Share

81. Robin Sakit Mata

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 16:03:55

“Tuan Robin!” seru Poppy sambil membuka pintu dengan kasar, menunjukkan raut wajah yang sangat panik.

Robin yang masih duduk di ranjang langsung berpaling ke arah datangnya suara. Kemarahan yang sebelumnya dia rasakan mendadak hilang, tercenung menatap wajah istrinya.

Poppy berjalan cepat mendekat hingga gaun merah muda yang dipakainya melambai-lambai seperti tertiup angin. Robin dapat merasakan kesejukan udara itu menerpanya, apalagi dia melihat Poppy kembali memanggil namanya dengan senyuman lebar, seperti kemarin ketika Poppy bermain dengan Alice.

“Robin ….” Suara Poppy terdengar mendayu-dayu, membuat bulu kuduk Robin meremang, tubuhnya pun langsung bereaksi oleh rayuan itu.

‘Apakah aku sedang bermimpi?’

Poppy terlihat seperti malaikat bersinar yang berlari kecil untuk menghampirinya. Jantung Robin berdetak kencang, seolah-olah dunia di sekitarnya hanya dipenuhi suara detak jantungnya.

“Tuan Robin, bagaimana ini?! Apa yang harus saya lakukan?!”

Poppy d
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
ciee Robin udh fall in love ke Poppy nii ^^ sampe stiap ngeliat Poppy hampir terpukau gtu,, sampe brdebar-debar segala hehe . trus skrg marahnya Robin lbh ke cemburu drpd emosian kaya yg dlu² . cemburu kan ktnya tanda cinta . d tmbh kynya gamau pisah n' nempel ke Poppy mulu trs manja² pula .
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   82. Mengintai?

    “Tidak, kami bahkan tidak pernah bertukar pesan. Lagi pula–” Poppy menahan mulutnya untuk tidak mengatakan kata hatinya, ‘Bukankah Tuan Robin bisa mengendalikan ponselku? Dia pasti bisa membaca semua pesan atau panggilan yang masuk. Karena itu, aku jarang membawa ponsel pemberiannya.’Seolah dapat membaca pikiran Poppy, Robin berkata, “Antonio mengurus semua yang berhubungan tentangmu. Kau pikir aku punya waktu menyadap ponselmu? Kau seharusnya bilang dulu kalau mau menyimpan nomor pria lain!”Ekspresi Poppy cukup mudah ditebak, apalagi Robin sering berhadapan dengan orang-orang dan perlu mengamati gerak-gerik mereka. Namun, Poppy selalu terkejut setiap kali Robin mengatakan sesuatu, seolah-olah Robin menanggapi isi pikirannya.“T-tidak, saya tidak berpikir seperti itu. Lalu bagaimana dengan Rafael?” Poppy segera membicarakan masalah itu lagi.Kening Robin mulai mengerut, tak menutupi kejengkelannya. Sudah berulang kali dia mengatakan agar Poppy tak perlu mengkhawatirkan masalah Rafael

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   83. Ibu Tiri

    “Lalu untuk apa aku ikut ke sini?” Robin mencondongkan wajahnya mendekati telinga Poppy. “Kau pikir, aku sudi nonton film di tempat murahan seperti ini jika bukan karena berbaik hati menolongmu?”Poppy segera menepis prasangka buruknya. Dia baru sadar jika film yang sedang diputar bertema drama keluarga.Kalaupun Robin hanya ingin menonton, dia pasti memilih genre aksi atau sejenisnya, di mana ada adegan pertarungan berdarah atau baku tembak supaya bisa mempelajari dari film tersebut, pikir Poppy.“Duduklah dengan tenang dan nikmati makanan atau film ini selagi menunggu. Mereka pasti akan datang.“Maaf, saya sedikit gugup.”Poppy pun mencoba tenang sambil menatap layar, meskipun sesekali masih melirik ke belakang. Hingga akhirnya, dia melihat dua orang duduk di kursi itu.“Mereka datang, Tuan ….” Poppy mengguncang lengan Robin tanpa menatapnya, tetapi Robin tak menanggapi.Dada Poppy bergemuruh ketika melihat sosok samar yang teramat dikenalnya. Seorang wanita yang sudah dianggap seper

