Home / Romansa / Tawanan Hasrat sang Penguasa / 87. Merasakan Kekuasaan

Share

87. Merasakan Kekuasaan

Author: VERARI
last update Last Updated: 2025-01-13 19:42:21
Suara keras Robin sontak menarik atensi semua orang. Tak ada yang tidak mengenal Robin Luciano di tempat itu, bahkan musik pun langsung dihentikan.

“Wah, Tuan Robin juga ada di sini rupanya!” seru salah satu pria paruh baya yang bekerja di perusahaan Luciano, berdiri sambil mendorong wanita dalam pangkuannya.

“Astaga!” Pria lain yang tak jauh dari Robin langsung mendekat, menepuk-nepuk pundak Jerome. “Kau ini ada-ada saja, Tuan Jerome! Mengapa kau menawarkan gadis pada pria yang baru saja menikah? Ha ha!”

Jerome menunduk malu. Dia pikir, semua pria dari keluarga Luciano menyukai wanita. Kabar burung bahwa Robin penyuka sesama jenis pun setengah terbantahkan oleh pernikahannya.

Namun, banyak orang, termasuk Jerome, mengira jika Robin tetap suka bersenang-senang dengan para wanita, bahkan setelah menikah. Oleh karena itu, dia langsung menyiapkan gadis-gadis terbaik yang baru saja dibelinya dari Saul ketika mendengar Robin mengunjungi kafenya.

Jerome sejak tadi juga menyadari keberadaan
VERARI

Robin sedang terburu-buru..

| 4
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
Robin sedang kebelet wkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   88. Ancaman Maut

    Poppy sontak mendongak ke samping, menatap wajah menawan Robin Luciano. Hatinya berbunga-bunga ketika Robin mengatakan mereka sedang berkencan, meskipun Poppy tahu jika Robin mungkin hanya mengatakan itu karena orang-orang di sekelilingnya. Para petinggi dan kolega dari perusahaan Luciano pun tak pernah menyangka dengan apa yang mereka dengar. Hanya karena menyinggung perasaan istrinya, Robin Luciano akan menghancurkan bisnis Jerome dalam sekejap. Poppy pun tak kalah terkejut. Dia ingin mencegah perintah Robin, namun, Robin menggandeng dan setengah menyeret dirinya keluar dari ruangan itu. Poppy masih sesekali menatap ke belakang, melihat Jerome bersimpuh memohon kepada Antonio sambil berteriak padanya. “Nyonya, Tuan Robin Luciano, mohon ampuni saya!” seru Jerome berurai air mata. Kali ini, pemilik kafe itu terlihat sangat ketakutan dan benar-benar minta maaf meski telah terlambat. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu pun menyadari satu hal penting, menyinggung perasaan istri

    Last Updated : 2025-01-14
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   89. Merepotkan Robin

    Poppy menatap sopir sedang bicara dengan para pengawal yang baru datang dari kejauhan. Sopir itu menyuruh para pengawal untuk mengamankan area parkir, yakin jika Robin tak akan buru-buru keluar dari mobil. ‘Tuan Sopir, kembalilah ke sini lagi,’ pinta Poppy dalam hati. Ancaman Robin barusan sangat membuatnya takut. Dia tahu jika Robin tidak sedang bercanda dan pasti benar-benar akan meletakkan jasad Jerome di depan kamarnya. Poppy harus berhati-hati bicara agar nama Jerome tak keluar dari mulutnya tanpa disengaja. “Kau tidak menjawabku? Apa kau berniat membisikkan nama orang itu dalam tidurmu, seperti kau mengigaukan Rafael?” Poppy mengepalkan tangan agar badannya berhenti gemetar ketakutan. Kemudian, dia menjawab, “Tidak, Tuan Robin. Mulai sekarang, saya hanya akan menyebut nama suami sah saya saat tidur.” Robin tercenung oleh pengakuan Poppy. Darah di sekujur tubuhnya seakan berhenti mengalir karena ikut terkejut. Robin tak salah mendengarnya. Poppy mengungkap isi hati, bahwa is

    Last Updated : 2025-01-14
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   90. Robin dan Wanita Lain

