Home / Romansa / Ternyata Bosku Mantanku / Bab 28. Mengajak ke Pesta 

Share

Bab 28. Mengajak ke Pesta 

Author: SecretAK
last update Last Updated: 2025-02-11 02:34:14

“Mario?” Bintang baru saja tiba di lobi apartemen, dan dikejutkan Mario yang ada di area lobi. Wanita itu sama sekali tidak menyangka pria itu datang ke apartemennya. Pasalnya, Mario tak bilang apa pun padanya.

Mario tersenyum sambil menunjukkan dua kantong plastik di tangannya. “Aku mampir ke apartemenmu, ingin mengajakmu dan Bima makan bersama. Tadi, aku membeli steak di restoran.”

“Astaga, Mario, kenapa harus repot-repot? Aku nggak ingin nyusahin kamu,” ujar Bintang merasa tak enak pada Mario.

“Sama sekali nggak nyusahin. Aku baru saja pulang dari meeting, dan ingin makan malam bersama kamu dan Bima. Kamu nggak keberatan, kan, Bintang?” tanya Mario hangat.

Bintang tersenyum lembut. “Tentu saja aku nggak keberatan. Terima kasih sudah membawakan makanan untukku dan Bima.”

“Sama-sama, ayo kita makan. Aku sudah lapar, dan aku yakin Bima juga sudah lapar,” ajak Mario, dan direspon anggukkan di kepala Bintang.

Saat Bintang tiba di apartemen, dia disambut oleh pelukan Bima. Tidak ha
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 29. Terpaksa Menggantikan 

    Bintang memulai harinya di Gunaraya Group seperti biasa. Dia datang lebih pagi, dan minum kopi bersama Wilona. Dia melakukan segala kegiatannya dengan professional. Bahkan di kala dia melihat Bara datang, dia dan Wilona menyapa dengan sopan. Bara sangat dingin pada Bintang. Tidak hanya dingin saja, tapi lebih tepatnya seakan menunjukkan jelas ketidakpeduliaan, seakan Bintang tidak ada. Namun, tentu Bintang tak mau ambil hati sifat Bara yang mengabaikannya. Bintang selalu mengingat tujuannya bekerja di Gunaraya Group yaitu untuk Bima. Faktor lain, dia tak akan peduli. Selagi memang dia masih dibutuhkan di Gunaraya Group, maka dia akan tetap bersikap professional. Jam makan siang tiba. Wilona sudah menghampiri Bintang, mengajak untuk makan siang bersama. Namun, seketika langkah dua wanita cantik itu terhenti di kala berpapasan dengan sosok paruh baya yang tampan. “Selamat siang, Pak Galih,” sapa Wilona yang sontak membuat Bintang terkejut. Bintang melihat Wilona sangat hormat pada

    Last Updated : 2025-02-11
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 30. Rasa Peduli yang Tak Bisa Tertutupi

    “Bintang, lusa malam kamu ada acara apa nggak?” tanya Wilona pada Bintang, sembari menikmati makan siangnya. Wanita itu tampak lahap menimmati makanan yang sudah terhidang di hadapannya. “Lusa malam, aku memiliki acara dengan Mario,” jawab Bintang tenang, meski makan bersama Wilona, tapi dia seperti tidak nafsu menikmati makan siangnya. Pikirannya memikirkan sesuatu yang mengusik ketenangan jiwanya. Wilona tersenyum. “Apa kamu dan Mario, akan makan malam romantis?” Bintang mendesah panjang. “Nggak seperti itu, Wilona. Aku dan Mario murni hanya teman.” “Lalu, lusa kalian ke mana? Padahal jika free, aku ingin kamu nemenin aku.” “Lusa Mario memiliki jamuan makan malam dengan rekan bisnsnya. Dia mengajakku untuk menemaninya. Maaf, aku nggak bisa nemenin kamu, Wilona. Aku sudah terlanjur janji akan menemani Mario.” Wilona kembali tersenyum. “Nggak masalah. Aku malah senang kamu semakin dekat dengan Mario.” “Wilona, aku sudah pernah bilang sama kamu. Aku dan Mario hanya sebatas teman

