Home / Romansa / Ternyata Bosku Mantanku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Ternyata Bosku Mantanku: Chapter 21 - Chapter 30

108 Chapters

Bab 21.Pengkhianat Tidak Pernah Berubah 

Bintang membeku diam di tempatnya melihat pemandangan gila ini. Dia menyakinkan apa yang dia lihat ini salah, tapi tidak sama sekali. Apa yang dia lihat ini nyata, tidak salah. Bara—pria itu ada di hadapannya bersama dengan seorang wanita cantik memeluk lengannya. Bintang menjadi bingung bagaimana harus bersikap. Hal paling gila adalah kenapa dia harus bertemu dengan Bara di saat dirinya bersama dengan Bima? Sungguh, Bintang merasa takdir mempermainkan dirinya. Ingin rasanya dia berlari, tapi rasanya sangat sulit. Dia merasa dirinya sangat terjebak. Bara bagaikan terpancing oleh panasnya api, tatapannya menatap tajam Bintang bersama Mario. Hal yang membuat emosinya semakin memuncak adalah dirinya melihat bocah kecil bersama dengan Bintang dan Mario. Pertanyaan di kepalanya seakan otomatis terjawab, dan menimbulkan kemarahan tertahan. “Om, maafin aku. Aku nggak sengaja,” ucap Bima dengan suara pelan, dan tatapan menatap Bara. Bintang yang menyadari Bima meminta maaf pada Bara, lan
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 22. Apa Kamu Itu Bodoh?! 

Hati Bintang menjadi gelisah, tak menentu. Setelah kejadian di mana Bara bertemu secara tak sengaja dengan Bima, membuat rasa khawatir dalam diri Bintang timbul. Tentu, Bintang tak ingin sampai Bara mengetahui segala fakta yang ada. Bintang rasanya ingin tidak datang ke kantor, tapi itu adalah sesuatu hal yang tidak mungkin. Hari ini dia mengingat Bara memiliki jadwal meeting penting—yang mana dirinya wajib mempersiapkan segala dokumen yang dibutuhkan Bara. “Bintang, kamu harus tenang. Bara nggak akan curiga kalau kamu tetap tenang,” gumam Bintang meneguhkan pada dirinya sendiri, bahwa semua akan berjalan dengan baik, jika dirinya tetap tenang. “Mama, hari ini apa Mama bekerja?” tanya Bima sambil mendekati Bintang. Namun, sayangnya, pertanyaan Bima tak direspon oleh ibunya itu. “Mama?” tegur Bima lagi di kala Bintang tak memberikan respon. Bintang membuyarkan lamunan yang mengusik ketenangan jiwanya. “Eh, iya, Nak? Ada apa?” Bima mengerjapkan matanya beberapa kali, menatap Binta
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 23. Bintang Terpancing Emosi 

Bintang memutuskan menolak panggilan telepon itu, tapi getar ponsel kembali terdengar. Ya, rupanya Mario kembali berusaha menghubungi Bintang, tanpa menyerah. Hal ini membuat Bintang menjadi tak enak, dan serba salah. Apalagi dia mengingat kebaikan Mario. “Aku jawab saja,” gumam Bintang yang memutuskan untuk menjawab panggilan itu. “Halo, Mario?” jawab Bintang kala panggilan terhubung, dengan nada pelan, agar tidak ada yang dengar. “Bintang, maaf mengganggumu. Kamu pasti sedang bekerja, ya?” ujar Mario dari seberang sana. “Iya, Mario. Aku sedang bekerja.” “Boleh aku tahu di mana alamat kantormu, Bintang?” “Untuk apa, Mario?” “Aku hari ini memiliki meeting di luar, kalau kantormu dekat, kita akan pulang bersama. Aku memiliki hadiah untuk Bima.” “Astaga, Mario, harusnya kamu nggak usah repot-repot.” Bintang merasa tidak enak pada Mario. “Sama sekali nggak repot. Aku hanya membelikan robot untuk Bima,” jawab Mario tenang. “Boleh, aku tahu kantormu, Bintang?” Bintang terdiam se
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 24. Bara Tak Perlu Tahu 

