawatirkan masalah Rafael
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

83. Ibu Tiri

“Lalu untuk apa aku ikut ke sini?” Robin mencondongkan wajahnya mendekati telinga Poppy. “Kau pikir, aku sudi nonton film di tempat murahan seperti ini jika bukan karena berbaik hati menolongmu?”Poppy segera menepis prasangka buruknya. Dia baru sadar jika film yang sedang diputar bertema drama keluarga.Kalaupun Robin hanya ingin menonton, dia pasti memilih genre aksi atau sejenisnya, di mana ada adegan pertarungan berdarah atau baku tembak supaya bisa mempelajari dari film tersebut, pikir Poppy.“Duduklah dengan tenang dan nikmati makanan atau film ini selagi menunggu. Mereka pasti akan datang.“Maaf, saya sedikit gugup.”Poppy pun mencoba tenang sambil menatap layar, meskipun sesekali masih melirik ke belakang. Hingga akhirnya, dia melihat dua orang duduk di kursi itu.“Mereka datang, Tuan ….” Poppy mengguncang lengan Robin tanpa menatapnya, tetapi Robin tak menanggapi.Dada Poppy bergemuruh ketika melihat sosok samar yang teramat dikenalnya. Seorang wanita yang sudah dianggap seper
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

84. Suka dan Duka Dirasakan Bersama

Suara tangisan lirih terdengar. Carita terisak ketika membicarakan kehidupannya, Poppy pun turut meneteskan air mata. Poppy jadi teringat setiap kali ibu tirinya menangis karena membicarakan tentang ibu kandungnya, Poppy ikut menangis bersama Carita. Telah banyak waktu yang mereka lewati bersama, dalam suka maupun duka. Oleh karena itu, Poppy memohon dalam hati agar mendengar sendiri bahwa Carita bukan sengaja ingin membuangnya dan tidak pernah punya pikiran untuk menghancurkan hidupnya. “Putri kakak angkatku ada di dalam mobil pada hari nahas itu. Jasadnya belum ditemukan. Tetapi, sampai saat ini, aku tidak berhenti mencarinya.” Selama sepuluh tahun lebih mereka menghabiskan hidup bersama. Namun, Carita mengatakan dengan mulutnya sendiri bahwa Poppy terlibat dalam kecelakaan yang menewaskan ibu kandungnya. Hanya dengan satu kebohongan itu, harapan Poppy bahwa Carita tak pernah berhubungan dengan Saul pun telah lenyap. Flint sudah pasti mengatakan kebenaran kepada Poppy malam itu.
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

85. Air Mata Robin

“Brengsek, kau seharusnya menembak ibumu itu, Sialan,” geram Robin tertahan, segala umpatan keluar dari mulutnya. Kedua tangannya mengepal erat dalam pangkuan, seakan-akan sedang menahan diri untuk tidak memukul seseorang. Poppy tersenyum sendu oleh perhatian suaminya. “Mana bisa aku membunuhnya, Tuan. Aku tidak punya keberanian sebesar it–” “Oh … aku tidak tahan lagi … aku akan menemui sutradara film ini dan menghancurkan kariernya. Dia tidak seharusnya membuat karakter pria yang lemah pada tipuan ibunya!” Wajah Poppy sontak mengernyit selagi menatap suaminya. Mata Robin masih fokus menyaksikan layar, sedangkan di telinganya tak ada pengeras suara yang seharusnya dipakai untuk menguping pembicaraan Rafael dan Carita. “Wanita sialan … siapa nama aktris menjengkelkan itu? Aku sangat ingin mencabik-cabik wajah buruk rupanya,” geram Robin. Poppy melongo, baru menyadari jika Robin bukan sedang bersimpati padanya, melainkan terhanyut dengan film yang sedang disaksikannya. Dia segera be
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

86. Wanita untuk Robin

Pria itu mendadak ketakutan. Mendengar Robin bicara cukup keras dengan nada kemarahan adalah sebuah bencana bagi semua orang. “Saya Jerome, pemilik kafe ini, meminta maaf yang sebesar-besarnya. Saya sangat senang melihat Anda mengunjungi kafe kecil saya ini dan malah mengganggu kenyamanan Anda.” Jerome langsung membungkuk sopan dan segera minta maaf. “Tch! Lalu apa yang kau inginkan?” “Kafe saya mempunyai ruang VIP untuk tamu-tamu istimewa. Kebetulan, ada beberapa petinggi dari perusahaan Luciano yang sedang berkunjung di kafe ini. Jika Anda berkenan, saya akan mengantar Anda ke ruangan spesial kami tersebut dan memberikan pelayanan khusus.” Robin berpikir sejenak. Tak ada buruknya memamerkan Poppy di depan para petinggi perusahaan Luciano, supaya orang-orang itu membicarakan kemesraan mereka hingga sampai di telinga Dante. Robin tersenyum samar membayangkan wajah kakeknya yang dipenuhi rasa bersalah. Dia yakin, Dante pasti masih berpikir bahwa pernikahannya hanya sandiwara,
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

