Home / Romansa / Ternyata Bosku Mantanku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Ternyata Bosku Mantanku: Chapter 41 - Chapter 50

108 Chapters

Bab 41. Kecurigaan Bara 

Seluruh tamu undangan dibuat terkejut melihat dua pria terjun ke kolam membantu satu wanita. Dua pria tampan itu bahkan secara terang-terangan menyelamatkan Bintang—yang menjadi korban. Mereka tampak sangat panik—dan yang pertama kali meraih tubuh Bintang adalah Bara. “Biarin Bintang sama gue!” seru Mario kesal melihat Bara memeluk tubuh Bintang. Bintang terbatuk-batuk, berusaha mengambil napas. “Lo nggak lihat, Bintang batuk kayak gini? Lo dateng ke sini sama Bintang, tapi jagain dia aja lo nggak bisa!” seru Bara, dengan tatapan tajam menatap Mario. Mario kalah telak, tak bisa merespon ucapan Bara. Sangat wajar jika Bara menyalahkan dirinya. Sebab, dia merasa sangat ceroboh sampai tak becus dalam menjaga Bintang. Hal ini yang membuat Mario juga marah pada dirinya. Tanpa berkata apa pun lagi, Bara keluar dari kolam renang seraya memapah tubuh Bintang dengan gaya bridal. Kehabisan energy yang membuat Bintang tak berdaya di kala Bara memapahnya. Bahkan wanita cantik itu tak memedul
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 42. Mencari Tahu 

Lidah Bintang menjadi kelu mendadak di kala mendengar pertanyaan Bara. Aura wajahnya menunjukkan kepanikan nyata. Suara yang ingin dia keluarkan seakan tertahan di tenggorokan, hingga membuatnya tak bisa sama sekali mengeluarkan suara. Otaknya blank, dan wajahnya sekarang memucat. Pertanyaan Bara bagaikan pisau yang menikam jantungnya. Bima mengerjap beberapa kali mendengar pertanyaan Bara. “Bima panggil Om Mario dengan sebutan Om, karena Om Mario adalah teman Mama, bukan Papa Bima.” Seketika jawaban Bima membuat raut wajah Bara berubah. Sepasang iris matanya tajam menunjukkan aura emosi tertahan. Gelombang emosi, marah, rasa ingin tahu, penasaran mendera telah melebur menjadi satu. “Om Mario bukan papamu?” ulang Bara lagi, mendesak ingin tahu. Bima mengangguk, dengan raut wajah polos. “Iya, Om. Om Mario bukan Papa Bima. Mama bilang kalau Papa ada di—” “Bima, masuk ke dalam. Ini sudah malam. Angin malam kencang bisa membuatmu sakit,” potong Bintang dengan raut wajah panik. Bima
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 43. Kangen Papa 

Bintang terbaring di ranjangnya, matanya menatap langit-langit kamar yang gelap. Pikiran-pikirannya melayang jauh ke masa lalu, saat dia dan Bara masih bersama. Kenangan-kenangan indah itu kini terasa seperti bayangan samar, terhalang oleh kabut kesedihan yang menyelimuti hatinya. Wanita itu teringat tawa Bara, senyumnya yang hangat, dan semua momen berharga yang mereka lalui bersama. Namun, semua itu kini hanya tinggal kenangan.“Bintang, apa yang kamu pikirkan?” gerutu Bintang kesal, karena dirinya malah mengingat kenangan bersama Bara. Bintang mengatur napasnya, meneguhkan diri bahwa hubungannya dengan Bara sudah berakhir. Kisahnya dan Bara telah usai, tak perlu diingat lagi. Dia harus ingat bahwa Bara telah bahagia dengan kehidupannya. Apa yang terjadi malam ini, hanya permainan takdir. Bintang datang ke pesta untuk menemani Mario, tapi takdir kerap mengajaknya bercanda. Wanita cantik itu bertemu dengan Bara di pesta, hingga kejadian di mana Bintang tercebur di kolam akibat ulah
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 44. Informasi Tentang Bima 