    Poppy berulang kali menghela napas ketika melihat suaminya berbaring sambil menonton sesuatu di ponselnya. Robin masih tak mengenakan pakaian dan hanya tertutup selimut sampai pinggang.Sementara itu, Poppy duduk dengan tenang tanpa berbuat apa pun. Namun, dia membawa buku seolah sedang membacanya, menanti Robin mengajaknya pulang.Semua buku bacaan yang ada di apartemen Robin hanya tentang seputar bisnis. Poppy tak begitu minat dan malah pusing ketika membacanya. Mau tak mau, dia hanya bisa mengamati tingkah aneh Robin dalam diam.“Ada buah-buahan di kulkas. Ambilkan untukku,” titah Robin, tahu jika Poppy sedang menganggur dan tidak benar-benar sedang membaca.“Baik.”Akhirnya ada sesuatu yang bisa Poppy lakukan, selain menonton suaminya malas-malasan. Dia lalu meninggalkan kamar, mencari-cari letak kulkas di apartemen mewah dan besar itu. ‘Apa Tuan Robin tidur di sini saat dia tidak pulang ke kediaman? Tempat ini sangat bersih, sepertinya selalu dikunjungi setiap hari,’ batin Poppy

    Last Updated : 2025-01-15
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   91. Gelap dan Terang

    Sementara itu, Poppy tak sadar jika seorang pria yang hanya mengenakan handuk di pinggangnya sedang mengamati dirinya dari belakang. Robin awalnya akan menegur Poppy yang berani membangkang perintahnya. Namun, Robin malah membeku di tempat ketika mendengar isakan lirih dan tertahan Poppy. “Apa yang terjadi? Apakah dia teringat pengkhianatan ibu tirinya? Atau mungkin menangisi orang itu?” gumamnya.Bayangan menyesakkan tiba-tiba muncul dalam benak Robin, seolah-olah Poppy sedang mengatakan, ‘Jangan sakiti Tuan Jerome. Jangan bunuh dia, Tuan. Mengapa kau menyakiti orang yang kuinginkan?’Poppy mungkin sedang bersedih untuk Jerome, pria yang membuat istrinya jatuh cinta pada pandangan pertama. Poppy sampai menyebut namanya berulang kali dalam perjalanan, sudah jelas jika Poppy jatuh cinta pada Jerome, pikir Robin.“Sialan,” geram Robin, mencoba menyingkirkan imajinasi mengerikan itu. “Aku tidak seharusnya terlalu dekat dengan perempuan itu. Dia benar-benar merusak pikiranku. Otakku akan

    Last Updated : 2025-01-15
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   92. Pria yang Tidak Membutuhkan Cinta

    Robin merasakan kenikmatan yang membuat otaknya berhenti bekerja. Dia mengayunkan pinggulnya dengan pelan untuk menikmati setiap cengkeraman dan gesekan yang menghanyutkan.Melihat mata Poppy basah, yang dipikirnya karena kenikmatan yang diberikan olehnya, Robin menyembunyikan wajahnya di samping kepala Poppy. Matanya terpejam dan mulutnya sedikit terbuka, dengan keras berusaha agar tak mengerang nikmat.Namun, kesenangan dan kenikmatan yang dirasakan Robin itu, mendadak berhenti ketika Poppy menanyakan sesuatu yang langsung mengacaukan segalanya.“Apa katamu?”“T-tidak, Tuan.” Poppy pun terkejut oleh pertanyaan yang seharusnya hanya disimpan dalam hati.Robin berhenti bergerak, namun tak melepas penyatuan mereka. Dia menatap Poppy setelah berhasil mengatur ekspresi datar.“Gadis-gadis mana yang sedang kau bicarakan?”“Lupakan saja, Tuan. Saya hanya salah bicara.” Poppy memalingkan wajahnya, masih belum terbiasa ditatap Robin terlalu lama.Namun, Robin segera menyentak pelan dagu Popp

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   93. Pelan dan Kejam

    Robin melepaskan penyatuan tubuh mereka. Dia berputar ke samping Poppy selagi menghela napas panjang. Dadanya yang berkeringat masih naik turun dengan cepat, semakin terlihat ketika dia berbaring terlentang. Mereka berbaring lurus seperti dua kapur sejajar. Tak ada yang mengatakan apa pun. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing sambil menatap langit-langit kamar. Hingga suara lirih Poppy memecah keheningan, “Mengapa Anda mengatakan itu?” Poppy sudah mengulang pertanyaan yang sama dalam benaknya yang terasa kalut. Dia sungguh tak bisa membendung rasa ingin tahunya, apakah Robin sungguh tak mengizinkannya memiliki perasaan padanya? “Supaya kau ingat perjanjian kita. Kau tidak boleh memiliki perasaan padaku.” Poppy tak menyangka penilaian Robin sungguh tajam. Walaupun bicara pelan, kata-kata Robin terdengar begitu kejam. Poppy berpaling ke arah Robin, bersamaan dengan Robin yang melakukan hal sama. Kali ini, Poppy tak menghindari tatapan Robin, kemudian tersenyum untuk menyembun