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   84. Suka dan Duka Dirasakan Bersama

    Suara tangisan lirih terdengar. Carita terisak ketika membicarakan kehidupannya, Poppy pun turut meneteskan air mata. Poppy jadi teringat setiap kali ibu tirinya menangis karena membicarakan tentang ibu kandungnya, Poppy ikut menangis bersama Carita. Telah banyak waktu yang mereka lewati bersama, dalam suka maupun duka. Oleh karena itu, Poppy memohon dalam hati agar mendengar sendiri bahwa Carita bukan sengaja ingin membuangnya dan tidak pernah punya pikiran untuk menghancurkan hidupnya. “Putri kakak angkatku ada di dalam mobil pada hari nahas itu. Jasadnya belum ditemukan. Tetapi, sampai saat ini, aku tidak berhenti mencarinya.” Selama sepuluh tahun lebih mereka menghabiskan hidup bersama. Namun, Carita mengatakan dengan mulutnya sendiri bahwa Poppy terlibat dalam kecelakaan yang menewaskan ibu kandungnya. Hanya dengan satu kebohongan itu, harapan Poppy bahwa Carita tak pernah berhubungan dengan Saul pun telah lenyap. Flint sudah pasti mengatakan kebenaran kepada Poppy malam itu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   85. Air Mata Robin

    “Brengsek, kau seharusnya menembak ibumu itu, Sialan,” geram Robin tertahan, segala umpatan keluar dari mulutnya. Kedua tangannya mengepal erat dalam pangkuan, seakan-akan sedang menahan diri untuk tidak memukul seseorang. Poppy tersenyum sendu oleh perhatian suaminya. “Mana bisa aku membunuhnya, Tuan. Aku tidak punya keberanian sebesar it–” “Oh … aku tidak tahan lagi … aku akan menemui sutradara film ini dan menghancurkan kariernya. Dia tidak seharusnya membuat karakter pria yang lemah pada tipuan ibunya!” Wajah Poppy sontak mengernyit selagi menatap suaminya. Mata Robin masih fokus menyaksikan layar, sedangkan di telinganya tak ada pengeras suara yang seharusnya dipakai untuk menguping pembicaraan Rafael dan Carita. “Wanita sialan … siapa nama aktris menjengkelkan itu? Aku sangat ingin mencabik-cabik wajah buruk rupanya,” geram Robin. Poppy melongo, baru menyadari jika Robin bukan sedang bersimpati padanya, melainkan terhanyut dengan film yang sedang disaksikannya. Dia segera be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   86. Wanita untuk Robin

    Pria itu mendadak ketakutan. Mendengar Robin bicara cukup keras dengan nada kemarahan adalah sebuah bencana bagi semua orang. “Saya Jerome, pemilik kafe ini, meminta maaf yang sebesar-besarnya. Saya sangat senang melihat Anda mengunjungi kafe kecil saya ini dan malah mengganggu kenyamanan Anda.” Jerome langsung membungkuk sopan dan segera minta maaf. “Tch! Lalu apa yang kau inginkan?” “Kafe saya mempunyai ruang VIP untuk tamu-tamu istimewa. Kebetulan, ada beberapa petinggi dari perusahaan Luciano yang sedang berkunjung di kafe ini. Jika Anda berkenan, saya akan mengantar Anda ke ruangan spesial kami tersebut dan memberikan pelayanan khusus.” Robin berpikir sejenak. Tak ada buruknya memamerkan Poppy di depan para petinggi perusahaan Luciano, supaya orang-orang itu membicarakan kemesraan mereka hingga sampai di telinga Dante. Robin tersenyum samar membayangkan wajah kakeknya yang dipenuhi rasa bersalah. Dia yakin, Dante pasti masih berpikir bahwa pernikahannya hanya sandiwara,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   87. Merasakan Kekuasaan