    Last Updated : 2025-02-11
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 31. Terjebak Hujan 

    Anggukkan di kepala sang satpam akan pertanyaan Bintang, membuat wanita cantik itu terdiam terkejut. Dia merasa dirinya salah mendengar, tapi fakta yang ada sejak tadi Bara menatap dirinya. Pun tak mungkin satpan yang ada di hadapannya ini berbohong padanya. Tiba-tiba gelegar petir mengeras. Kilatnya begitu tampak di langit gelap. Cahaya petir seakan membelah langit—sontak membuat tubuh Bintang bergetar ketakutan. Secara tak sengaja, Bintang juga menjerit akibat keterkejutannya. “Bu, ayo masuk ke mobil Pak Bara. Hujan sepertinya semakin besar,” kata sang satpam mengingatkan Bintang. “Tapi—” Bintang bingung untuk menjawab, karena jujur dia merasa tidak enak jika harus menumpang di mobil Bara. Akan tetapi, dalam keadaan hujan seperti ini bagaimana dia bisa pulang? Bara yang ada di dalam mobil, menatap dingin Bintang yang gelisah menunjukkan keraguan. Meski tak mendengar percakapannya dengan satpam, tapi dia sudah yakin akan apa yang dikatakan oleh Bintang. Bara mulai kesal, karena

    Last Updated : 2025-02-12
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 32. Sadar Diri 

    “Aku ingin pesan dua kamar,” ucap Bara pada sang resepsionis yang menyambutnya dengan ramah. Dia dan Bintang telah tiba di hotel yang terdekat di mana mereka berada. Hujan turun masih deras, dua insan itu masih dalam keadaan basah kuyub. Sang resepsionis tersenyum sopan. “Maaf, Pak, kamar kami hanya tinggal satu saja. Hari ini kebetulan kami sudah full, dan tersisa satu kamar.” Bara mengangguk singkat. “Ya sudah, saya pesan satu kamar,” ucapnya sambil menyerahkan kartu identitas. “Baik, Pak. Mohon ditunggu.” Sang resepsionis segera memproses pesanan Bara. Sementara Bintang tampak dibuat terkejut. Bagaimana tidak? Bara hanya memesan satu kamar saja. Jadi, wajar jika Bintang sekarang sangat terkejut. “Bara—” “Ini, kuncinya, Pak. Kamar Anda ada di lantai tiga,” ucap sang resepsionis seraya menyerahkan kunci pada Bara. “Thanks.” Bara mengambil kunci dan kartu identitasnya, lalu menggenggam tangan Bintang, menuju lift terdekat. Tampak jelas Bintang dari tadi mendelik penuh rasa bing

    Last Updated : 2025-02-12
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 33. Pagi yang Mengejutkan 

    Matahari pagi mulai menyinari kota dengan lembut. Cahayanya menembus sela-sela jendela kamar, menciptakan bayangan hangat di atas lantai. Bintang, yang terbaring di atas ranjang, merasakan kehangatan sinar matahari yang menyentuh wajahnya. Perlahan, dia membuka matanya, mengerjapkan beberapa kali untuk menyesuaikan diri dengan cahaya yang terang.Namun, saat pandangannya mulai jelas, betapa terkejutnya dia melihat sosok di sampingnya, melihat—Bara terbaring di sampingnya, memeluknya dengan erat. Jantung Bintang berdegup kencang, dan seolah waktu berhenti sejenak. Dia tidak bisa memercayai apa yang dilihatnya. Dalam kebingungan dan rasa panik, Bintang langsung melompat dari tempat tidur dan menjerit.“Aaaaa! Bara! Apa yang kamu lakukan di sini?!” jerit Bintang cukup kencang. Suara jeritannya menggema di dalam kamar, membuat Bara terbangun dengan cepat. Dia mengerjapkan matanya, tampak bingung dan terkejut. “Bintang? Kenapa kamu teriak?!” tanyanya, dengan nada kesal, sambil mengusap wa

