Home / Romansa / Ternyata Bosku Mantanku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Ternyata Bosku Mantanku: Chapter 31 - Chapter 40

108 Chapters

Bab 31. Terjebak Hujan 

Anggukkan di kepala sang satpam akan pertanyaan Bintang, membuat wanita cantik itu terdiam terkejut. Dia merasa dirinya salah mendengar, tapi fakta yang ada sejak tadi Bara menatap dirinya. Pun tak mungkin satpan yang ada di hadapannya ini berbohong padanya. Tiba-tiba gelegar petir mengeras. Kilatnya begitu tampak di langit gelap. Cahaya petir seakan membelah langit—sontak membuat tubuh Bintang bergetar ketakutan. Secara tak sengaja, Bintang juga menjerit akibat keterkejutannya. “Bu, ayo masuk ke mobil Pak Bara. Hujan sepertinya semakin besar,” kata sang satpam mengingatkan Bintang. “Tapi—” Bintang bingung untuk menjawab, karena jujur dia merasa tidak enak jika harus menumpang di mobil Bara. Akan tetapi, dalam keadaan hujan seperti ini bagaimana dia bisa pulang? Bara yang ada di dalam mobil, menatap dingin Bintang yang gelisah menunjukkan keraguan. Meski tak mendengar percakapannya dengan satpam, tapi dia sudah yakin akan apa yang dikatakan oleh Bintang. Bara mulai kesal, karena
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 32. Sadar Diri 

“Aku ingin pesan dua kamar,” ucap Bara pada sang resepsionis yang menyambutnya dengan ramah. Dia dan Bintang telah tiba di hotel yang terdekat di mana mereka berada. Hujan turun masih deras, dua insan itu masih dalam keadaan basah kuyub. Sang resepsionis tersenyum sopan. “Maaf, Pak, kamar kami hanya tinggal satu saja. Hari ini kebetulan kami sudah full, dan tersisa satu kamar.” Bara mengangguk singkat. “Ya sudah, saya pesan satu kamar,” ucapnya sambil menyerahkan kartu identitas. “Baik, Pak. Mohon ditunggu.” Sang resepsionis segera memproses pesanan Bara. Sementara Bintang tampak dibuat terkejut. Bagaimana tidak? Bara hanya memesan satu kamar saja. Jadi, wajar jika Bintang sekarang sangat terkejut. “Bara—” “Ini, kuncinya, Pak. Kamar Anda ada di lantai tiga,” ucap sang resepsionis seraya menyerahkan kunci pada Bara. “Thanks.” Bara mengambil kunci dan kartu identitasnya, lalu menggenggam tangan Bintang, menuju lift terdekat. Tampak jelas Bintang dari tadi mendelik penuh rasa bing
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 33. Pagi yang Mengejutkan 

Matahari pagi mulai menyinari kota dengan lembut. Cahayanya menembus sela-sela jendela kamar, menciptakan bayangan hangat di atas lantai. Bintang, yang terbaring di atas ranjang, merasakan kehangatan sinar matahari yang menyentuh wajahnya. Perlahan, dia membuka matanya, mengerjapkan beberapa kali untuk menyesuaikan diri dengan cahaya yang terang.Namun, saat pandangannya mulai jelas, betapa terkejutnya dia melihat sosok di sampingnya, melihat—Bara terbaring di sampingnya, memeluknya dengan erat. Jantung Bintang berdegup kencang, dan seolah waktu berhenti sejenak. Dia tidak bisa memercayai apa yang dilihatnya. Dalam kebingungan dan rasa panik, Bintang langsung melompat dari tempat tidur dan menjerit.“Aaaaa! Bara! Apa yang kamu lakukan di sini?!” jerit Bintang cukup kencang. Suara jeritannya menggema di dalam kamar, membuat Bara terbangun dengan cepat. Dia mengerjapkan matanya, tampak bingung dan terkejut. “Bintang? Kenapa kamu teriak?!” tanyanya, dengan nada kesal, sambil mengusap wa
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 34. Rencana Licik Della  

