Semua Bab Ternyata Bosku Mantanku: Bab 71 - Bab 80

108 Bab

Bab 71. Jawaban dari Mario yang Menimbulkan Sebuah Harapan 

Lidah Bintang kelu tak sanggup mengeluarkan kata-kata di kala Bara memaparkan semua fakta. Sungguh, dia sama sekali tidak menyangka pria itu akan mencari tahu sampai seperti ini. Ya, semua perkataan Bara sukses membuat Bintang tidak berkutik. Bahkan otak wanita itu seakan blank tak mampu menjawab ucapan Bara. “A-aku, a-aku nggak ngerti maksud kamu!” jawab Bintang pada akhirnya, di kala dia dilanda kebingungan hebat. Bara tersenyum sinis. “Nggak ngerti? Lalu, hal seperti apa yang buat kamu ngerti, hm? Jelasin gimana ceritanya mamaku ngirimin uang ke rekening kamu? Nggak mungkin tiba-tiba uang di rekening mamaku berpindah sendiri ke rekening kamu, kan?” Bintang tak berkutik, wajahnya memucat menunjukkan kepanikan. Tampak yang dilakukannya sekarang hanya bisa merintih kesakitan di kala Bara mencengkeram rahangnya dengan kuat. Dia berusaha berontak, tapi tentu tenaganya akan kalah dengan tenaga Bara. “B-Bara, l-lepasin aku, akh—” Bintang semakin merintih kesakitan. Mata Bara menyalan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

Bab 72. Semua Hal Terungkap 

Bara melajukan mobilnya di tengah hujan lebat Jakarta, tampak kemarahan di wajahnya di kala mengingat ucapan Mario. Setiap kata yang diucapkan Mario seolah terngiang-ngiang di telinganya, membuat hatinya bergejolak tak menentu. Hujan yang deras seakan mencerminkan emosinya yang sedang meluap.Bara berada di perjalanan menuju tempat yang sudah seharusnya dia tuju. Berbicara dengan Mario, membuat emosi di dalam dirinya tidak bisa terkendali. Dia sekarang tahu ke mana dirinya harus melangkah, dan ke mana dirinya harus menyelesaikan masalahnya. “Den Bara?” sapa sang pelayan, di kala melihat Bara turun dari mobil. Ya, Bara berada di rumah kedua orang tuanya. Pria tampan itu mengabaikan sapaan sang pelayan, dan bergegas masuk ke dalam rumah. Derasnya hujan tak menghentikan tekadnya. Dia tetap melangkah menuju ruang keluarga—ruangan yang dia yakini ibunya berada. “Ma! Mama!” gelegar Bara keras di kala memasuki ruang tengah. Della yang sedang mengobrol hangat dengan Galih terkejut Bara da
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

Bab 73. Semua Hal Tidak Mudah 

Bintang seakan tak memiliki energy untuk tetap membuka mata. Pikiran dan tubuhnya terasa sangat lelah. Bahkan rasanya dia ingin menyudahi kehidupannya, tetapi hal yang terus dia ingat adalah dirinya harus mampu bertahan demi Bima. Sungguh, sekarang yang dia pikirkan hanya berfokus pada putranya. Dia tak peduli pada apa pun. Hal yang utama adalah dirinya selalu berada di dekat Bima. “Bu,” panggil Mbok Inem pelan, di kala Bintang sejak tadi hanya diam sambil menatap Bima yang tertidur. “Iya?” Bintang menatap Mbok Inem. Mbok Inem tampak ingin memberi tahu Bintang sesuatu. “Bu, maaf ada yang mau saya sampaikan ke ibu.” “Ada apa, Mbok?” tanya Bintang hangat. Mbok Inem terdiam sebentar. “Begini, Bu, tadi saat ibu keluar ketemu dokter, Den Bima bilang selalu mimpiin papanya. Den Bima juga bilang papanya selalu datang ke mimpi. Sebentar lagi Den Bima kan operasi, apa ibu keberatan kasih foto papa Den Bima? Maksud saya supaya Den Bima punya semangat, Bu. Jujur, saya selalu kasihan setiap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