    Last Updated : 2025-02-12
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 34. Rencana Licik Della  

    “Terima kasih atas kebaikanmu, Bara, maaf maksud saya Pak Bara.” Bintang mengatakan ini di kala mobil Bara sudah tiba di lobi perusahaan. Jam sudah menunjukkan jam kantor, maka dia harus kembali bicara dengan bahasa formal pada Bara. Meski sebenarnya, kejadian kemarin masih terus terngiang di benaknya. “Simpan terima kasihmu.” Bara turun dari mobil, dia meminta satpam memarkirkan mobilnya, dan Bintang juga segera turun dari mobil, melangkah sedikit menjauh, tapi tetap saja meski menjauh tatapan semua orang di lobi teralih pada Bara dan Bintang. Bintang mengatur napasnya, berusaha untuk tenang. Dia sedikit menunduk menghindari banyak mata yang melihat dirinya dan Bara. Dalam hati dia merasa tidak nyaman akan tatapan banyak orang ini padanya. Namun, apa boleh buat? Nasi sudah menjadi bubur. Orang sudah banyak yang melihat dirinya diantar oleh Bara ke kantor. Nanti, dia akan mencari alasan yang masuk akal jika ditanya oleh Wilona ataupun temannya yang lain. Tiba-tiba ada sosok yang mu

    Last Updated : 2025-02-12
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 35. Perkelahian 

    Bintang duduk di sudut ruang makan, mencoba menikmati makan siangnya. Namun, suasana yang seharusnya santai itu terasa tegang. Dia bisa merasakan tatapan para karyawan Gunaraya Group yang mengarah padanya, bisikan-bisikan yang tak bisa dihindari. Setiap kali dia mengangkat sendok, seolah-olah semua mata tertuju padanya, menilai, dan membicarakan hal-hal yang tidak seharusnya.Wilona, yang duduk di sebelahnya, menyadari ketidaknyamanan Bintang. Dia menggenggam tangan Bintang dan berkata, “Hey, jangan pedulikan mereka. Mereka hanya mencari bahan gosip. Kamu tahu siapa dirimu, dan itu yang terpenting.” Wilona mengetahui tentang kejadian di mana Bintang terjebak hujan dengan Bara. Tadi, sebelum makan siang, Bintang menceritakan. Pun saat itu kebetulan Wilona bertanya pada Bintang alasan kenapa Bintang bisa hari ini berangkat bersama dengan Bara. Ya, di kala Bintang menjelaskan, tentu Wilona terkejut. Namun, Wilona memilih percaya pada Bintang, dan tak menghujat Bintang seperti yang lain.

    Last Updated : 2025-02-12
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 36. Ketegasan Bara 

    Keheningan membentang di kala mereka semua melihat Bara datang. Pun posisi Bara saat ini masih dalam posisi memeluk erat tubuh mungil Bintang. Aura ketegasan membentang membuat seluruh orang di sana merinding ketakutan akan melihat sosok Bara. “B-Bara?” Bintang bergumam pelan, mendongakkan kepalanya, menatap Bara yang masih memeluknya. Dia bisa melihat jelas tatapan mata Bara begitu tajam, dan menusuk menunjukkan amarah yang berkobar. Bara tak mengindahkan panggilan Bintang. Pria rampan itu membenarkan posisi Bintang, berdiri tegak, lalu tatapannya menatap Wilona dan Ratih yang sudah tak lagi berkelahi. Dua wanita itu menunduk di hadapan Bara. “Kalian berdua ikut saya ke ruangan!” seru Bara dengan nada geraman, penuh emosi. Wilona dan Ratih kompak menganggukkan kepala mereka. Bara mengalihkan pandangannya pada seluruh karyawan. “Untuk kalian semua yang menyorakan Wilona dan Ratih, dan tidak membantu melerai perkelahian, maka gaji kalian akan dipotong lima puluh persen. Setelah in