Keheningan membentang dari dalam mobil. Bintang menatap lurus ke depan, dengan pandangan kosong. Mario duduk di samping Bintang seraya mengemudikan mobil. Sesekali pria itu melirik Bintang yang tampak muram, dan menunjukkan kesedihan yang mendalam. “Harusnya kamu nggak nahan aku, Bintang. Aku nggak mau kamu direndahkan Bara,” ucap Mario seraya meremas setir mobilnya. Amarah dalam dirinya berusaha ditahan, perkataan Bara tadi membuatnya sangat emosi. Bintang menghela napas dalam. “Aku nggak mau kamu dan Bara ribut. Lagi pula apa yang Bara katakan itu benar, Mario. Aku hanya karyawan rendahan di sana. Aku nggak layak untuk mendapatkan pembelaan.” Mendengar apa yang dikatakan Bintang, membuat Mario langsung menepikan mobilnya. Tampak jelas tatapan mata Mario terlayang dingin, dan tajam. Pria tampan itu tak suka mendengar ucapan Bintang. “Kamu tahu, Bintang? Saat kamu memberikan alamat kantor sama aku, aku langsung cari tahu tentang perusahaan itu. Ternyata saat aku cari tahu, itu ada
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 25. Dendam yang Semakin Membara 

“Terima kasih, Om Mario!” Bima memberikan pelukan erat di kala Mario, membawakannya mainan baru. Tampak bocah laki-laki itu sangat bahagia. Dia bahkan sampai tak melepaskan pelukan Mario. Tentu melihat itu membuat Bintang sedari tadi tersenyum. Bintang bersyukur memiliki teman yang peduli pada putranya. Meski Mario tahu fakta akan Bima merupakan anak Bara, tetap tidak mengubah apa pun. Terbukti Mario menunjukkan kepedulian yang tinggi pada Bima. Mario tersenyum melihat Bima senang. “Kamu benar-benar suka pemberian dariku, Boy?” Bima mengangguk antusias. “Sangat suka! Terima kasih, Om Mario.” Bintang membelai pipi bulat Bima. “Ayo, masuk ke dalam kamar, Nak. Ini sudah malam. Ucapkan selamat malam sama Om Mario.” Bima kembali mengangguk mematuhi perkataan ibunya. “Om Mario, aku harus masuk ke kamar. Sekali lagi terima kasih untuk mainannya. Good night, Om Mario.” “Good night, Boy. Mimpi indah.” Mario menurunkan Bima yang tadi ada digendongannya. Sebelum pergi, Bintang memberikan
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 26. Mimpi yang Seharusnya Tak Muncul 

Bibir saling menaut, saliva saling bertukar, membuat dua insan yang sedang terbaring di ranjang terbuai akan gelora api yang tercipta. Tubuh keduanya polos hanya selimut tebal yang menutupi tubuh telanjang mereka. “Sayang, nanti setelah aku lulus kuliah kita nikah, yuk,” ajak Bara sambil membelai pipi Bintang. Bintang tersenyum, membelai pipi Bara. “Kamu nggak mau lanjut s2?” Bara menggelengkan kepalanya. “Kayaknya nggak. Lulus kuliah, aku mau langsung nikahin kamu.” “Nikah, kan nggak mudah, Bara,” ucap Bintang pelan, tapi menatap Bara dengan tatapan penuh cinta. Kening Bara mengerut. “Kenapa nggak mudah? Aku sudah ada tabungan untuk nikahin kamu. Aku juga akan mastiin hidup kamu akan bahagia sama aku. Nanti aku akan cari uang yang banyak buat bahagiain kamu.” Bintang tersenyum lembut. “Ini bukan tentang uang.” “Lalu, tentang apa?” tanya Bara lagi protes. “Aku hanya khawatir kita terlalu cepat menikah. Kamu pintar, Bara. Kamu bisa memiliki potensi mendapatkan beasiswa ke luar
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 27. Bertemu Ibu Bara 

Hati Bintang tidak tenang, memikirkan sosok yang seharusnya tak dia pikirkan. Mendengar dari Andi tentang Bara yang kurang sehat, membuat perasaannya menjadi cemas tak menentu. Harusnya dia ingat pasti Bara akan menjaga diri, tapi entah kenapa kecemasan terus membentang dalam hati. “Bintang, ayo fokus. Banyak laporan yang harus kamu kerjakan.” Bintang memberikan semangat pada dirinya sendiri, agar bisa fokus. Wanita itu wajib mengirimkan laporan pada Andi, asisten pribadi Bara. Saat Bintang sedang fokus mengerjakan pekerjaannya, tiba-tiba saja dia merasa dirinya membutuhkan secangkir kopi guna menjernihkan pikirannya. Detik itu juga dia bangkit berdiri, dan melangkah menuju pantry, tetapi tanpa disengaja dia menabrak seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari lift. “Maaf, Bu,” ucap Bintang buru-buru, pada sosok wanita paruh baya itu. “Gunakan matamu dengan baik!” seru wanita paruh baya itu, dan seketika tatapannya menatap terkejut melihat sosok Bintang. “Kamu—” Aura wa
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 28. Mengajak ke Pesta 

