Share

85. Air Mata Robin

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 15:12:42
“Brengsek, kau seharusnya menembak ibumu itu, Sialan,” geram Robin tertahan, segala umpatan keluar dari mulutnya. Kedua tangannya mengepal erat dalam pangkuan, seakan-akan sedang menahan diri untuk tidak memukul seseorang.

Poppy tersenyum sendu oleh perhatian suaminya. “Mana bisa aku membunuhnya, Tuan. Aku tidak punya keberanian sebesar it–”

“Oh … aku tidak tahan lagi … aku akan menemui sutradara film ini dan menghancurkan kariernya. Dia tidak seharusnya membuat karakter pria yang lemah pada tipuan ibunya!”

Wajah Poppy sontak mengernyit selagi menatap suaminya. Mata Robin masih fokus menyaksikan layar, sedangkan di telinganya tak ada pengeras suara yang seharusnya dipakai untuk menguping pembicaraan Rafael dan Carita.

“Wanita sialan … siapa nama aktris menjengkelkan itu? Aku sangat ingin mencabik-cabik wajah buruk rupanya,” geram Robin.

Poppy melongo, baru menyadari jika Robin bukan sedang bersimpati padanya, melainkan terhanyut dengan film yang sedang disaksikannya. Dia segera be
VERARI

Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, 2 bab sebelumnya kebalik :’)

| 3
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
hm..kynya kecewanya Robin sm yg namanya wanita, sptnya ke sosok ibunya yaa ?! mknya dia jd ga prcaya sm yg namanya wanita . sptnya bkn krn prnh dikecewakan cinta dr wanita yg dia cintai di masa lalu .
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   86. Wanita untuk Robin

    Pria itu mendadak ketakutan. Mendengar Robin bicara cukup keras dengan nada kemarahan adalah sebuah bencana bagi semua orang. “Saya Jerome, pemilik kafe ini, meminta maaf yang sebesar-besarnya. Saya sangat senang melihat Anda mengunjungi kafe kecil saya ini dan malah mengganggu kenyamanan Anda.” Jerome langsung membungkuk sopan dan segera minta maaf. “Tch! Lalu apa yang kau inginkan?” “Kafe saya mempunyai ruang VIP untuk tamu-tamu istimewa. Kebetulan, ada beberapa petinggi dari perusahaan Luciano yang sedang berkunjung di kafe ini. Jika Anda berkenan, saya akan mengantar Anda ke ruangan spesial kami tersebut dan memberikan pelayanan khusus.” Robin berpikir sejenak. Tak ada buruknya memamerkan Poppy di depan para petinggi perusahaan Luciano, supaya orang-orang itu membicarakan kemesraan mereka hingga sampai di telinga Dante. Robin tersenyum samar membayangkan wajah kakeknya yang dipenuhi rasa bersalah. Dia yakin, Dante pasti masih berpikir bahwa pernikahannya hanya sandiwara,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   87. Merasakan Kekuasaan

    Suara keras Robin sontak menarik atensi semua orang. Tak ada yang tidak mengenal Robin Luciano di tempat itu, bahkan musik pun langsung dihentikan.“Wah, Tuan Robin juga ada di sini rupanya!” seru salah satu pria paruh baya yang bekerja di perusahaan Luciano, berdiri sambil mendorong wanita dalam pangkuannya.“Astaga!” Pria lain yang tak jauh dari Robin langsung mendekat, menepuk-nepuk pundak Jerome. “Kau ini ada-ada saja, Tuan Jerome! Mengapa kau menawarkan gadis pada pria yang baru saja menikah? Ha ha!”Jerome menunduk malu. Dia pikir, semua pria dari keluarga Luciano menyukai wanita. Kabar burung bahwa Robin penyuka sesama jenis pun setengah terbantahkan oleh pernikahannya. Namun, banyak orang, termasuk Jerome, mengira jika Robin tetap suka bersenang-senang dengan para wanita, bahkan setelah menikah. Oleh karena itu, dia langsung menyiapkan gadis-gadis terbaik yang baru saja dibelinya dari Saul ketika mendengar Robin mengunjungi kafenya.Jerome sejak tadi juga menyadari keberadaan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   88. Ancaman Maut