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 108. Cinta Pantas Diberikan Kesempatan 

    Matahari menyinari bumi begitu terik dan indah. Cahayanya menembus sela-sela jendela. Bintang sudah terbangun di pagi hari, menatap ke arah jendela. Tubuhnya masih lemah di ranjang. Luka bakar yang dia derita cukup parah membuatnya masih belum bisa untuk pergi dari ruang rawatnya. “Bu, apa ibu ingin makan sesuatu?” tanya sang perawat yang kebetulan ada di sana. Sekitar lima menit lalu, Bara keluar untuk menjawab telepon. Sementara Bima dibawa oleh Mbok Inem berjemur di taman. Hanya ada perawat yang menemani Bintang, karena memang Bintang yang meminta Mbok Inem untuk membawa Bima berjemur di taman. Bintang menggelengkan kepalanya pelan. “Saya masih kenyang. Tadi sudah sarapan cukup banyak. Terima kasih sudah nawarin.” Tiba-tiba, pintu ruang rawat terbuka. Tatapan Bintang teralih pada Wilona yang ternyata datang. Ya, tentu dia sama sekali tak menyangka Wilona datang ke rumah sakit. Kejadian yang menimpa dirinya, membuatnya sempat hilang kontak dengan rekan kerja, karena kondisi pon

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 107. Hati Emas Bintang

    Bintang menatap Della yang kini meninggalkan ruang rawatnya dibantu oleh perawat yang sudah dipanggil. Permintaan maaf telah lolos di bibir Della. Sebuah perkataan yang tak pernah Bintang sangka akan dia dengar. Selama ini, dia sangat mengenal sifat ibu Bara itu, tetapi ternyata pada akhirnya ibu Bara menyadari kejahatan yang dilakukan. Bintang tak menaruh dendam sedikit pun pada Della. Bahkan meski dulu ibu Bara itu telah memisahkannya dengan Bara, tetap tidak membuat Bintang menaruh dendam. Kecewa ada, karena Bintang juga manusia biasa, tetapi untuk membenci, dia merasa sangat tidak pantas. Sebab, bagaimanapun ibu Bara hanya ingin yang terbaik untuk Bara. Alasan utama Bintang tak menaruh dendam, karena dulu dia menyadari akan posisinya. Bara bagaikan langit, sedangkan Bintang hanya bumi. Terlalu perbedaan yang sangat jauh. Oleh karena itu, dia berusaha mengerti bahwa memang Della menginginkan yang terbaik untuk Bara—meski dengan cara yang sangat salah. “Harusnya tadi kamu kasih t

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 106. Apakah Aku Layak di Dunia Ini?

    “Mbok, di mana Bima?” tanya Bintang pada Mbok Inem yang menyuapinya makan. Tadi, beberapa menit lalu perawat mengantarkan makanan. Itu yang membuat Bintang sekarang sedang makan siang. Namun, dia dibantu oleh Mbok Inem, karena kondisinya masih lemah. “Den Bima tadi ke mini market membeli ice cream bersama Pak Galih,” jawab Mbok Inem sopan memberi tahu. Dia begitu cekatan menjaga Bintang.Bintang menganggukkan kepalanya pelan. “Lalu, di mana Bara? Aku dari tadi nggak lihat dia. Apa dia bertemu Andi?” tanyanya ingin tahu. Sekitar sepuluh menit lalu, Bintang baru saja bangun tidur. Namun, di kala dia membuka mata hanya ada Mbok Inem yang ada di dekatnya. Bima tidak ada. Begitu juga dengan Bara yang tidak ada. “Tadi Pak Bara terima telepon, Bu. Tapi karena sampai sekarang Pak Bara belum kembali, mungkin Pak Bara menemui dokter,” jawab Mbok Inem sopan. Bintang menganggukkan kepalanya. “Bara selalu ketemu dokter. Dia selalu cemas sama keadaanku, Mbok. Padahal aku baik-baik aja. Mungkin