    Suara keras Robin sontak menarik atensi semua orang. Tak ada yang tidak mengenal Robin Luciano di tempat itu, bahkan musik pun langsung dihentikan.“Wah, Tuan Robin juga ada di sini rupanya!” seru salah satu pria paruh baya yang bekerja di perusahaan Luciano, berdiri sambil mendorong wanita dalam pangkuannya.“Astaga!” Pria lain yang tak jauh dari Robin langsung mendekat, menepuk-nepuk pundak Jerome. “Kau ini ada-ada saja, Tuan Jerome! Mengapa kau menawarkan gadis pada pria yang baru saja menikah? Ha ha!”Jerome menunduk malu. Dia pikir, semua pria dari keluarga Luciano menyukai wanita. Kabar burung bahwa Robin penyuka sesama jenis pun setengah terbantahkan oleh pernikahannya. Namun, banyak orang, termasuk Jerome, mengira jika Robin tetap suka bersenang-senang dengan para wanita, bahkan setelah menikah. Oleh karena itu, dia langsung menyiapkan gadis-gadis terbaik yang baru saja dibelinya dari Saul ketika mendengar Robin mengunjungi kafenya.Jerome sejak tadi juga menyadari keberadaan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   88. Ancaman Maut

    Poppy sontak mendongak ke samping, menatap wajah menawan Robin Luciano. Hatinya berbunga-bunga ketika Robin mengatakan mereka sedang berkencan, meskipun Poppy tahu jika Robin mungkin hanya mengatakan itu karena orang-orang di sekelilingnya. Para petinggi dan kolega dari perusahaan Luciano pun tak pernah menyangka dengan apa yang mereka dengar. Hanya karena menyinggung perasaan istrinya, Robin Luciano akan menghancurkan bisnis Jerome dalam sekejap. Poppy pun tak kalah terkejut. Dia ingin mencegah perintah Robin, namun, Robin menggandeng dan setengah menyeret dirinya keluar dari ruangan itu. Poppy masih sesekali menatap ke belakang, melihat Jerome bersimpuh memohon kepada Antonio sambil berteriak padanya. “Nyonya, Tuan Robin Luciano, mohon ampuni saya!” seru Jerome berurai air mata. Kali ini, pemilik kafe itu terlihat sangat ketakutan dan benar-benar minta maaf meski telah terlambat. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu pun menyadari satu hal penting, menyinggung perasaan istri

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   89. Merepotkan Robin

    Poppy menatap sopir sedang bicara dengan para pengawal yang baru datang dari kejauhan. Sopir itu menyuruh para pengawal untuk mengamankan area parkir, yakin jika Robin tak akan buru-buru keluar dari mobil. ‘Tuan Sopir, kembalilah ke sini lagi,’ pinta Poppy dalam hati. Ancaman Robin barusan sangat membuatnya takut. Dia tahu jika Robin tidak sedang bercanda dan pasti benar-benar akan meletakkan jasad Jerome di depan kamarnya. Poppy harus berhati-hati bicara agar nama Jerome tak keluar dari mulutnya tanpa disengaja. “Kau tidak menjawabku? Apa kau berniat membisikkan nama orang itu dalam tidurmu, seperti kau mengigaukan Rafael?” Poppy mengepalkan tangan agar badannya berhenti gemetar ketakutan. Kemudian, dia menjawab, “Tidak, Tuan Robin. Mulai sekarang, saya hanya akan menyebut nama suami sah saya saat tidur.” Robin tercenung oleh pengakuan Poppy. Darah di sekujur tubuhnya seakan berhenti mengalir karena ikut terkejut. Robin tak salah mendengarnya. Poppy mengungkap isi hati, bahwa is