    Poppy sontak mendongak ke samping, menatap wajah menawan Robin Luciano. Hatinya berbunga-bunga ketika Robin mengatakan mereka sedang berkencan, meskipun Poppy tahu jika Robin mungkin hanya mengatakan itu karena orang-orang di sekelilingnya. Para petinggi dan kolega dari perusahaan Luciano pun tak pernah menyangka dengan apa yang mereka dengar. Hanya karena menyinggung perasaan istrinya, Robin Luciano akan menghancurkan bisnis Jerome dalam sekejap. Poppy pun tak kalah terkejut. Dia ingin mencegah perintah Robin, namun, Robin menggandeng dan setengah menyeret dirinya keluar dari ruangan itu. Poppy masih sesekali menatap ke belakang, melihat Jerome bersimpuh memohon kepada Antonio sambil berteriak padanya. “Nyonya, Tuan Robin Luciano, mohon ampuni saya!” seru Jerome berurai air mata. Kali ini, pemilik kafe itu terlihat sangat ketakutan dan benar-benar minta maaf meski telah terlambat. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu pun menyadari satu hal penting, menyinggung perasaan istri

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   89. Merepotkan Robin

    Poppy menatap sopir sedang bicara dengan para pengawal yang baru datang dari kejauhan. Sopir itu menyuruh para pengawal untuk mengamankan area parkir, yakin jika Robin tak akan buru-buru keluar dari mobil. ‘Tuan Sopir, kembalilah ke sini lagi,’ pinta Poppy dalam hati. Ancaman Robin barusan sangat membuatnya takut. Dia tahu jika Robin tidak sedang bercanda dan pasti benar-benar akan meletakkan jasad Jerome di depan kamarnya. Poppy harus berhati-hati bicara agar nama Jerome tak keluar dari mulutnya tanpa disengaja. “Kau tidak menjawabku? Apa kau berniat membisikkan nama orang itu dalam tidurmu, seperti kau mengigaukan Rafael?” Poppy mengepalkan tangan agar badannya berhenti gemetar ketakutan. Kemudian, dia menjawab, “Tidak, Tuan Robin. Mulai sekarang, saya hanya akan menyebut nama suami sah saya saat tidur.” Robin tercenung oleh pengakuan Poppy. Darah di sekujur tubuhnya seakan berhenti mengalir karena ikut terkejut. Robin tak salah mendengarnya. Poppy mengungkap isi hati, bahwa is

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   90. Robin dan Wanita Lain

    Poppy berulang kali menghela napas ketika melihat suaminya berbaring sambil menonton sesuatu di ponselnya. Robin masih tak mengenakan pakaian dan hanya tertutup selimut sampai pinggang.Sementara itu, Poppy duduk dengan tenang tanpa berbuat apa pun. Namun, dia membawa buku seolah sedang membacanya, menanti Robin mengajaknya pulang.Semua buku bacaan yang ada di apartemen Robin hanya tentang seputar bisnis. Poppy tak begitu minat dan malah pusing ketika membacanya. Mau tak mau, dia hanya bisa mengamati tingkah aneh Robin dalam diam.“Ada buah-buahan di kulkas. Ambilkan untukku,” titah Robin, tahu jika Poppy sedang menganggur dan tidak benar-benar sedang membaca.“Baik.”Akhirnya ada sesuatu yang bisa Poppy lakukan, selain menonton suaminya malas-malasan. Dia lalu meninggalkan kamar, mencari-cari letak kulkas di apartemen mewah dan besar itu. ‘Apa Tuan Robin tidur di sini saat dia tidak pulang ke kediaman? Tempat ini sangat bersih, sepertinya selalu dikunjungi setiap hari,’ batin Poppy

