Home / Romansa / Ternyata Bosku Mantanku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Ternyata Bosku Mantanku: Chapter 51 - Chapter 60

108 Chapters

Bab 51. Dalang di Balik Penculikan Bintang 

Langkah kaki Bara tegas, dengan sorot mata dingin terhunus pada Mario yang berdiri di lobi apartemen. Tampak jelas aura kemarahan pria tampan itu terlihat jelas. Sementara Mario tetap tenang di tempatnya, tak menunjukkan kemarahan sedikit pun. Pasalnya memang Mario tidak pernah menaruh dendam pada Bara. “Ngapain lo ke sini?!” bentak Bara kala tiba di depan Mario. “Gue ke sini, karena ingin bertemu Bintang. Gue nggak punya urusan sama lo. Jadi, lebih baik jangan ikut campur,” jawab Mario tetap tenang, meski mendapatkan tatapan tajam dari Bara. Mendengar apa yang dikatakan Mario, membuat Bara langsung mencengkeram kerah bajunya. “Lo itu nggak dibutuhin! Pergi dari sini!” bentak Bara keras. Mario tersenyum samar. “Lo lupa, gue punya hubungan khusus sama Bintang? Kenapa lo malah larang gue ketemu dia? Lo pikir siapa diri lo? Lo itu nggak dibutuhin!” Aura kemarahan di wajah Bara terlihat jelas, terlebih mendengar apa yang Mario katakan. Detik itu juga yang dilakukan Bara adalah melaya
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 52. Emosi Bara yang Membakar Diri 

“Kenapa ini bisa terjadi, Bodoh!” gelegar Della keras pada salah satu orang kepercayaannya yang berdiri di hadapannya, dengan kepala yang masih tertunduk. Aura wajah wanita paruh baya itu menunjukkan jelas kemarahan yang tak terkira. “Maaf, Bu. Saya sudah mengatur agar pria yang Anda bayar menjalankan aksinya dengan lancar, tapi—” “Tapi kamu gagal?! Iya?!” bentak Della lagi tak kuasa menahan emosi pada Bondan—yang tak bisa menahan gejolak emosi di dalam dirinya. Tampak jelas kilat mata wanita paruh baya itu memancarkan kemarahan yang tak terkira. Bondan menundukkan kepalanya. “Bu, ini karena putra Anda.” Kening Della mengerutkan keningnya. “Putra saya? Kenapa dengan putra saya?” tanyanya tak mengerti, akan maksud dari orang kepercayaannya itu. Bondan tampak bingung untuk menjawab pertanyaan Della. “Bu—” “Bicara yang jelas, Bondan! Kamu ini jangan membuatku semakin emosi!” bentak Della lagi tak sabar ingin tahu. “Aku yang menyelamatkan Bintang!” Suara Bara menggema keras, melang
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 53. Meminta Bantuan  

Bintang melangkah masuk ke sebuah restoran yang terletak tak jauh dari Gunaraya Group. Suasana di dalamnya hangat dan sedikit ramai, dengan aroma masakan yang menggugah selera memenuhi udara. Jam makan siang baru saja dimulai, dan para pengunjung tampak menikmati hidangan mereka sambil berbincang dengan rekan kerja.Bintang mencari-cari sosok Mario di antara meja-meja yang dipenuhi orang. Akhirnya, dia melihat pria yang di acari ternyata duduk di sudut restoran, mengenakan kemeja biru yang rapi dan tampak menunggu dengan sabar. “Mario, maaf membuatmu menunggu.” Bintang duduk di hadapan Mario, dengan senyuman hangat di wajahnya. Wanita cantik itu menepati janji ketika jam makan siang tiba, akan bertemu dengan Mario. Mario tersenyum hangat. “Nggak apa-apa. Aku juga baru aja sampai. Makasih sudah datang, Bintang.” “Aku sudah janji akan makan siang sama kamu. Nggak mungkin aku inkari janji aku,” jawab Bintang hangat. Mario mengangguk. “Aku sudah memesan tenderloin steak. Kalau misalka
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 54. Hasil Test DNA Bara dan Bima 