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   169. Pilihan Robin

    “Wah, aku menunggu kakak iparku, kenapa malah kakakku yang datang?” sambut Rafael dengan nada kecewa yang dibuat-buat.Ketenangan Rafael justru membuat Robin sedikit resah. Dia pikir, Rafael akan kecewa setelah melihat kemunculannya, bukan Poppy. Akan tetapi, Rafael hanya duduk di kursi, tanpa memperlihatkan kekagetan.Kendati demikian, Robin menunjukkan ketenangan. Rafael mungkin hanya menyembunyikan kegelisahan.“Sayang sekali, kau tidak bisa mencuri milikku, Rafael.”“Milikmu apa yang kau maksud? Istrimu atau kerajaan mafiamu?” Rafael menyeringai. “Katakan yang jelas, karena aku menginginkan keduanya.”Robin mengepalkan tangan, menahan diri agar tak gegabah menghadapi Rafael. Melihat keyakinan adiknya, Robin yakin bahwa Rafael telah menyiapkan sesuatu.“Aku sedang sangat sibuk. Katakan apa maumu yang sebenarnya?”Rafael terkekeh sampai memegang perutnya, menganggap pertanyaan kakaknya sangat menggelikan. “Kau benar-benar seperti kakek kita, Robin, selalu menganggapku sedang bermain

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   168. Perangkap

    Robin Luciano telah mendapat kabar bahwa Alice sudah menggantikan istrinya di kamar, Poppy juga telah berada di luar bahaya. Dia tak akan ragu lagi menggunakan senjata, melangkah tegas bersama para pengawal.“Bangun! Sudah saatnya menjebak tikus-tikus sialan itu!” Para pengawal yang tadinya dikabarkan pingsan di dekat gerbang, langsung berdiri tegak setelah mendengar perintah Robin, sandiwara mereka berakhir. Mereka lalu mengikuti di belakang pengawal Robin yang lain.Robin menyeringai dalam kegelapan. Para penyusup itu mematikan listrik sehingga tak ada pencahayaan.“Untung saja aku mengikuti ucapan Antonio.”Saat dalam perjalanan pulang, Robin mendapat informasi baru mengenai pergerakan Rafael dan sekutunya. Dia segera menyiapkan perangkap setelah tahu bahwa Rafael akan mempercepat rencananya.Suara tembakan masih terdengar di dalam kediaman. Namun, Robin tak sedikit pun khawatir. Dia sudah menambah jumlah pengawal khusus tanpa ada yang tahu, serta menyuruh pengawal lama untuk meng

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   167. Orang Kepercayaan

    Poppy terbelalak kaget, dadanya berdebar kencang. Dia ingin berteriak, tetapi tangan seseorang membungkam mulutnya.“Poppy, jangan berteriak dan bicara dengan pelan,” bisik Alice.Poppy melirik ke samping, melihat Alice berjongkok di dekat ranjangnya dengan ekspresi serius. Kemudian, dia mengangguk sebagai jawaban.Saat ini, waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari. Alice biasanya tidur lebih awal, tetapi sekarang tiba-tiba muncul di kamarnya yang seharusnya telah dikunci dari dalam.“Apa yang kau lakukan di sini, Alice? Bagaimana kau bisa masuk?” tanya Poppy sembari duduk.“Dengarkan aku baik-baik, Poppy. Segera temui Nyonya April di lantai satu lewat balkon kamar ini.”“Ap–”Alice kembali membekap mulut Poppy yang akan berteriak. “Ada tangga tali yang sudah kusiapkan di pagar balkon untuk berjaga-jaga kalau terjadi sesuatu. Turunlah dengan tangga itu dan jangan menimbulkan suara.”“Kenapa? Apa yang terjadi?” bisik Poppy dengan suara panik.“Ada penyusup memasuki rumah ini. Semua