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   91. Gelap dan Terang

    Sementara itu, Poppy tak sadar jika seorang pria yang hanya mengenakan handuk di pinggangnya sedang mengamati dirinya dari belakang. Robin awalnya akan menegur Poppy yang berani membangkang perintahnya. Namun, Robin malah membeku di tempat ketika mendengar isakan lirih dan tertahan Poppy. “Apa yang terjadi? Apakah dia teringat pengkhianatan ibu tirinya? Atau mungkin menangisi orang itu?” gumamnya.Bayangan menyesakkan tiba-tiba muncul dalam benak Robin, seolah-olah Poppy sedang mengatakan, ‘Jangan sakiti Tuan Jerome. Jangan bunuh dia, Tuan. Mengapa kau menyakiti orang yang kuinginkan?’Poppy mungkin sedang bersedih untuk Jerome, pria yang membuat istrinya jatuh cinta pada pandangan pertama. Poppy sampai menyebut namanya berulang kali dalam perjalanan, sudah jelas jika Poppy jatuh cinta pada Jerome, pikir Robin.“Sialan,” geram Robin, mencoba menyingkirkan imajinasi mengerikan itu. “Aku tidak seharusnya terlalu dekat dengan perempuan itu. Dia benar-benar merusak pikiranku. Otakku akan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   92. Pria yang Tidak Membutuhkan Cinta

    Robin merasakan kenikmatan yang membuat otaknya berhenti bekerja. Dia mengayunkan pinggulnya dengan pelan untuk menikmati setiap cengkeraman dan gesekan yang menghanyutkan.Melihat mata Poppy basah, yang dipikirnya karena kenikmatan yang diberikan olehnya, Robin menyembunyikan wajahnya di samping kepala Poppy. Matanya terpejam dan mulutnya sedikit terbuka, dengan keras berusaha agar tak mengerang nikmat.Namun, kesenangan dan kenikmatan yang dirasakan Robin itu, mendadak berhenti ketika Poppy menanyakan sesuatu yang langsung mengacaukan segalanya.“Apa katamu?”“T-tidak, Tuan.” Poppy pun terkejut oleh pertanyaan yang seharusnya hanya disimpan dalam hati.Robin berhenti bergerak, namun tak melepas penyatuan mereka. Dia menatap Poppy setelah berhasil mengatur ekspresi datar.“Gadis-gadis mana yang sedang kau bicarakan?”“Lupakan saja, Tuan. Saya hanya salah bicara.” Poppy memalingkan wajahnya, masih belum terbiasa ditatap Robin terlalu lama.Namun, Robin segera menyentak pelan dagu Popp

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   93. Pelan dan Kejam

    Robin melepaskan penyatuan tubuh mereka. Dia berputar ke samping Poppy selagi menghela napas panjang. Dadanya yang berkeringat masih naik turun dengan cepat, semakin terlihat ketika dia berbaring terlentang. Mereka berbaring lurus seperti dua kapur sejajar. Tak ada yang mengatakan apa pun. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing sambil menatap langit-langit kamar. Hingga suara lirih Poppy memecah keheningan, “Mengapa Anda mengatakan itu?” Poppy sudah mengulang pertanyaan yang sama dalam benaknya yang terasa kalut. Dia sungguh tak bisa membendung rasa ingin tahunya, apakah Robin sungguh tak mengizinkannya memiliki perasaan padanya? “Supaya kau ingat perjanjian kita. Kau tidak boleh memiliki perasaan padaku.” Poppy tak menyangka penilaian Robin sungguh tajam. Walaupun bicara pelan, kata-kata Robin terdengar begitu kejam. Poppy berpaling ke arah Robin, bersamaan dengan Robin yang melakukan hal sama. Kali ini, Poppy tak menghindari tatapan Robin, kemudian tersenyum untuk menyembun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16