Aura wajah menunjukkan ketegangan terlihat jelas di wajah Bara. Pria tampan itu berdiri di ruang kerjanya yang ada di apartemen pribadinya. Dia tak datang ke kantor, tapi sudah mendapatkan laporan dari HRD-nya bahwa Bintang akan datang terlambat, karena putra Bintang sedang sakit. Mendengar laporan itu, membuat hati Bara menjadi tidak tenang. Apalagi kondisinya, dia belum mendapatkan informasi yang dia butuhkan tentang putra Bintang. Hal itu membuat Bara tak nyaman sama sekali. Kepalanya selalu berputar mengingat perkataan Bintang, yang mengatakan bahwa Bima adalah putra Mario. Namun, ternyata fakta tak seperti itu. Anak kecil tak mungkin berbohong. Terlebih kondisi secara spontan. Bara mendengar jelas bahwa Bima—putra Bintang itu—menjawab pertanyaannya, mengatakan secara jelas bahwa Mario bukan ayah Bima. Itu yang membuat Bara tak tenang, bahkan semalaman ini tak bisa tidur. Hati Bara tergerak seakan memaksanya ingin mendatangi apartemen Bintang. Dia ingin memberondong banyak pert
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 45. Pengumuman Bara Gunawan 

Datang ke kantor di siang hari, membuat Bintang menjadi pusat perhatian. Padahal, dia sudah meminta izin untuk datang di siang hari, tapi ternyata tetap membuatnya menjadi pusat perhatian para karyawan—seakan dirinya ini istimewa. Fakta yang ada tidak sama sekali dirinya diistimewakan. Dia izin karena ada alasan yaitu anaknya sakit. Suara bisikan terdengar di telinga Bintang. Banyak karyawan yang menganggap dirinya ini mendapatkan hak istimewa. Pun bahkan tatapan benci terlihat jelas. Bagaimana tidak? Kejadian Wilona tempo hari yang bertengkar dengan divisi lain, karena membela Bintang, membuat para karyawan lain juga turut mendapatkan hukuman dari Bara. Bntang tak memiliki kuasa untuk mencegah Bara. Wanita cantik itu sebenarnya tak ingin Bara memberikan hukuman berat pada karyawan Gunaraya Group, tetapi Bintang mengenal sifat keras Bara. Tidak, bahkan sekarang sifat Bara jauh lebih keras dan arogan daripada yang dulu. Hal tersebut yang membuatnya hanya diam, tak bisa memberikan pen
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 46. Berhenti Melewati Batas!

Kaki Bintang terasa lemas di kala tiba di ruang kerja Bara. Tampak jelas kepanikan membentang di wajah wanita itu. Tak bisa menampik bahwa rasa takut mendera dalam dirinya, mengingat tentang tadi malam. Namun, dia berharap bahwa Bara tak memperpanjang tentang tadi malam. Bintang mengatur napasnya, berusaha untuk bersikap tenang, walau jujur saja hatinya merasakan takut. Wanita itu berharap tujuan Bara memanggilnya, karena pekerjaan, bukan tentang ucapan Bima tadi malam. “Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu.” Bara duduk di kursi kerjanya, menatap dingin Bintang. Tatapan pria tampan itu penuh rasa intimidasi yang kuat, hingga membuat tubuh Bintang merinding ketakutan. “Apa yang ingin Anda tanyakan, Pak?” tanya Bintang, pelan, dan sangat formal.Bara tak langsung mengeluarkan suara. Pria tampan itu mengawasi Bintang, dengan tatapan saksama dan lekat. “Tadi malam, kamu tercebur ke dalam kolam renang, karena Nadia, kan?” tanyanya menduga. Bara tampak sengaja membahas tentang kejadi
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 47. Tindakan Jahat Tak Diketahui

Bintang melangkah keluar dari gedung kantornya, melihat jam di ponselnya yang menunjukkan waktu sudah lewat dari jam pulang. Wanita cantik itu menghela napas, merasa lelah dengan segala hal yang dia alami tadi. Pikirannya sekarang benar-benar sangat kacau. Bintang memutuskan pulang dalam keadaan Bara masih di ruang kerja. Dia bahkan tak berpamitan, karena merasa canggung akibat kejadian tadi. Dia merasa sudah tidak waras, karena telah melakukan hal gila tadi. Terbawa suasana membuat otaknya tidak berfungsi dengan baik. Saat Bintang hendak menuju halte busway, entah kenapa hati dan pikirannya terasa sangat melelahkan. Dia memutuskan untuk menunggu di depan gedung—di mana taksi biasanya lewat. Hati dan pikiran yang kacau, membuatnya ingin tenang, dan tak bertemu banyak orang. Sementara jika dirinya menggunakan busway, maka dia harus siap dengan banyak orang yang berada di dalam bus. Tak selang lama, taksi melewati Bintang. Detik itu juga, Bintang menghentikan taksi, lalu di kala taks
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 48. Pertolongan Datang Tepat Waktu

