Semua Bab Ternyata Bosku Mantanku: Bab 61 - Bab 70

108 Bab

Bab 61. Kamu Sudah Gila, Nadia! 

“Aww—” Bintang merintih di kala tubuhnya didorong oleh Nadia ke dalam gudang penyimpanan barang. Wanita cantik itu nyaris tersungkur, tetapi untungnya dia mampu menjaga keseimbangannya dengan baik. Jika tidak, sudah pasti tubuhnya akan tersungkur jatuh ke bawah. “Wanita penggoda! Saya tahu niat busukmu!” Nadia tampak sangat emosi, dan terus melayangkan tatapan tajam pada Bintang—menunjukkan jelas penuh kemarahan yang mendera di dalam dirinya. Bintang menghela napas dalam, berusaha untuk bersabar. “Kenapa Anda membawa saya ke sini, Bu Nadia? Bukankah saya sudah mengatakan pada Anda bahwa hubungan saya dan Bara tidak lebih dari atasan dan bawahan? Kenapa Anda masih menuduh saya macam-macam? Tindakan Anda ini bisa saya bawa ke ranah hukum!” jawabnya tenang, tapi tersirat tegas. Nadia tersenyum sinis mendengar apa yang Bintang katakan. “Kamu pikir saya akan takut dengan ancamanmu? Ck! Tidak sama sekali! Kamu itu wanita rendahan yang licik! Sekarang kamu harus mendapatkan pelajaran agar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Bab 62. Bima Sakit 

Tubuh Bintang terasa lemas, tenggorokannya kering. Wanita cantik itu ingin berteriak lagi, tetapi dia sudah tak sanggup. Pun entah kenapa kepalanya pusing. Mungkin karena dirinya merasa kurang oksigen di dalam gudang penyimpanan barang. Debu-debu mulai berterbangan membuat Bintang sejak tadi terbatuk-batuk. “Apa yang harus aku lakukan?” gumam Bintang, berusaha mencari solusi. Dia kembali memeriksa ponselnya, tapi hasilnya nihil. Sinyal ponselnya tak kunjung ada. Hal itu membuat Bintang semakin kesal. Sebab, dia benar-benar merasa terjebak. Bintang memijat keningnya yang merasakan pusing. Jika saja ada Wilona, sudah pasti Wilona akan membantunya. Namun, jujur Bintang sendiri sama sekali tak menyangka akan tindakan gila yang dilakukan Nadia. Apalagi ini di perusahaan Bara. Dia pikir Nadia hanya sekadar bicara dengannya, tidak akan mungkin berbuat nekat. Sungguh! Bintang merasa benar-benar merasakan kesialan bertubi-tubi. Perlahan, Bintang mulai bangkit berdiri, dan bermaksud ingin me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Bab 63. Air Mata yang Tak Tertahankan

Bintang berlari di koridor rumah sakit, ditemani dengan Bara yang juga berlari. Dua insan itu menunjukkan jelas kepanikan di wajahnya. Tampak mata Bintang sudah sembab akibat menangis sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Sementara Bara terlihat berusaha tenang, meski pancaran matanya menunjukkan jelas kepanikan. “Mbok!” seru Bintang memanggil Mbok Inem yang berada di depan ruang IGD. Mbok Inem menoleh, menatap Bintang dengan tatapan panik. “Bu Bintang? Ya Tuhan, akhirnya ibu datang.” Bintang mendekat, menatap pelayannya itu dengan tatapan yang menunjukkan penuh rasa khawatir. “Mbok gimana ceritanya Bima bisa mimisan?” tanyanya meminta penjelasan. “Cepat ceritain kenapa Bima sampai mimisan,” sambung Bara yang sudah tak sabar. Tampak Bintang sedikit menoleh pada Bara, tapi dia kembali memfokuskan tatapannya pada Mbok Inem. Mbok Inem menundukkan kepalanya di hadapan Bara dan Bintang. “Tadi saya mengajak Den Bima bemain di taman. Awalnya semua baik-baik saja, Bu, tapi saat Den B
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Bab 64. Perasaan Tersiksa 