“Mario?” Bintang baru saja tiba di lobi apartemen, dan dikejutkan Mario yang ada di area lobi. Wanita itu sama sekali tidak menyangka pria itu datang ke apartemennya. Pasalnya, Mario tak bilang apa pun padanya. Mario tersenyum sambil menunjukkan dua kantong plastik di tangannya. “Aku mampir ke apartemenmu, ingin mengajakmu dan Bima makan bersama. Tadi, aku membeli steak di restoran.” “Astaga, Mario, kenapa harus repot-repot? Aku nggak ingin nyusahin kamu,” ujar Bintang merasa tak enak pada Mario. “Sama sekali nggak nyusahin. Aku baru saja pulang dari meeting, dan ingin makan malam bersama kamu dan Bima. Kamu nggak keberatan, kan, Bintang?” tanya Mario hangat. Bintang tersenyum lembut. “Tentu saja aku nggak keberatan. Terima kasih sudah membawakan makanan untukku dan Bima.” “Sama-sama, ayo kita makan. Aku sudah lapar, dan aku yakin Bima juga sudah lapar,” ajak Mario, dan direspon anggukkan di kepala Bintang. Saat Bintang tiba di apartemen, dia disambut oleh pelukan Bima. Tidak ha
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 29. Terpaksa Menggantikan 

Bintang memulai harinya di Gunaraya Group seperti biasa. Dia datang lebih pagi, dan minum kopi bersama Wilona. Dia melakukan segala kegiatannya dengan professional. Bahkan di kala dia melihat Bara datang, dia dan Wilona menyapa dengan sopan. Bara sangat dingin pada Bintang. Tidak hanya dingin saja, tapi lebih tepatnya seakan menunjukkan jelas ketidakpeduliaan, seakan Bintang tidak ada. Namun, tentu Bintang tak mau ambil hati sifat Bara yang mengabaikannya. Bintang selalu mengingat tujuannya bekerja di Gunaraya Group yaitu untuk Bima. Faktor lain, dia tak akan peduli. Selagi memang dia masih dibutuhkan di Gunaraya Group, maka dia akan tetap bersikap professional. Jam makan siang tiba. Wilona sudah menghampiri Bintang, mengajak untuk makan siang bersama. Namun, seketika langkah dua wanita cantik itu terhenti di kala berpapasan dengan sosok paruh baya yang tampan. “Selamat siang, Pak Galih,” sapa Wilona yang sontak membuat Bintang terkejut. Bintang melihat Wilona sangat hormat pada
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 30. Rasa Peduli yang Tak Bisa Tertutupi

“Bintang, lusa malam kamu ada acara apa nggak?” tanya Wilona pada Bintang, sembari menikmati makan siangnya. Wanita itu tampak lahap menimmati makanan yang sudah terhidang di hadapannya. “Lusa malam, aku memiliki acara dengan Mario,” jawab Bintang tenang, meski makan bersama Wilona, tapi dia seperti tidak nafsu menikmati makan siangnya. Pikirannya memikirkan sesuatu yang mengusik ketenangan jiwanya. Wilona tersenyum. “Apa kamu dan Mario, akan makan malam romantis?” Bintang mendesah panjang. “Nggak seperti itu, Wilona. Aku dan Mario murni hanya teman.” “Lalu, lusa kalian ke mana? Padahal jika free, aku ingin kamu nemenin aku.” “Lusa Mario memiliki jamuan makan malam dengan rekan bisnsnya. Dia mengajakku untuk menemaninya. Maaf, aku nggak bisa nemenin kamu, Wilona. Aku sudah terlanjur janji akan menemani Mario.” Wilona kembali tersenyum. “Nggak masalah. Aku malah senang kamu semakin dekat dengan Mario.” “Wilona, aku sudah pernah bilang sama kamu. Aku dan Mario hanya sebatas teman
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more
PREV
123456
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status