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   94. Bak Malaikat Penyelamat

    Robin Luciano menatap gagang pintu yang dipegangnya. Dia sudah sampai di depan kamar Poppy, sangat ingin bercinta dengannya. Akan tetapi, kejadian malam kemarin di apartemennya kembali membuatnya muak.Dia lantas ke lantai tiga untuk kembali ke kamarnya. Kemudian melemparkan tubuhnya ke atas ranjang, menutup kening dengan lengannya.Robin berkedip-kedip dengan pikiran rumit. Hingga tanpa disadari, matahari mulai terbit.“Malaikat katanya? Cih!” Robin tersenyum sinis, entah ditunjukkan pada siapa karena tidak ada seorang pun di sisinya.***Antonio Russo sedang gelisah menunggu antrean di depan ruangan dokter. Dia sebenarnya bisa langsung membuat janji dengan dokter Capri, namun tak dapat melakukannya karena tak ingin ketahuan Robin.“Saya ingin berkonsultasi dengan dokter, Tuan. Semalam saya menggigil dan kelihatannya akan sakit,” ujar Antonio beberapa saat lalu, meminta izin kepada Robin untuk meninggalkan pekerjaannya.Baru kali ini dia berbohong kepada Robin. Dia sangat gelisah mes

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   95. Perhatian Istri

    “Begitu ceritanya, Tuan Capri. Saya tidak tahu mengapa Tuan Robin jadi sering marah pada semua orang yang memujinya, padahal Anda tahu sendiri jika Tuan Robin orang yang cukup tenang setiap kali menghadapi apa pun, juga tidak pernah menolak pujian meski tidak terlalu menyukainya,” ungkap Antonio.“Mungkin orang-orang itu sudah membuat Robin marah.”“Tidak, dan hanya itu. Terkadang, Tuan Robin sedikit tersenyum sambil melamun, dan itu sungguh mengerikan.”Capri tampak berpikir keras. Dia mengetuk-ngetuk pena di atas map selagi memikirkan beberapa kemungkinan yang mendasari perubahan Robin.Robin memang tidak biasa tersenyum, apalagi sambil melamun. Pasti ada hal besar yang menimpa hidupnya.“Saya takut jika perubahan Tuan Robin akan berakibat buruk pada rencana kita,” imbuh Antonio, akhirnya berhasil mengungkap semua kegelisahannya.“Apa sebelumnya Tuan Robin bertemu dengan … seseorang dari masa lalunya?”Antonio mengingat sejenak. Dia selalu bersama Robin sepanjang hari. Seluruh waktun

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   X

    Karya ini spesial untuk seseorang yang mengalami trauma serupa. Saya menulis ini dengan harapan X bisa jadi seperti Poppy yang akhirnya menemukan kebahagiaan sejati, serta dijadikan penghiburan dan motivasi. Respons trauma pada setiap individu itu berbeda-beda--saya tahu-- tapi saya yakin jika kamu bisa melaluinya. Waktu akan menyembuhkan lukamu, semua orang di sekitarmu akan selalu membantu. Kalau memang masih ada orang-orang toxic yang menghakimi nasib burukmu/hidupmu, abaikan saja ... seperti Rafael mengabaikan kebencian kakeknya. Maafkan kesalahan mereka untuk membuat hidupmu lebih nyaman dan damai, seperti Poppy memaafkan kesalahan besar ibu tirinya. Semua orang berhak bahagia, begitu pula denganmu ... 🌞 Sedikit dari Author ... Sebenarnya V tipe yang ... ini loh karyaku, mau suka atau nggak itu dari perspektif masing-masing, mungkin ada penulis lain yang baca cuma butuh inspirasi tanpa meninggalkan jejak, mungkin orang tertentu yg kalau pas cerita nggak sesuai dengan kei

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   223. Poppy

    “Oh, jangan menangis, Nick,” pinta Robin, berusaha menidurkan putranya. Namun, suara tangisan Nick semakin kencang. Poppy lantas ikut membantu Robin menenangkannya. “Lihat wajah Nick, suamiku. Dia menangis, tapi seperti sedang marah … seperti kau yang sering marah tidak jelas.” Poppy terkekeh. “Dia akan menjadi pria yang lebih tampan dariku kelak.” Poppy tiba-tiba mencium pipi Robin. “Tapi, kau tetap jadi pria yang paling tampan untukku.” Meski telah hidup bersama lebih dari setahun, wajah Robin masih merona setiap kali mendengar pujian istrinya. Debaran dalam dadanya pun masih sama seperti awal-awal menyadari cintanya. Perasaan Robin tak berubah. Hanya sikapnya yang berubah menjadi lebih penyayang. “Jangan terlalu banyak membaca novel! Awas saja kalau kau juga merayu pria lain!” “Itu tidak akan pernah terjadi.” Poppy malah mengusap-usap wajahnya ke wajah suaminya sambil terkekeh. “Aku tahu kau suka dirayu.” Robin masih menyimpan aura misterius. Namun, Poppy merasa lebih ban