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   166. Kawan dan Lawan

    “Tuan Larry!” seru Poppy ternganga. Dia celingukan di sekelilingnya. Beruntung, tak ada orang yang mendengar.‘Tunggu, kalau dia tahu kejadian itu ….’ Wajah Poppy sontak merah padam ketika mengingat Robin pernah menghukumnya di elevator!“Waktu itu aku sedang memperbaiki sandi elevator. Hanya hari itu saja aku tidak sengaja mengintip.”Tampaknya, Larry tahu apa yang pernah terjadi di ruang sempit itu. Dia pasti dapat mencium aroma dari cairan cinta yang tertinggal ketika akan menemui Stefan yang saat itu masih mendiami lantai tiga.Namun, Poppy tentu tak akan menyadarinya. Dia mengurut dadanya, lega karena kejadian memalukan itu tak terlihat siapa pun.“Bukankah kau tadi bilang, aku tidak boleh membicarakan tentangmu. Mengapa kau ikut masuk?” tanya Poppy ketika masuk ke bangunan utama kediaman.“Aku akan menemui ibu palsumu. April adalah teman baikku. Ada yang ingin kubicarakan dengannya.”“Ya ampun, kau selalu membuatku terkejut!”“Kau pasti akan terkejut lagi setelah tahu kalau dia

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   165. Pulang

    Robin masih melihat foto surat Rafael untuk istrinya. Dia tampak bimbang membuat keputusan.“Tuan, rencana besar kita akan dimulai dua hari lagi. Anda bisa mengurus Rafael, sementara saya yang akan memimpin keberangkatan ke Pulau Solterra.” Antonio menunjukkan tekad yang besar dari sorot matanya.Antonio adalah sosok yang dapat dipercaya. Dalam kondisi apa pun, dia masih bisa menjaga ketenangannya. Namun, Robin sedikit khawatir jika Antonio akan meluapkan emosinya ketika penyerbuan dimulai.Ketika Robin datang ke Pulau Solterra malam itu, dia dapat melihat tatapan tajam Antonio saat mendekati Saul, seperti ingin mencekiknya dengan kedua tangannya sendiri. Mungkin karena Saul sedang menyembunyikan Poppy di balik punggungnya, Antonio menahan kemarahannya waktu itu, pikir Robin.“Tidak. Aku akan pergi ke sana bersamamu.”“Tuan, Anda juga tahu jika saya tidak akan berbuat sembarangan hanya karena dendam pribadi saya. Saya bersumpah tidak akan mengacaukan rencana Anda,” ucap Antonio bersun

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   164. Jangan Membenci Rafael

    “Aku aku pernah meyakini jika Nyonya Sienna tidak pernah berselingkuh. Dari sifatnya, kau juga bisa menebak itu, bukan?”Poppy mengangguk.“Tapi, ada saksi mata yang melihat perselingkuhan mereka. Dia adalah Rod, tangan kanan Tuan Dante, sebelum digantikan Luca. Selain itu, ada bukti hasil tes DNA yang menyatakan bahwa Tuan Rafael bukan anak kandung Tuan Stefan.”“Tapi, Tuan Dante bisa memalsukan hasil tes seperti itu dengan mudah, apalagi waktu itu belum maju seperti sekarang. Robin bahkan bisa membuat identitas baru untukku dalam semalam.”Raut wajah Larry yang sebelumnya tenang, kini terlihat keruh, membayangkan masa lalu pahit tuannya. “Kau benar. Aku bisa menyelidikinya lebih dalam, tapi Nyonya Sienna tiba-tiba menghilang, serta meninggalkan pesan bahwa dia sudah tidak bisa hidup bersama dengan Tuan Stefan karena tidak mencintainya lagi … sekaligus membenarkan perselingkuhannya dengan salah satu pengawal kediaman.”“Mustahil …,” gumam Poppy kecewa.“Tuan Stefan pasti mengatakan pa