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 105. Rasa Kecewa Bercampur Kesal 

    Bara dan Bintang hanyut akan ciuman yang mereka ciptakan, sampai mereka benar-benar tak sadar bahwa Mario sejak tadi menatap mereka. Tentu adegan di mana Bara dan Bintang berciuman, telah membuat Mario tampak sangat hancur. Namun, meski tampak hancur, Mario nyatanya tetap diam tak bersuara sedikit pun. Perlahan, Mario memilih untuk meninggalkan tempat di mana dia berdiri. Pria berperawakan tampan itu menyadari bahwa dirinya hanya mengganggu Bara dan Bintang. Pergi adalah cara yang terbaik. Meski hatinya sekarang benar-benar kacau. “Pak Mario?” Andi yang kebetulan ada di depan ruang rawat Bintang, menyapa Mario. Mario menghentikan langkahnya, menatap Andi dengan tatapan tenang. “Saya ke sini ingin menjenguk Bintang. Saya baru saja mendapatkan kabar musibah yang dialami Bintang,” jawabnya dengan nada datar. Andi mengangguk sopan. “Baik, Pak. Kebetulan Bu Bintang sudah siuman. Bu Bintang sudah melewati masa kritisnya. Anda ingin bertemu dengan Bu Bintang sekarang?” tanyanya hati-hati

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 104. Selalu Jadi Bintang di Hati Bara 

    Bintang menatap hangat Bima yang kini terlelap di pelukan Mbok Inem. Putra kecilnya itu tadi sempat terlelap di pelukannya, tapi karena kondisi tubuhnya diperban menyulitkannya untuk memeluk erat tubuh Bima. Hal itu yang membuat Bima sekarang digendong oleh Mbok Inem. “Den Bima anak yang pintar dan kuat,” kata Mbok Inem seraya menimang tubuh Bima. Bintang tersenyum lembut. “Aku benar-benar beruntung memiliki putra yang pintar dan kuat seperti Bima, Mbok. Aku yakin di masa depan nanti Bima akan menjadi sosok pria yang hebat.” Mbok Inem mengangguk setuju. “Saya juga berpikir demikian, Bu. Perpaduan antara ibu dan Pak Bara sangat sempurna.” Bintang kembali tersenyum menanggapi ucapan Mbok Inem. “Bima tidur?” Bara masuk ke dalam ruang rawat Bintang, menatap Bima yang ada digendongan Mbok Inem. Senyuman di wajahnya terlukis, padahal tadi dia meminta Bima untuk menjaga Bintang, tapi malah putra kecilnya itu tertidur pulas. Mbok Inem mengangguk sopan. “Iya, Pak. Den Bima tidur.” Bara

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 103. Peringatan Tak Main-Main

    “Mama! Mama!” Bima berlari masuk ke dalam ruang rawat Bintang, dan langsung dibantu Bara duduk di ranhang Bintang, memeluk ibunya itu. Tampak jelas kebahagiaan di wajah bocah laki-laki itu kala memeluk ibunya. Bintang tersenyum sambil mengusap punggung Bima. “Anak Mama yang tampan, Mama kangen banget!” bisiknya lembut. Bima mengurai pelukan itu. “Bima juga kangen sekali sama Mama! Bima takut Mama tinggalin Bima.” Bintang membelai lembut pipi bulat Bima. “Mama nggak akan tinggalin Bima. Mama janji akan selalu temani Bima.” Bima mengangguk, tetapi sedikit muram. “Papa juga bilang kayak gitu. Papa bilang kalau Mama nggak akan mungkin tinggalin Bima. Soalnya Mama udah janji selalu temenin Bima. Tapi, kemarin Mama nggak sadar. Mama juga punya banyak luka. Jadi, Bima takut.” “Mama nggak apa-apa. Luka Mama akan segera sembuh,” jawab Bintang hangat. “Bu, saya senang sekali ibu sudah siuman.” Mbok Inem yang ada di sana mendekat, menatap hangat Bintang. Bintang mengalihkan pandangannya,