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   222. Ratu

    “Dokter! Cepat periksa istriku!” titah Robin.Poppy tampak begitu lemas. Napasnya berat dan matanya tertutup rapat.“Istri Anda hanya kelelahan, Tuan.”Robin bernapas lega. Dia kembali menggenggam tangan istrinya. Seandainya dia bisa melahirkan, dia akan menggantikan peran Poppy daripada melihatnya begitu tak berdaya.Menyaksikan istrinya melahirkan, Robin sontak teringat pada Sienna. Apa pun kesalahannya, Sienna juga pernah mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya.Robin merenung sambil menciumi punggung tangan Poppy. Dia yang merasa lebih tinggi dari para wanita, sampai membeli seorang istri, juga bersikap buruk pada ibunya, ternyata hanya pria lemah yang tak lebih kuat dari mereka.“Silakan menunggu di luar, Tuan. Kami akan bersiap memindahkan Nyonya Poppy ke kamar.”Robin keluar dari ruang bersalin dengan wajah bahagia. Keluarganya menyambut dengan pelukan hangat sambil memberikan selamat.Ketika memeluk Sienna, ucapan lirih lolos dari mulutny

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   221. Kemarahan Capri

    Capri akan makan siang ketika Antonio meneleponnya. Dia sampai tersedak suapan pertama saat mendengar Poppy keguguran dan sedang diperiksa dokter.Dengan kecepatan penuh, Capri mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang dikatakan Antonio. Dia bahkan kena tilang karena melanggar rambu lalu lintas jalan. Untung saja, dia tak mengalami kecelakaan.Melihat orang-orang berkumpul di ruang pemeriksaan, serta rekan sejawatnya yang pucat pasi, Capri merasakan firasat buruk. Tanpa basa-basi, dia segera mengikuti dokter itu untuk memeriksa kondisi Poppy.Setelah menunggu beberapa menit, Capri keluar sambil menunduk.“Jangan katakan itu,” gumam Robin, enggan mendengar berita buruk.Capri membuka mulut akan bicara. Namun, teriakan seorang wanita dari kejauhan menghalanginya.“Robin!!!” seru Sienna sambil menangis.Dia langsung memeluk putranya. “Tidak apa-apa. Yang penting Poppy selamat. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   220. Keguguran

    “Istriku!!” Robin panik bukan main. Poppy tak pernah menunjukkan wajah kesakitan seperti itu, bahkan ketika dia menyiksanya.Poppy memegangi perutnya yang terasa melilit kencang. Bayi dalam perutnya seakan memberontak ingin keluar, berputar-putar di dalam perutnya.Robin dapat merasakan gerakan bayi dari perut istrinya yang begitu jelas, seperti menendang tangannya. Bayi itu bahkan ikut menyalahkannya, pikir Robin.Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor telepon Antonio di ponselnya sampai ibu jarinya hampir salah menekan nomor orang lain.“Cepat kemari! Istriku kesakitan!”“Baik, Tuan!”Antonio yang menunggu di luar, bergegas lari kencang ke dalam bersama para pengawal. Kedatangan mereka membuat pengunjung lain kaget dan panik.Sementara itu, Robin sudah berhasil menggendong istrinya. Cukup berat, namun dia tak begitu merasakannya.Mereka akhirnya bertemu di koridor. Para pengawal segera mengawal Robin, juga Antonio yang membawa sepatu Poppy yang terjatuh.“Cepat ke rumah sakit!” t

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   219. Dua Kali ...