Bara duduk di kursi taman rumah sakit, dengan pikiran menerawang jauh ke depan. Begitu banyak hal yang dia pikirkan, dan sekarang ditambah Bima dalam keadaan kurang sehat. Hal itu membuat pikiran Bara benar-benar sangat kacau. Masalah pertama belum terpecahkan, sekarang sudah timbul masalah baru. Ya, Bara merasa seperti orang bodoh yang lamban dalam bergerak. Dia ingin sekali membongkar semua, tapi dia tetap berusaha untuk menahan diri. Sebab, ini bukan waktu yang tepat untuknya membongkar semuanya. “Pak Bara?” panggil Andi yang melangkah mendekat ke arah Bara. Bara mengalihkan pandangannya, menatap Andi yang sudah ada di hadapannya. Pria tampan itu sengaja meminta asisten pribadinya datang. Sebab, dalam kondisi seperti ini, dia sangat membutuhkan asisten pribadinya untuk berada di sisinya. “Andi, ada hal yang ingin saya tanyakan sama kamu,” ucap Bara, dengan nada dingin, dan tegas. Andi menatap sopan Bara. “Iya, Pak. Apa yang ingin Anda tanyakan?” Bara mengembuskan napas kas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Bab 65. Kenyataan Pahit yang Harus Dihadapi

Mata Bintang mulai bergerak, menandakan wanita itu akan segera membuka mata. Dalam hitungan detik, tepat di kala matanya sudah terbuka—dia melihat dirinya berada di ruang rawat yang sangat tercium aroma obat. Ya, otak Bintang langsung mencerna dirinya berada di rumah sakit. Bintang mengendarkan pandangannya ke sekitar, menatap sosok Bara yang tertidur di sofa. Dia langsung terdiam, berusaha mengingat kejadian yang menimpa dirinya hingga membuatnya berada di ruang rawat. Pun dia melihat selang infus terpasang di pergelangan tangannya. Bintang belum mengucapkan sepatah kata pun. Perlahan, kepingan memori di dalam otaknya mulai terkumpul satu per satu—dan sekarang dia mengingat di mana dirinya pingsan akibat tak makan seharian. Selain itu, kondisi Bima yang jatuh sakit membuat kesehatannya juga menurun. Hati ibu mana yang siap menerima anaknya sakit. Hal itu yang membuat pikiran Bintang sangat kacau. Bahkan dia sampai tak nafsu makan. Semua hal yang terjadi begitu tiba-tiba membuat B
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Bab 66. Siapa yang Akan Menjadi Pendonor?

Bara mengusap wajahnya kasar, menatap Bintang yang sedang diperiksa oleh dokter. Pria tampan itu tampak menunjukkan kekhawatiran. Pun bahkan pancaran matanya sudah seperti orang yang dilanda rasa putus asa hebat. Bertahan dengan kondisi seperti ini sangat sulit, tapi Bara tidak akan mungkin mengenal kata ‘Menyerah’ dalam hidupnya. “Bagaimana keadaannya?” tanya Bara seraya menatap sang dokter, dengan tatapan menuntut agar sang dokter menjawab pertanyaannya. Pria tampan itu sudah tidak lagi sabar, ingin segera tahu keadaan Bintang. “Bu Bintang terkejut dengan informasi yang saya berikan. Beliau akan segera pulih. Anda jangan khawatir,” ucap sang dokter pada Bara. Bara mengangguk, seraya mengembuskan napas kasar. “Apa solusi untuk Bima? Saya ingin memberikan pengobatan yang terbaik untuknya.” Sang dokter terdiam sebentar. “Pak, ada dua cara yang pasti memiliki kemungkinan Bima untuk sembuh. Pertama, Bima bisa menjalani kemoterapi, dan kedua Bima bisa menerima donor tulang sumsum bela
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

Bab 67. Fakta Kembali Terungkap 

Dokter melakukan pemeriksaan pada Bintang, Bara, dan Mario. Ya, pada akhirnya Bintang membiarkan Bara dan Mario untuk melakukan test kecocokan tulang sumsum belakang untuk Bima. Wanita cantik itu tidak bisa menolak, karena posisinya terjepit. Bara begitu mengancam, dan Mario tampak ingin menolong Bima. Hal itu yang membuat Bintang memilih membiarkan. “Hasil test akan segera saya beri tahu,” ucap sang dokter yang kini sudah selesai melakukan pemeriksaan. Bintang menatap sang dokter, dengan tatapan penuh rasa khawatir. “Aku adalah ibu kandung Bima, pasti ada kemungkinan besar tulang sumsum belakangku cocok dengan Bima, kan, Dok?” Sang dokter menatap Bintang sopan. “Bu, tulang sumsum belakang bukan test DNA yang di mana orang tua memiliki kecocokan. Kita tunggu hasilnya sampai keluar ya, Bu. Mohon ditunggu.” Bintang menghela napas gelisah, dan tampak tidak bisa tenang mendengar jawaban dari sang dokter—yang kini sudah pergi. Rasa khawatir terus menyelimuti di dalam dirinya, membuat o
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