“Terima kasih atas kebaikanmu, Bara, maaf maksud saya Pak Bara.” Bintang mengatakan ini di kala mobil Bara sudah tiba di lobi perusahaan. Jam sudah menunjukkan jam kantor, maka dia harus kembali bicara dengan bahasa formal pada Bara. Meski sebenarnya, kejadian kemarin masih terus terngiang di benaknya. “Simpan terima kasihmu.” Bara turun dari mobil, dia meminta satpam memarkirkan mobilnya, dan Bintang juga segera turun dari mobil, melangkah sedikit menjauh, tapi tetap saja meski menjauh tatapan semua orang di lobi teralih pada Bara dan Bintang. Bintang mengatur napasnya, berusaha untuk tenang. Dia sedikit menunduk menghindari banyak mata yang melihat dirinya dan Bara. Dalam hati dia merasa tidak nyaman akan tatapan banyak orang ini padanya. Namun, apa boleh buat? Nasi sudah menjadi bubur. Orang sudah banyak yang melihat dirinya diantar oleh Bara ke kantor. Nanti, dia akan mencari alasan yang masuk akal jika ditanya oleh Wilona ataupun temannya yang lain. Tiba-tiba ada sosok yang mu
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 35. Perkelahian 

Bintang duduk di sudut ruang makan, mencoba menikmati makan siangnya. Namun, suasana yang seharusnya santai itu terasa tegang. Dia bisa merasakan tatapan para karyawan Gunaraya Group yang mengarah padanya, bisikan-bisikan yang tak bisa dihindari. Setiap kali dia mengangkat sendok, seolah-olah semua mata tertuju padanya, menilai, dan membicarakan hal-hal yang tidak seharusnya.Wilona, yang duduk di sebelahnya, menyadari ketidaknyamanan Bintang. Dia menggenggam tangan Bintang dan berkata, “Hey, jangan pedulikan mereka. Mereka hanya mencari bahan gosip. Kamu tahu siapa dirimu, dan itu yang terpenting.” Wilona mengetahui tentang kejadian di mana Bintang terjebak hujan dengan Bara. Tadi, sebelum makan siang, Bintang menceritakan. Pun saat itu kebetulan Wilona bertanya pada Bintang alasan kenapa Bintang bisa hari ini berangkat bersama dengan Bara. Ya, di kala Bintang menjelaskan, tentu Wilona terkejut. Namun, Wilona memilih percaya pada Bintang, dan tak menghujat Bintang seperti yang lain.
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 36. Ketegasan Bara 

Keheningan membentang di kala mereka semua melihat Bara datang. Pun posisi Bara saat ini masih dalam posisi memeluk erat tubuh mungil Bintang. Aura ketegasan membentang membuat seluruh orang di sana merinding ketakutan akan melihat sosok Bara. “B-Bara?” Bintang bergumam pelan, mendongakkan kepalanya, menatap Bara yang masih memeluknya. Dia bisa melihat jelas tatapan mata Bara begitu tajam, dan menusuk menunjukkan amarah yang berkobar. Bara tak mengindahkan panggilan Bintang. Pria rampan itu membenarkan posisi Bintang, berdiri tegak, lalu tatapannya menatap Wilona dan Ratih yang sudah tak lagi berkelahi. Dua wanita itu menunduk di hadapan Bara. “Kalian berdua ikut saya ke ruangan!” seru Bara dengan nada geraman, penuh emosi. Wilona dan Ratih kompak menganggukkan kepala mereka. Bara mengalihkan pandangannya pada seluruh karyawan. “Untuk kalian semua yang menyorakan Wilona dan Ratih, dan tidak membantu melerai perkelahian, maka gaji kalian akan dipotong lima puluh persen. Setelah in
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 37. Mengingat Adanya Pesta 

Tatapan mata Bintang, tak lepas menatap Bara dengan penuh arti khusus. Jutaan pertanyaan muncul di kepala Bintang, tapi dia masih tetap diam seribu bahasa. Dia masih dalam keadaan membiarkan Bara memegang lengannya, dan sesekali dia mengembuskan napas pelan, berusaha mencari oksigen, karena kepalanya saat ini pusing luar biasa. “Bara, apa yang udah kamu lakukan?” tanya Bintang pelan, berbicara dengan bahasa non formal. Ya, dia ingin meminta penjelasan pada Bara, dan lidahnya tak bisa jika bicara non formal. “Kenapa kamu hanya diam, ketika ada yang merendahkanmu? Harusnya yang berkelahi dengan Ratih adalah dirimu, bukan malah Wilona!” seru Bara keras, tak mengindahkan pertanyaan Bintang. Setelah fakta terkuak alasan pertengkaran antara Wilona dan Ratih, detik itu juga Bara langsung emosi, karena seharusnya yang bertengkar adalah Bintang dan Ratih. Bukan Wilona dan Ratih. “Apa yang kamu harapkan? Kamu ingin aku mencakar wajah Ratih saat dia merendahkanku? Atau kamu ingin aku menjam
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 38. Penampilan yang Sangat Memukau 