    “Wah! Terima kasih banyak, Tuan Robin! Semoga kita bisa berjumpa lagi.” Wanita muda itu lalu pergi tanpa melihat Poppy.Robin berdiri canggung, tak berani menatap istrinya. “Ayo, makan … makan dulu.”Robin jelas menyembunyikan sesuatu!Ketika akan digandeng suaminya, Poppy segera menarik tangannya. “Apa-apaan itu tadi? Sejak kapan kau jadi ramah pada orang lain?!”Sebelum pertanyaan Poppy terjawab, seorang pelayan restoran mendekati mereka. “Tuan Robin, saya akan mengantar Anda ke ruangan yang sudah Anda pesan.”Dengan bibir cemberut, Poppy akhirnya menunda kemarahannya. Sampai di dalam ruangan VIP restoran, dia langsung menatap tajam suaminya yang duduk berseberangan darinya.“Kau belum menjawabku!”Sepanjang mengenal Robin, baru kali ini Poppy melihat kegugupan suaminya itu.Robin bingung … harus dari mana dia mulai menceritakannya?‘Tidak, itu bukan rahasia. Aku tidak pernah berniat menyembunyikan sesuatu dari istriku,’ batin Robin.“Kenapa kau membiarkan wanita lain mendekatimu? J

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   218. Wanita Asing

    Dante tak punya niat lagi untuk membesarkan seorang Luciano yang bisa membangkitkan kerajaan mafianya. Dia sudah pasrah dengan hidupnya yang akan segera berakhir.“Yang penting, istri dan anakmu sehat. Kuharap, Poppy dapat melahirkan cicitku tanpa masalah,” ucap Dante tulus selagi menahan sakit di jantungnya.Sebelum mengunjungi Dante, Robin ingin membicarakan banyak hal. Termasuk menunjukkan bahwa dia telah mengubah Pulau Luciano seperti keinginannya selama ini. Robin selalu ingin menyalahkan keputusan kakeknya. Namun sekarang, dengan keadaan Dante yang seperti itu, ucapannya hanya terkunci dalam hati.“Bagaimana keadaan Stefan?” Meskipun begitu, Dante masih belum bisa menerima sosok Sienna. Sejak dulu hingga saat ini, Dante merasa jika keluarganya berantakan karena wanita itu.“Papa sudah semakin sehat dengan hadirnya mama.”“Baguslah.” Tapi, Dante tak menunjukkan kebenciannya pada Sienna secara gamblang. Dia khawatir Robin tak mau menjenguknya lagi.“Rafael juga menemukan bakat b

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   217. Sulitnya Berubah

    “Maaf, Tuan.” Antonio lupa pada kecemburuan Robin yang semakin bertambah kuat selama istrinya mengandung. Bahkan, Robin pernah menugaskan tiga pengawal untuk ikut membangun proyek di Pulau Luciano hanya karena tersenyum menyapa Poppy dalam jarak dekat.Beruntung, penggunaan senjata sekarang diawasi ketat oleh Rafael supaya tak terjadi kekacauan yang tidak perlu. Kalau tidak, Robin mungkin akan menembak semua orang yang dipikirnya mencoba merayu Poppy.“Jangan keterlaluan, Antonio! Cepat cari pendamping daripada merayu istri orang lain!” Robin berdecak sebal selagi menuntun istrinya.“Baik, Tuan. Saya akan memikirkannya.”Mereka pun segera melaju ke rumah tahanan wanita.Awalnya, Carita menolak bertemu. Namun, Robin menggunakan kekuasaannya untuk memaksa Carita tanpa sepengetahuan Poppy.Dibalik kaca pembatas, Poppy akhirnya bisa menatap wajah ibu tirinya dari dekat. Carita terlihat kurus dan lusuh. Matanya tampak sayu, tak bisa menatap lurus ke arah anak tirinya.“Bagaimana kabarmu?”

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   216. Di Bawah Satu Atap yang Sama

    Robin mewujudkan harapan Poppy sesuai ucapannya. Setiap hari selama berbulan-bulan, dia selalu memanjakan istrinya itu.Dengan kasih sayang yang Poppy dapatkan dari keluarga barunya, traumanya menghilang sepenuhnya. Dan kini, dia siap menemui ibu tirinya yang mendekam di balik jeruji besi.“Apa kau yakin akan menemuinya? Tidak bisakah menunggu setelah kau melahirkan?” Robin mengusap perut buncit istrinya yang duduk di pangkuannya. Wajahnya sesekali mengernyit ketika Poppy bergerak.Berat … namun, Robin tak mengeluh sedikitpun.“Aku yakin. Seminggu lagi aku akan melahirkan. Aku ingin dia mengetahuinya. Biar bagaimanapun, dia adalah orang yang membesarkanku selama ini.” Kebencian Poppy pada Carita berangsur menghilang, meski dia belum bisa memaafkan sepenuhnya. “Aku akan mendampingimu, sekaligus menjenguk kakek.”Dante Luciano dirawat di rumah sakit kepolisian. Sebulan lalu, Dante mengalami gagal ginjal parah, juga komplikasi penyakit lainnya.Robin juga baru tahu jika Dante ternyata

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status