87. Merasakan Kekuasaan

Suara keras Robin sontak menarik atensi semua orang. Tak ada yang tidak mengenal Robin Luciano di tempat itu, bahkan musik pun langsung dihentikan.“Wah, Tuan Robin juga ada di sini rupanya!” seru salah satu pria paruh baya yang bekerja di perusahaan Luciano, berdiri sambil mendorong wanita dalam pangkuannya.“Astaga!” Pria lain yang tak jauh dari Robin langsung mendekat, menepuk-nepuk pundak Jerome. “Kau ini ada-ada saja, Tuan Jerome! Mengapa kau menawarkan gadis pada pria yang baru saja menikah? Ha ha!”Jerome menunduk malu. Dia pikir, semua pria dari keluarga Luciano menyukai wanita. Kabar burung bahwa Robin penyuka sesama jenis pun setengah terbantahkan oleh pernikahannya. Namun, banyak orang, termasuk Jerome, mengira jika Robin tetap suka bersenang-senang dengan para wanita, bahkan setelah menikah. Oleh karena itu, dia langsung menyiapkan gadis-gadis terbaik yang baru saja dibelinya dari Saul ketika mendengar Robin mengunjungi kafenya.Jerome sejak tadi juga menyadari keberadaan
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

88. Ancaman Maut

Poppy sontak mendongak ke samping, menatap wajah menawan Robin Luciano. Hatinya berbunga-bunga ketika Robin mengatakan mereka sedang berkencan, meskipun Poppy tahu jika Robin mungkin hanya mengatakan itu karena orang-orang di sekelilingnya. Para petinggi dan kolega dari perusahaan Luciano pun tak pernah menyangka dengan apa yang mereka dengar. Hanya karena menyinggung perasaan istrinya, Robin Luciano akan menghancurkan bisnis Jerome dalam sekejap. Poppy pun tak kalah terkejut. Dia ingin mencegah perintah Robin, namun, Robin menggandeng dan setengah menyeret dirinya keluar dari ruangan itu. Poppy masih sesekali menatap ke belakang, melihat Jerome bersimpuh memohon kepada Antonio sambil berteriak padanya. “Nyonya, Tuan Robin Luciano, mohon ampuni saya!” seru Jerome berurai air mata. Kali ini, pemilik kafe itu terlihat sangat ketakutan dan benar-benar minta maaf meski telah terlambat. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu pun menyadari satu hal penting, menyinggung perasaan istri
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

89. Merepotkan Robin

Poppy menatap sopir sedang bicara dengan para pengawal yang baru datang dari kejauhan. Sopir itu menyuruh para pengawal untuk mengamankan area parkir, yakin jika Robin tak akan buru-buru keluar dari mobil. ‘Tuan Sopir, kembalilah ke sini lagi,’ pinta Poppy dalam hati. Ancaman Robin barusan sangat membuatnya takut. Dia tahu jika Robin tidak sedang bercanda dan pasti benar-benar akan meletakkan jasad Jerome di depan kamarnya. Poppy harus berhati-hati bicara agar nama Jerome tak keluar dari mulutnya tanpa disengaja. “Kau tidak menjawabku? Apa kau berniat membisikkan nama orang itu dalam tidurmu, seperti kau mengigaukan Rafael?” Poppy mengepalkan tangan agar badannya berhenti gemetar ketakutan. Kemudian, dia menjawab, “Tidak, Tuan Robin. Mulai sekarang, saya hanya akan menyebut nama suami sah saya saat tidur.” Robin tercenung oleh pengakuan Poppy. Darah di sekujur tubuhnya seakan berhenti mengalir karena ikut terkejut. Robin tak salah mendengarnya. Poppy mengungkap isi hati, bahwa is
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

90. Robin dan Wanita Lain

Poppy berulang kali menghela napas ketika melihat suaminya berbaring sambil menonton sesuatu di ponselnya. Robin masih tak mengenakan pakaian dan hanya tertutup selimut sampai pinggang.Sementara itu, Poppy duduk dengan tenang tanpa berbuat apa pun. Namun, dia membawa buku seolah sedang membacanya, menanti Robin mengajaknya pulang.Semua buku bacaan yang ada di apartemen Robin hanya tentang seputar bisnis. Poppy tak begitu minat dan malah pusing ketika membacanya. Mau tak mau, dia hanya bisa mengamati tingkah aneh Robin dalam diam.“Ada buah-buahan di kulkas. Ambilkan untukku,” titah Robin, tahu jika Poppy sedang menganggur dan tidak benar-benar sedang membaca.“Baik.”Akhirnya ada sesuatu yang bisa Poppy lakukan, selain menonton suaminya malas-malasan. Dia lalu meninggalkan kamar, mencari-cari letak kulkas di apartemen mewah dan besar itu. ‘Apa Tuan Robin tidur di sini saat dia tidak pulang ke kediaman? Tempat ini sangat bersih, sepertinya selalu dikunjungi setiap hari,’ batin Poppy
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more
PREV
1
...
7891011
...
23
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status