Bintang berdiri di depan lemari pakaiannya, mengacak-acak isi lemari yang penuh dengan pakaian sehari-hari. Dia merasa bingung dan sedikit panik. Malam ini adalah pesta yang harus dia hadiri bersama Mario. Namun, dia tidak memiliki satu pun gaun yang layak untuk acara tersebut. Hanya ada beberapa pakaian formal kantor, dan satu atau dua dress sederhana yang sudah usang.“Bagaimana ini?” gumam Bintang pada diri sendiri, sambil menghela napas panjang. “Aku nggak bisa pergi ke pesta dengan penampilan seperti ini. Aku nggak mau mempermalukan Mario.” Bintang jarang sekali berbelanja. Sejak memiliki Bima, uangnya selalu dia fokuskan untuk putra kesayangannya. Pakaian yang dia miliki lebih banyak pakaian kantor. Adapun beberapa dress, tapi sepertinya tidak layak untuk hadir di pesta para pengusaha. Bintang rasanya tak ingin hadir, karena dia tak ingin mempermalukan Mario. Namun, dia sudah berjanji pada Mario bahwa dirinya akan menemani pria itu. Selama ini, Mario banyak membantunya. Dia ta
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 39. Ciuman Ledakan Amarah

Pesta diadakan di sebuah hotel ternama di Kawasan Jakarta Pusat. Pesta yang diatur di lantai paling atas dengan nuansa ada kolam di tengah sebagai penghias. Suasana hotel mewah dipenuhi dengan kemewahan dan kilauan lampu yang berkilau. Pesta megah yang diadakan oleh seorang pengusaha ternama itu menarik perhatian banyak orang. Bintang berdiri di samping Mario, yang tampak percaya diri dalam setelan jasnya yang rapi. Meskipun dia merasa terhormat diundang ke acara ini, Bintang tidak bisa menahan rasa malu yang menggelayuti hatinya. Tentu dia bisa hadir di pesta mewah ini karena Mario. Jika bukan karena Mario, dia tak akan mungkin ada di pesta ini. “Jangan khawatir, Bintang. Kamu terlihat luar biasa,” kata Mario, memberikan semangat.Bintang hanya tersenyum, meskipun hatinya berdebar-debar. Dia mengenakan gaun gold yang indah, hasil bingkisan dari Mario, tetapi merasa tidak pantas berada di antara orang-orang kaya dan berpengaruh.Saat mereka melangkah, Bintang melihat sekeliling. Par
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 40. Kecurigaan Membentang 

Bara tak henti memagut bibir Bintang dengan liar, meledakan semua rasa dalam diri. Otaknya tak bisa berfungsi dengan baik di kala ciuman itu semakin panas. Sementara Bintang yang tadi berontak mulai lemah tak bertenaga di kala ciuman itu semakin menggebu. Bara dan Bintang seperti terjebak di dalam lingkaran api yang membuat mereka terjerat. Mereka tak bisa lepas. Sekeras apa pun mereka berlari, kenangan yang mereka miliki terlalu dalam, hingga tak bisa sama sekali teratasi. Tiba-tiba, kepingan memori Bara tentang luka yang diberikan Bintang muncul. Detik itu juga Bara melepaskan ciuman itu, dan menjauh dari Bintang beberapa langkah. Pun sama halnya dengan Bintang yang menjauh dari Bara. “Apa yang sudah kamu lakukan, Bara?!” seru Bintang, menahan air matanya. Bara terdiam, masih belum bisa menjawab apa pun perkataan Bintang. Bintang mati-matian menahan air matanya agar tidak tumpah. “Kamu udah nggak waras! Udah aku berkali-kali bilang sama kamu, lupain aku! Jangan pernah—” “Kamu
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more
PREV
123456
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status