Bara melangkahkan kakinya hendak menuju ke ruang kerjanya, tetapi langkahnya seketika terhenti di kala melihat kursi meja kerja Bintang kosong. Pria tampan itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya—melihat ini jam makan siang. Namun, seketika kepingan memori Bara mengingat akan percakapan singkat Bintang dan Mario kemarin tentang rencana Mario mengajak Bintang makan siang bersama. Bara mengembuskan napas kasar seraya mengepalkan tangan kuat. Emosi di dalam diri tak bisa lagi teratasi. Hal yang paling dia benci adalah Bintang terus menerus menunjukkan kedekatan pada Mario. Ini memang terdengar gila. Dia membenci Bintang dekat dengan Mario, tetapi sialnya dia tak bisa membenci begitu dalam pada sosok Bintang—yang selalu menghancurkan segala hal di pikirannya. Bara memejamkan mata singkat, dan memilih untuk masuk ke dalam ruang kerjanya. Pria tampan itu tahu bahwa sekeras apa pun dia akan tetap percuma, karena tetap dirinya dan Bintang memiliki batasan—di mana dia tak
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 55. Menunggu Bom Waktu 

Bintang duduk di kursi kerjanya, kembali melanjutkan pekerjaannya setelah tadi dirinya selesai makan siang bersama dengan Mario. Sungguh, hingga detik ini hati Bintang benar-benar merasa tidak enak menolak tawaran Mario, tetapi dirinya sendiri tak bisa memaksakan diri. Bintang sadar bahwa selama ini terlalu banyak hal yang Mario lakukan untuknya. Bahkan Mario rela hingga dibenci Bara, karena dirinya. Namun, pindah bekerja bukan sebuah solusi hanya karena dirinya merasa tak enak pada Mario—yang selama ini terus menerus menolongnya. Suara dering telepon masuk terdengar, membuat Bintang membuyarkan lamunannya. Wanita cantik itu menoleh, dan mengambil gagang telepon—langsung menjawab telepon yang dia tahu itu adalah panggilan dari Bara. “Halo, Pak?” jawab Bintang sopan kala panggilan terhubung. “Segera ke ruanganku sekarang,” titah Bara tegas dari seberang sana, dan langsung mematikan panggilan secara sepihak di kala sudah memberikan perintah. Bintang menghela napas dalam mendapatkan
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 56. Pertemuan dengan Bima di Taman

“Den Bima, jangan main jauh-jauh. Nanti Mbok Inem dimarahi ibu,” ucap Mbok Inem berlari mengejar Bima yang sejak tadi tampak sangat aktif di taman dekat apartemen. Bocah laki-laki itu seakan memiliki energy penuh yang tidak mengenal kata lelah. Lihat saja bocah laki-laki itu sekarang mengejar layangan yang dimainkan oleh anak-anak lain. “Mbok, nggak usah kejar Bima. Bima main sendiri saja,” kata Bima yang semangat mengejar layangan. Bocah laki-laki itu tampak enggan mendengar permintaan dari pelayan sekaligus pengasuhnya. Bima berlari semakin jauh, dan Mbok Inem tak sanggup mengejar Bima. Mbok Inem duduk di taman sambil mengatur napasnya. Ya, Bima tampak sangat aktif. Bayangkan saja bocah laki-laki itu seperti tak pernah mengenal kata lelah sedikit pun. “Yeay! Layangan ayo sini main sama Bima!” pekik Bima sambil mengejar layangan berwarna biru. Bocah laki-laki itu memekik bahagia dan tertawa melihat layangan mengudara begitu tinggi. Bima melompat-lompat kegirangan, dan tanpa seng
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 57. Membelikan Mainan untuk Bima 

“Ya Tuhan, Den Bima! Mbok Inem kelimpungan cari Den Bima,” seru Mbok Inem di kala Bima telah diantar oleh Bara mendekat padanya. Wanita paruh baya itu sudah mondar-mandir mencari Bima, tapi kehilangan jejak. Hal itu tentu saja membuatnya sangat khawatir dan takut hal buruk menimpa Bima. Sebab, bagaimanapun Bintang telah menitipkan Bima padanya agar dijaga dengan baik. Bima tersenyum manis pada Mbok Inem. “Mbok, jangan khawatir. Bima tadi bersama dengan Om Keren. Mbok ingat, kan? Om Keren ini teman Mama,” jawabnya dengan riang. Meskipun Bima masih berusia tiga tahun, tapi bocah laki-laki itu sangat pandai berbicara. Pun ucapan yang terucap sangat jelas—hingga membuat para orang dewasa mengerti akan ucapan bocah laki-laki itu. Mbok Inem menatap sopan Bara yang mengantarkan Bima. “Maaf, Pak, kalau tidak salah bapak ini teman Bu Bintang, ya?” tanyanya sopan, berusaha mengingat lagi sosok Bara yang pernah dia lihat. Usia yang sudah tak lagi muda, tentunya membuat Mbok Inem sedikit lupa.
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 58. Adanya Kejanggalan