Bab 74. Flashback Bara dan Bintang

Flashback on#Napas Bintang terengah-engah di kala Bara mencium bibirnya dengan sedikit liar. Ciuman yang menggebu-gebu, membuatnya tak bisa untuk berhenti. Sungguh, ciuman kekasihnya itu selalu berhasil membuat dirinya terbuai dan terlena. Rasanya dia selalu ingin ada di dekat kekasihnya itu. “Kamu cantik,” bisik Bara kala ciuman itu terlepas. Bintang tersenyum, dengan tatapan indah menatap sang kekasih. “Kamu gombal banget!” jawabnya sambil memukul pelan lengan kekar kekasihnya itu. Bara mengecup hidung mancung Bintang. “Aku nggak gombal. Kamu memang cantik. Kamu itu perempuan yang aku pilih jadi ibu untuk anak-anakku di masa depan.” Bintang kembali tersenyum. “Sebentar lagi kamu lulus kuliah, kamu rencana mau kerja atau lanjut s2?” tanyanya hangat, dan penuh kasih sayang. Bara menghela napas dalam, membawa Bintang ke dalam pelukannya. Dia berada di taman dekat rumah Bintang, dan belum langsung pulang karena masih ingin di dekat kekasihnya itu. “Aku ingin kerja. Aku ingin ku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

Bab 75. Mengambil Hak Asuh Bima 

Keheningan membentang di kala Bintang menumpahkan semua tentang yang ada di masa lalu pada Bara. Kisah yang selama ini telah dia tutup rapat, dan tak pernah dirinya ingin ungkapkan. Namun, sekarang keadaan telah mendesak dirinya untuk mengakui segalanya. Segala hal yang seharusnya tak perlu lagi diingat-ingat, karena semua masa lalu. Sayang, Bara tetap mempertanyakan hal-hal yang terjadi di belakang. Itu yang membuat Bintang menjadi tersudut dan tak berdaya. Bara dan Bintang saling menatap dalam satu sama lain. Tatapan yang mengisyaratkan mereka sama-sama hancur. Mata mereka sembab dan memerah akibat tangis yang tak bisa tertahankan. Tentu perasaan yang mereka rasakan sama-sama kacau. Apa yang telah terjadi membuat mereka harus terpisah bertahun-tahun. Meski semesta kembali mempertemukan, tetap saja kesedihan akan perpisahan telah membuat hidup mereka kacau. “Jadi benar semua karena ancaman mamaku?” tanya Bara, dengan nada rendah terdengar sangat putus asa. Bintang mengangguk, deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

Bab 76. Bima Akan Bisa Bertemu Dengan Papa 

Bintang tak lepas menatap Bima yang tertidur lelap. Putra kecilnya itu memeluk mainan yang dibelikan oleh Bara. Tampak jelas raut wajah Bintang menunjukkan jelas kelemahan dalam dirinya. Pikirannya terisikan oleh apa yang dikatakan oleh Bara—di mana pria itu akan merampas hak asuh Bima. Sungguh, mengingat akan hal itu membuat hati Bintang benar-benar sangat hancur. Bintang ingin membatalkan jadwal operasi yang telah dokter tentukan. Namun, ingatannya mengingat di mana Bima harus dioperasi agar putranya itu sembuh. Ya, tentu dia tak bisa bersikap egois. Mencari pendonor yang cocok lagi pasti tidak akan mudah. Dia takut karena keegoisan dalam dirinya membuat Bima dalam bahaya. Bintang sekarang hanya bisa pasrah, dan menyingkirkan keegoisan dalam dirinya. Hal yang paling utama baginya adalah Bima harus sembuh. Itu yang ada di dalam benaknya. Sementara ini dia tak mau memikirkan apa pun semua demi pemulihan putra kecilnya. “Bima, kamu anak kuat, Sayang. Kamu anak mama yang kuat,” bisik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 77. Kelicikan Baru 

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Hari di mana Bima harus menjalani operasi donor tulang sumsum belakang dari Bara. Tentu perasaan yang dirasakan Bintang saat ini benar-benar campur aduk. Tak menampik bukan hanya Bima yang dia khawatirkan, tapi Bara juga dia khawatirkan. Tampak Bintang ditemani oleh Mario dan juga Wilona yang turut hadir di sana. Tatapannya bersama dengan Mario dan Wilona menatap team medis yang mendorong dua brankar. Ada Bara dan Bima yang terbaring di brankar itu. Bintang segera mendekat ke arah Bima—putra kecilnya. “Sayang,” bisik Bintang, dengan nada lemah. Bima tersenyum, menatap Bintang dengan tatapan polos. “Mama, Om Dokter bilang Bima akan diobati agar sembuh. Mama nggak usah khawatir. Bima kuat.” Mata Bintang berkaca-kaca mendengar ucapan Bima. Hati ibu mana yang bisa menerima semua ini. Sungguh, dia benar-benar sangat hancur melihat apa yang ada di hadapannya. Andai saja bisa, dia ingin menukar dirinya yang sakit, bukan putranya. “Mama tunggu di sin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 78. Mulai Memahami Semuanya 