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   163. Masa Lalu

    Poppy kembali bingung. Apakah Larry berada di pihak Rafael? Namun, sudah jelas jika Stefan mengatakan membenci putra bungsu yang bukan darah dagingnya.“Pengawal Robin di depan pasti akan melapor padanya kalau tahu kau datang dari luar. Aku akan mengantarmu.”“Tunggu sebentar.” Poppy mencegah Larry yang akan berdiri. “Bisakah … kau memberi tahuku … di mana Nyonya Sienna saat ini?”“Mengapa kau ingin tahu?”Meski telah mendengar dari Stefan, tetapi Poppy masih penasaran apakah ucapannya benar atau hanya efek dari kejiwaannya yang terganggu. Poppy ingin tahu dan mencari solusi agar bisa menyembuhkan luka di hati suaminya.“Aku hanya ingin mengenal Robin lebih dalam. Dia tidak akan mengatakannya padaku. Kuharap, dia bisa membagi luka di hatinya denganku.”Larry dapat melihat dengan jelas pipi Poppy merona. Dia tersenyum samar, kembali duduk dengan santai.“Kalau kau tidak keberatan mendengarkanku dan menyimpan rahasia ini dari siapa pun.”Poppy segera mengangguk. Larry lalu mulai berceri

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   162 Menantumu

    Larry baru kali ini bertatap muka dengan Poppy dalam jarak yang cukup dekat. Rupanya, ada alasan khusus mengapa Robin memilih wanita ini, pikirnya. Perawakan dan rambut Poppy hampir mirip dengan Sienna. “Kau … siapa? Mengapa kau ada di sini?” Stefan mendadak sadar jika Poppy bukanlah istrinya.Saat ini, Poppy dan Stefan bersimpuh di lantai. Mereka baru selesai menenangkan diri setelah menangis cukup lama. ‘Mungkinkah dia terlalu banyak menangis sehingga pandangannya menjadi jernih dan melihatku bukan sebagai istrinya lagi?’ batin Poppy bertanya-tanya.“Aku bertanya padamu! Jangan membuatku mengulang pertanyaanku dua kali! Apa kau gadis bayaran papaku untuk menggodaku?!” sergah Stefan. Caranya membentak, bahkan kalimatnya sangat mirip dengan putranya.“Saya adalah menantu Anda. Istri Robin Luciano.”Poppy melirik ke arah Larry yang sudah membuka mulut akan mencegahnya menjawab jujur. Seharusnya Poppy tidak mengatakan identitasnya, sebab Stefan masih menganggap Robin masih seperti bel

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   161. Papa Mertua

    Poppy ternganga, panik bukan main hingga membeku di tempat. Dia tak sempat bereaksi dan hanya memejamkan mata dengan erat ketika Stefan sudah berada di hadapannya, seakan-akan ingin menusuknya.“Pengawal sialan! Kau berani menyentuh istriku, hah?! Aku akan membunuhmu!”“Hentikan!” jerit Poppy dengan suara melengking tinggi. Dia segera membuka mata ketika tak mendengar pergerakan di sekitarnya.Stefan yang sudah berada di dekatnya, hampir menusuk pengawal yang tetap diam dengan tenang, tiba-tiba berhenti bergerak setelah mendengar teriakannya. Pisau dapur di tangan Stefan langsung terjatuh dari genggaman, beruntung tak mengenai kakinya.“M-maaf … aku tidak bermaksud berteriak …,” sesal Poppy, takut membuat Stefan semakin marah. Poppy mundur perlahan, menatap salah satu pengawal untuk meminta pertolongan. Namun, tak ada yang mendekat atau hanya terlihat ingin menolongnya.Para pengawal itu tetap waspada meski diam saja. Mereka tak mau membuat kemarahan Stefan semakin menjadi-jadi.Stef

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status