Bab terbaru

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   169. Pilihan Robin

    “Wah, aku menunggu kakak iparku, kenapa malah kakakku yang datang?” sambut Rafael dengan nada kecewa yang dibuat-buat.Ketenangan Rafael justru membuat Robin sedikit resah. Dia pikir, Rafael akan kecewa setelah melihat kemunculannya, bukan Poppy. Akan tetapi, Rafael hanya duduk di kursi, tanpa memperlihatkan kekagetan.Kendati demikian, Robin menunjukkan ketenangan. Rafael mungkin hanya menyembunyikan kegelisahan.“Sayang sekali, kau tidak bisa mencuri milikku, Rafael.”“Milikmu apa yang kau maksud? Istrimu atau kerajaan mafiamu?” Rafael menyeringai. “Katakan yang jelas, karena aku menginginkan keduanya.”Robin mengepalkan tangan, menahan diri agar tak gegabah menghadapi Rafael. Melihat keyakinan adiknya, Robin yakin bahwa Rafael telah menyiapkan sesuatu.“Aku sedang sangat sibuk. Katakan apa maumu yang sebenarnya?”Rafael terkekeh sampai memegang perutnya, menganggap pertanyaan kakaknya sangat menggelikan. “Kau benar-benar seperti kakek kita, Robin, selalu menganggapku sedang bermain

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   168. Perangkap

    Robin Luciano telah mendapat kabar bahwa Alice sudah menggantikan istrinya di kamar, Poppy juga telah berada di luar bahaya. Dia tak akan ragu lagi menggunakan senjata, melangkah tegas bersama para pengawal.“Bangun! Sudah saatnya menjebak tikus-tikus sialan itu!” Para pengawal yang tadinya dikabarkan pingsan di dekat gerbang, langsung berdiri tegak setelah mendengar perintah Robin, sandiwara mereka berakhir. Mereka lalu mengikuti di belakang pengawal Robin yang lain.Robin menyeringai dalam kegelapan. Para penyusup itu mematikan listrik sehingga tak ada pencahayaan.“Untung saja aku mengikuti ucapan Antonio.”Saat dalam perjalanan pulang, Robin mendapat informasi baru mengenai pergerakan Rafael dan sekutunya. Dia segera menyiapkan perangkap setelah tahu bahwa Rafael akan mempercepat rencananya.Suara tembakan masih terdengar di dalam kediaman. Namun, Robin tak sedikit pun khawatir. Dia sudah menambah jumlah pengawal khusus tanpa ada yang tahu, serta menyuruh pengawal lama untuk meng

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   167. Orang Kepercayaan

    Poppy terbelalak kaget, dadanya berdebar kencang. Dia ingin berteriak, tetapi tangan seseorang membungkam mulutnya.“Poppy, jangan berteriak dan bicara dengan pelan,” bisik Alice.Poppy melirik ke samping, melihat Alice berjongkok di dekat ranjangnya dengan ekspresi serius. Kemudian, dia mengangguk sebagai jawaban.Saat ini, waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari. Alice biasanya tidur lebih awal, tetapi sekarang tiba-tiba muncul di kamarnya yang seharusnya telah dikunci dari dalam.“Apa yang kau lakukan di sini, Alice? Bagaimana kau bisa masuk?” tanya Poppy sembari duduk.“Dengarkan aku baik-baik, Poppy. Segera temui Nyonya April di lantai satu lewat balkon kamar ini.”“Ap–”Alice kembali membekap mulut Poppy yang akan berteriak. “Ada tangga tali yang sudah kusiapkan di pagar balkon untuk berjaga-jaga kalau terjadi sesuatu. Turunlah dengan tangga itu dan jangan menimbulkan suara.”“Kenapa? Apa yang terjadi?” bisik Poppy dengan suara panik.“Ada penyusup memasuki rumah ini. Semua