Bab 68. Rasa Takut yang Mendera Dalam Diri 

“Apa? Bara nggak ke kantor? Ke mana dia?” tanya Della terkejut mendengar laporan dari Bondan, salah satu orang kepercayaannya, yang mengatakan bahwa Bara tidak ke kantor. Bondan menundukkan kepalanya. “Saya kurang tahu, Bu. Tapi, Bintang Dilara juga tidak ada di kantor. Sepertinya Pak Bara pergi bersama dengan Bintang.” Raut wajah Della berubah mendengar apa yang dikatakan oleh orang kepercayaannya itu. “Jadi, maksud kamu Bara pergi bersama wanita rendahan itu?” tanyanya mendesak untuk orang kepercayaannya itu menjawab. “Menurut saya seperti itu, Bu,” jawab Bondan dengan kepala yang masih tertunduk. Della mengembuskan napas kasar, seraya mengepalkan tangannya kuat. “Bara pasti sudah mendapatkann banyak hasutan dari wanita rendah itu!” Bondan hanya bisa menunduk, karena bingung harus berkata apa. Della mondar-mandir gelisah, akibat pikirannya penuh memikirkan putranya yang masih dekat dengan Bintang—sosok yang sama sekali tidak dia sukai. Sialnya rencananya yang terakhir gagal to
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

Bab 69. Berani Kamu Menipuku?!

Cahaya matahari menembus sela-sela jendela, menyentuh pipi bulat Bima—yang kini sedang asik bermain robot bersama dengan Mbok Inem. Tampak jelas tatapan mata Bintang menghangat melihat pemandangan di depan mata. Rasa syukur di dalam diri tak pernah berhenti melihat pemandangan ini. Meski Bima dalam keadaan sakit, tapi putra kesayangannya itu selalu menunjukkan raut wajah yang riang gembira—seakan tidak ada penyakit yang menimpa putranya itu. “Mbok Inem, lihat robot Bima bagus, kan?” pekik Bima riang seraya menunjukkan robot miliknya pada Mbok Inem. Mbok Inem tersenyum hangat. “Robot Den Bima bagus sekali.” Bima memeluk robot itu. “Ini pemberian dari Om Keren, Mbok. Bima suka sekali setiap kali Om Keren membelikan mainan untuk Bima.” Mbok Inem kembali tersenyum. “Iya, Om Keren memang sangat baik, Den.” Bima menoleh, menatap Bintang. “Ma, papa mirip Om Keren, kan?” tanyanya spontan yang membuat Bintang terkejut. Bintang sedikit gelagapan mendengar pertanyaan Bima. Lidahnya kelu me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

Bab 70. Jangan Sembarangan Bicara!

Otak Bintang tak bisa berpikir jernih di kala mendengar ucapan mematikan dari Bara. Semua pikirannya seolah buntu, tak menemukan jalan keluar. Ya, dia sungguh tak tahu apa yang harus dia katakan. Sekarang rasa takut menyelimuti dirinya. “J-jangan sembarangan bicara!” bentak Bintang keras, berusaha menepis kata-kata Bara. Saat kemarahan melingkupi diri Bintang, berbeda dengan Bara yang tenang—tapi terus melayangkan tatapan tajam pada Bintang. Dua insan itu seperti memiliki dinding penjulang tinggi di tengah-tengah mereka. “Bicara sembarangan? Kamu masih mau nutupin kenyataan Bima adalah anakku?” jawab Bara tajam, dan tersirat memiliki ancaman. Bintang mati-matian menahan air matanya agar tidak tumpah. “Bima bukan anakmu, Bara! Nggak usah ngaco kalau ngomong!” Bara tertawa hambar, menertawarakan Bintang yang selalu menutupi sesuatu darinya. Padahal dia sudah tahu akan fakta yang ada. Namun memang selama ini dia tidak langsung menginterogasi karena menunggu waktu yang tepat. “Nga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status