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 102. Janji Untuk Selalu Bersama 

    Perlahan mata Bintang mulai bergerak, dan pelupuk matanya terbuka secara pelan. Keningnya sedikit mengerut di kala cahaya lampu menyorot ke matanya. Suara hangat dan tenang menyerukan namanya begitu terdengar di indra pendengarannya. Hal tersebut membuatnya terpaku beberapa saat, menyadari yang memanggilnya adalah Bara. “B-Bara,” panggil Bintang dengan susah payah. Bara tersenyum haru melihat Bintang sudah membuka mata. “Terima kasih sudah membuka matamu, Bintang.” “A-aku d-di mana?” tanya Bintang lemah, seakan dirinya tak memiliki energi untuk bicara dengan Bara. “Tunggu sebentar. Aku panggilin dokter. Kamu jangan banyak gerak.” Bara mulai khawatir, dan memutuskan untuk menekan tombol darurat guna memanggil tim medis. Tak selang lama, dokter datang bersama dengan perawat. Sang dokter yang melihat Bintang sudah membuka mata, langsung segera memeriksa Bintang. Pun tentu Bara yang ada di sana—sedikit menjauh agar sang dokter bisa leluasa dalam memeriksa keadaan Bintang. Bara tampa

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 101. Bintang Kembali Sadar

    Bara menatap Galih yang melangkah menghampirinya. Pria tampan itu melihat jelas aura kemarahan di wajah sang ayah. Hal itu menandakan bahwa memang ada yang membuat ayahnya itu marah, dan tentu dia tahu akar permasalahan yang membuat ayahnya itu murka. “Pa,” sapa Bara kala Galih tiba di hadapannya. “Bagaimana keadaan Bintang?” tanya Galih yang langsung menanyakan Bintang. Bara terdiam sebentar, dan mengembuskan napas kasar. “Bintang masih belum siuman. Aku harap setelah ini Bintang bisa segera siuman. Terlalu banyak penderitaan yang Bintang alami, setelah dia siuman aku berjanji akan memperbaiki segala kekacauan ini.” Galih menatap dingin, dan tegas Bara. “Beri tahu Papa, kenapa kamu lebih menyelamatkan mamamu daripada Bintang? Apa Bintang yang meminta semua ini?” tanyanya yang sudah menduga, tetapi demi memastikan dia harus bertanya agar tak salah. Bara memejamkan mata singkat, mendengar pertanyaan ayahnya. “Ya, ini semua atas permintaan Bintang. Saat gudang kebakaran, dia dan ma

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 100. Berpisah Akan Jauh Lebih Baik 

    Bara sudah cukup lega melihat kedatangan Mbok Inem yang dijemput oleh Andi. Paling tidak, ada yang membantunya untuk menjaga Bima dan menenangkan Bima. Selama ini Mbok Inem selalu menemani Bima. Itu yang membuatnya cukup lega, paling tidak hadirnya Mbok Inem bisa membuat Bima tak selalu berfokus pada keadaan Bintang. Bara kini berdiri di depan ruang rawat Bintang. Terdiam seraya memejamkan mata singkat. Pikirannya sangat kacau, tak sanggup untuk berpikir jernih. Dia ingin bertindak, tetapi pikirannya masih berantakan akibat mendengar ucapan sang dokter. “Pak Bara,” panggil Andi cepat seraya melangkah menghampiri Bara. Bara mengalihkan pandangannya, menatap Andi yang wajahnya babak belur mendekat ke arahnya. “Apa yang ingin kamu laporkan?” tanyanya sudah menduga akan ada yang dilaporkan oleh asisten pribadinya itu. Saat ini Bara hanya seorang diri saja di depan ruang rawat Bintang. Bima diajak Mbok Inem untuk ke kantin rumah sakit, karena Bima sejak tadi belum makan. Sementara ayah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status