Suara dering ponsel membuat Bintang yang sempat memejamkan mata, langsung membuka kedua matanya. Wanita cantik itu merogoh ponselnya dari dalam tas, dan melihat nomor Bara terpampang di layar di sana. “Ck! Ada apa pria itu menghubungiku?!” gerutu Bintang kesal. Bintang tak langsung menjawab panggilan telepon dari Bara. Dia berpikir sejenak, karena merasa ragu. Hatinya masih bergemuruh tak menentu mengingat kejadian tadi siang. Andai saja dia menolak ciuman itu, maka dia tak akan menjadi seperti orang bodoh. “Apa yang harus aku lakukan?” gerutu Bintang lagi. Tiba-tiba, sang sopir taksi menginjak rem mendadak membuat ponsel Bintang terjatuh ke bawah, dan tanpa disengaja Bintang telah menggeser tombol hijau—yang mana panggilan sudah terhubung. Namun, Bintang tidak menyadari hal itu. “Ada apa, Pak?” tanya Bintang pada sang sopir taksi. Sang sopir taksi tersenyum licik, tanpa merespon ucapan Bintang. Kening Bintang mengerut dalam di kala sang sopir taksi tak memberikan respon padany
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 49. Berhenti Membuatku Khawatir! 

Bara membawa Bintang ke apartemennya. Pria tampan itu memiliki alasan sendiri, kenapa dirinya membawa Bintang ke apartemennya. Alasan yang pasti adalah dia ingin memastikan Bintang aman, tidak ada penjahat lagi yang berusaha mendekat. Satu-satunya cara memastikan yaitu tetap membuat wanita itu berada di dekatnya. Polisi sudah menangkap penjahat itu. Beruntung, Andi datang tepat waktu di kala mendapatkan perintah dari Bara. Hal itu yang membuat Bara tidak perlu menunggu lama di lokasi kejadian. Tentu dia tak ingin berada di tempat itu berlama-lama, karena pasti meninggalkan trauma untuk Bintang. “Pakai ini. Andi baru bisa kirim baju baru besok. Sementara kamu pakai kausku,” ucap Bara memberikan kausnya berwarna biru tua, pada Bintang. Bintang meraih kaus yang diberikan oleh Bara. “Terima kasih sudah menyelamatkanku. Aku nggak tahu, gimana hidupku kalau kamu nggak datang tepat waktu,” ucapnya pelan, dengan kepingan memori buruk di benaknya. Sungguh, jika bukan karena Bara datang tepa
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

BAB 50. Mengantar Bintang Pulang

Bintang terbangun dengan lembut saat sinar matahari pagi menyelinap melalui celah gorden yang setengah terbuka. Cahaya hangat itu menyentuh wajahnya, membangunkannya dari mimpi yang membuatnya ketakutan. Beberapa kali wanita itu mengatur napas, mengingat mimpi buruk yang tadi malam dia alami. Beruntung, itu hanya sekadar mimpi semata. Perlahan, Bintang mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang menyilaukan. Namun, saat kesadarannya kembali, ingatan akan kejadian buruk yang menimpanya langsung menghantamnya seperti gelombang besar.Malam itu, ketakutan menyelimuti diri Bintang. Dia hampir menjadi korban pemerkosaan, terjebak dalam situasi yang sangat mengerikan. Suara tawa dan desakan dari pria yang tidak dikenal masih terngiang di telinganya. Bintang menggigit bibirnya, merasakan kembali ketegangan yang mengalir dalam darahnya. Namun, di tengah kegelapan itu, Bara muncul seperti cahaya di ujung terowongan. Ya, Bara telah berhasil menyelamatkannya dari bahaya
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status