Bintang baru saja pulang dari kantor, lelah tapi sedikit tenang, Hari ini Bara banyak menghabiskan waktu di luar, tapi entah ke mana. Kini Bintang sudah tiba di lobi apartemennya. Dia melangkah masuk ke dalam lift, menuju unit apartemennya berada. Bintang tidak pulang dengan tangan kosong. Wanita cantik itu menggenggam kotak kebab yang masih hangat, aroma daging dan rempahnya menggoda selera. Dia tahu betapa Bima, putranya, sangat menyukai kebab, dan hari ini dia ingin memberikan kejutan kecil untuknya. “Bima! Mama bawa kebab kesukaanmu!” seru Bintang sambil tersenyum, memasuki apartemen. “Mama sudah pulang?” Bima tersenyum bahagia melihat ibunya sudah pulang. Bintang menundukkan tubuhnya, bersejajar dengan tubuh Bima. “Iya, Sayang. Mama sudah pulang. Mama membawakan kebab untukmu.” Bima memeluk ibunya, dengan mata berbinar penuh semangat. “Kebab! Kebab! Yeay!” teriaknya, melompat-lompat kegirangan. Bintang tersenyum bahagia di kala Bima tampak senang. Namun, tiba-tiba tatapanny
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 59. Kembali Ingin Membuat Onar

Pagi itu, sinar matahari mulai merayap lembut melalui celah-celah tirai jendela, menciptakan pola-pola cahaya yang menari di atas lantai. Suara burung berkicau di luar, seolah menyambut hari baru dengan penuh semangat. Namun, di dalam hati Bintang, suasana pagi yang cerah itu terasa kontras dengan perasaannya yang gelisah.Kegelisahan dalam diri Bintang muncul melihat Bima tampak bahagia menaiki mobil-mobilan yang dibelikan oleh Bara. Tentu perasaan Bintang sangat campur aduk. Selama ini yang Bintang tahu adalah Bara tak menyukai Bima, tapi kenapa sekarang tiba-tiba pria itu membelikan hadiah untuk putranya? Sejak tadi malam, Bintang merasa ada yang aneh. Tidak mungkin secara tiba-tiba Bara membelikan hadiah untuk Bima. Namun, jika ada alasan khusus, apa kiranya alasan Bara membelikan mainan untuk Bima? Hal ini menjadi teka teki yang seakan sulit terpecahkan. “Yeay, Mbok Inem, lihat Bima keren, kan?” pekik Bima riang di kala melajukan mobil kecilnya. Harga mainan pembelian Bara ten
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 60. Kamu Harus Diberikan Pelajaran!

“Ada hal apa sampai Anda ingin bicara empat mata dengan saya, Bu Nadia?” tanya Bintang, berbicara dengan sangat formal pada Nadia—yang tiba-tiba muncul ingin bicara empat mata dengannya. Terlihat jelas Bintang sangat tenang, sedangkan Nadia tampak menatapnya dengan tatapan tajam penuh dengan dendam. “Tidak di sini. Saya ingin bicara sama kamu berdua!” tegas Nadia menekankan, dan terus melayangkan tatapan tajam pada Bintang. Tangannya sudah mengepal kuat, seakan ingin meledakan amarah. Wilona yang menyadari Bintang dalam keadaan bahaya, dia langsung menarik Bintang agar jauh dari Nadia. “Maaf, Bu, Anda kalau tidak salah teman Pak Bara, kan?” Nadia mendelik menatap tajam Wilona. “Saya ini calon istri Pak Bara Gunawan! Bukan teman Pak Bara!” jawabnya penuh dengan percaya diri. Wilona menganggukkan kepalanya, memilih percaya akan ucapan wanita yang ada di hadapannya ini. “Baik, kalau memang Anda adalah calon istri Pak Bara Gunawan, kenapa Anda ingin bicara berdua dengan Bintang? Apa a
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status