Bintang bangkit berdiri dari tempat duduknya, di kala dokter membuka pintu ruang operasi. Tampak dokter yang menangani operasi donor tulang sumsum belakang Bima berdiri di ambang pintu, seraya menurunkan masker yang menutupi wajah sang dokter. Detik itu juga, yang dilakukan Bintang adalah mendekat ke arah sang dokter, dengan raut wajah yang menunjukkan jelas kecemasan nyata. “Dok, bagaimana keadaan Bara dan Bima? Mereka baik-baik saja, kan?” tanya Bintang cepat, ingin tahu. Wanita itu tak hanya menanyakan tentang kondisi Bima saja, tapi dia juga menanyakan tentang kondisi Bara. Apa pun alasannya, bahkan meski dia dan Bara sempat bertikai, hatinya tak bisa menutupi bahwa dirinya juga mencemaskan Bara. Sang dokter menatap sopan Bintang. “Operasi berjalan dengan baik. Tinggal tunggu hasil pemeriksaan lanjutan pasca operasi.” Bintang mendesah lega mendengar ucapan sang dokter mengatakan bahwa operasi berjalan dengan baik. Paling tidak kecemasannya mulai terobati. Meski tentu rasa takut
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 79. Menjalankan Rencana Pasca Operasi

Bintang selalu ada di sisi Bima pasca operasi. Wanita cantik itu tampak masih sangat khawatir pada putra kecilnya. Dia menunggu dokter memberi tahu tentang keadaan putra kecilnya. Namun, memang hasil masih belum ada. Dia kini harus menunggu dan wajib lebih bersabar. “Bima akan segera pulih. Aku yakin itu,” ucap Mario memberikan dukungan pada Bintang. Bintang tersenyum dan mengangguk, menanggapi ucapan Mario. “Bintang, boleh aku tanya sesuatu?” ujar Mario hati-hati, dan pelan. Pria tampan itu berani mengajukan pertanyaan, karena kebetulan Wilona sedang berada di luar mencari makan siang. Pun Bima masih belum membuka mata. Bintang menatap Mario. “Kamu ingin tanya apa, Mario?” “Apa Bara sudah tahu?” Mario langsung to the point. Bintang terdiam sebentar mendengar pertanyaan Mario. “Ya, Bara sudah tahu semuanya. Dia sudah menyelidiki, dan sudah melakukan test DNA.” Mario belum berkata-kata, karena sekarang sesuatu hal menyelinap masuk ke dalam dirinya. “Apa yang diinginkan Bara sete
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 80. Masuk Dalam Perangkap 

Langit terang telah berubah menjadi langit gelap. Pun cahaya di kota Jakarta sedang kurang baik, karena hujan terus menerus turun. Bara dan Wilona sudah berpamitan pulang pada Bintang tepat sebelum hujan turun. Sementara Bintang tentu kini berada di ruang rawat Bima, menjaga putra kecilnya itu yang masih menutup mata. “Bu, ibu nggak mau makan dulu?” tanya Mbok Inem sopan, menawarkan Bintang untuk makan. Bintang menggelengkan kepalanya. “Aku nggak lapar, Mbok.” Mbok Inem tersenyum lembut. “Bu, saya tahu ibu pasti selalu mencemaskan Den Bima, tapi ibu juga harus memikirkan diri ibu. Kalau sampai ibu sakit, bagaimana dengan Den Bima?” ujarnya mengingatkan Bintang untuk lebih menjaga kesehatan. Bintang terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Mbok Inem. “Bu, saya ingin ke kantin rumah sakit, saya saja beliin makanan buat ibu, ya? Sekalian saya juga ingin beli makanan,” kata Mbok Inem menawarkan diri. Bintang tersenyum, dan mengangguk. “Makasih, Mbok.” “Ibu mau makan apa?” tanya Mb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status