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   166. Kawan dan Lawan

    “Tuan Larry!” seru Poppy ternganga. Dia celingukan di sekelilingnya. Beruntung, tak ada orang yang mendengar.‘Tunggu, kalau dia tahu kejadian itu ….’ Wajah Poppy sontak merah padam ketika mengingat Robin pernah menghukumnya di elevator!“Waktu itu aku sedang memperbaiki sandi elevator. Hanya hari itu saja aku tidak sengaja mengintip.”Tampaknya, Larry tahu apa yang pernah terjadi di ruang sempit itu. Dia pasti dapat mencium aroma dari cairan cinta yang tertinggal ketika akan menemui Stefan yang saat itu masih mendiami lantai tiga.Namun, Poppy tentu tak akan menyadarinya. Dia mengurut dadanya, lega karena kejadian memalukan itu tak terlihat siapa pun.“Bukankah kau tadi bilang, aku tidak boleh membicarakan tentangmu. Mengapa kau ikut masuk?” tanya Poppy ketika masuk ke bangunan utama kediaman.“Aku akan menemui ibu palsumu. April adalah teman baikku. Ada yang ingin kubicarakan dengannya.”“Ya ampun, kau selalu membuatku terkejut!”“Kau pasti akan terkejut lagi setelah tahu kalau dia

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   165. Pulang

    Robin masih melihat foto surat Rafael untuk istrinya. Dia tampak bimbang membuat keputusan.“Tuan, rencana besar kita akan dimulai dua hari lagi. Anda bisa mengurus Rafael, sementara saya yang akan memimpin keberangkatan ke Pulau Solterra.” Antonio menunjukkan tekad yang besar dari sorot matanya.Antonio adalah sosok yang dapat dipercaya. Dalam kondisi apa pun, dia masih bisa menjaga ketenangannya. Namun, Robin sedikit khawatir jika Antonio akan meluapkan emosinya ketika penyerbuan dimulai.Ketika Robin datang ke Pulau Solterra malam itu, dia dapat melihat tatapan tajam Antonio saat mendekati Saul, seperti ingin mencekiknya dengan kedua tangannya sendiri. Mungkin karena Saul sedang menyembunyikan Poppy di balik punggungnya, Antonio menahan kemarahannya waktu itu, pikir Robin.“Tidak. Aku akan pergi ke sana bersamamu.”“Tuan, Anda juga tahu jika saya tidak akan berbuat sembarangan hanya karena dendam pribadi saya. Saya bersumpah tidak akan mengacaukan rencana Anda,” ucap Antonio bersun

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   164. Jangan Membenci Rafael

    “Aku aku pernah meyakini jika Nyonya Sienna tidak pernah berselingkuh. Dari sifatnya, kau juga bisa menebak itu, bukan?”Poppy mengangguk.“Tapi, ada saksi mata yang melihat perselingkuhan mereka. Dia adalah Rod, tangan kanan Tuan Dante, sebelum digantikan Luca. Selain itu, ada bukti hasil tes DNA yang menyatakan bahwa Tuan Rafael bukan anak kandung Tuan Stefan.”“Tapi, Tuan Dante bisa memalsukan hasil tes seperti itu dengan mudah, apalagi waktu itu belum maju seperti sekarang. Robin bahkan bisa membuat identitas baru untukku dalam semalam.”Raut wajah Larry yang sebelumnya tenang, kini terlihat keruh, membayangkan masa lalu pahit tuannya. “Kau benar. Aku bisa menyelidikinya lebih dalam, tapi Nyonya Sienna tiba-tiba menghilang, serta meninggalkan pesan bahwa dia sudah tidak bisa hidup bersama dengan Tuan Stefan karena tidak mencintainya lagi … sekaligus membenarkan perselingkuhannya dengan salah satu pengawal kediaman.”“Mustahil …,” gumam Poppy kecewa.“Tuan Stefan pasti mengatakan pa

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   163. Masa Lalu

    Poppy kembali bingung. Apakah Larry berada di pihak Rafael? Namun, sudah jelas jika Stefan mengatakan membenci putra bungsu yang bukan darah dagingnya.“Pengawal Robin di depan pasti akan melapor padanya kalau tahu kau datang dari luar. Aku akan mengantarmu.”“Tunggu sebentar.” Poppy mencegah Larry yang akan berdiri. “Bisakah … kau memberi tahuku … di mana Nyonya Sienna saat ini?”“Mengapa kau ingin tahu?”Meski telah mendengar dari Stefan, tetapi Poppy masih penasaran apakah ucapannya benar atau hanya efek dari kejiwaannya yang terganggu. Poppy ingin tahu dan mencari solusi agar bisa menyembuhkan luka di hati suaminya.“Aku hanya ingin mengenal Robin lebih dalam. Dia tidak akan mengatakannya padaku. Kuharap, dia bisa membagi luka di hatinya denganku.”Larry dapat melihat dengan jelas pipi Poppy merona. Dia tersenyum samar, kembali duduk dengan santai.“Kalau kau tidak keberatan mendengarkanku dan menyimpan rahasia ini dari siapa pun.”Poppy segera mengangguk. Larry lalu mulai berceri

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   162 Menantumu

    Larry baru kali ini bertatap muka dengan Poppy dalam jarak yang cukup dekat. Rupanya, ada alasan khusus mengapa Robin memilih wanita ini, pikirnya. Perawakan dan rambut Poppy hampir mirip dengan Sienna. “Kau … siapa? Mengapa kau ada di sini?” Stefan mendadak sadar jika Poppy bukanlah istrinya.Saat ini, Poppy dan Stefan bersimpuh di lantai. Mereka baru selesai menenangkan diri setelah menangis cukup lama. ‘Mungkinkah dia terlalu banyak menangis sehingga pandangannya menjadi jernih dan melihatku bukan sebagai istrinya lagi?’ batin Poppy bertanya-tanya.“Aku bertanya padamu! Jangan membuatku mengulang pertanyaanku dua kali! Apa kau gadis bayaran papaku untuk menggodaku?!” sergah Stefan. Caranya membentak, bahkan kalimatnya sangat mirip dengan putranya.“Saya adalah menantu Anda. Istri Robin Luciano.”Poppy melirik ke arah Larry yang sudah membuka mulut akan mencegahnya menjawab jujur. Seharusnya Poppy tidak mengatakan identitasnya, sebab Stefan masih menganggap Robin masih seperti bel

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   161. Papa Mertua

    Poppy ternganga, panik bukan main hingga membeku di tempat. Dia tak sempat bereaksi dan hanya memejamkan mata dengan erat ketika Stefan sudah berada di hadapannya, seakan-akan ingin menusuknya.“Pengawal sialan! Kau berani menyentuh istriku, hah?! Aku akan membunuhmu!”“Hentikan!” jerit Poppy dengan suara melengking tinggi. Dia segera membuka mata ketika tak mendengar pergerakan di sekitarnya.Stefan yang sudah berada di dekatnya, hampir menusuk pengawal yang tetap diam dengan tenang, tiba-tiba berhenti bergerak setelah mendengar teriakannya. Pisau dapur di tangan Stefan langsung terjatuh dari genggaman, beruntung tak mengenai kakinya.“M-maaf … aku tidak bermaksud berteriak …,” sesal Poppy, takut membuat Stefan semakin marah. Poppy mundur perlahan, menatap salah satu pengawal untuk meminta pertolongan. Namun, tak ada yang mendekat atau hanya terlihat ingin menolongnya.Para pengawal itu tetap waspada meski diam saja. Mereka tak mau membuat kemarahan Stefan semakin menjadi-jadi.Stef

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status