Beranda / Romansa / Ternyata Bosku Mantanku / BAB 50. Mengantar Bintang Pulang

Share

BAB 50. Mengantar Bintang Pulang

Penulis: SecretAK
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-14 00:07:20

Bintang terbangun dengan lembut saat sinar matahari pagi menyelinap melalui celah gorden yang setengah terbuka. Cahaya hangat itu menyentuh wajahnya, membangunkannya dari mimpi yang membuatnya ketakutan. Beberapa kali wanita itu mengatur napas, mengingat mimpi buruk yang tadi malam dia alami. Beruntung, itu hanya sekadar mimpi semata.

Perlahan, Bintang mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang menyilaukan. Namun, saat kesadarannya kembali, ingatan akan kejadian buruk yang menimpanya langsung menghantamnya seperti gelombang besar.

Malam itu, ketakutan menyelimuti diri Bintang. Dia hampir menjadi korban pemerkosaan, terjebak dalam situasi yang sangat mengerikan. Suara tawa dan desakan dari pria yang tidak dikenal masih terngiang di telinganya. Bintang menggigit bibirnya, merasakan kembali ketegangan yang mengalir dalam darahnya. Namun, di tengah kegelapan itu, Bara muncul seperti cahaya di ujung terowongan. Ya, Bara telah berhasil menyelamatkannya dari bahaya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 51. Dalang di Balik Penculikan Bintang 

    Langkah kaki Bara tegas, dengan sorot mata dingin terhunus pada Mario yang berdiri di lobi apartemen. Tampak jelas aura kemarahan pria tampan itu terlihat jelas. Sementara Mario tetap tenang di tempatnya, tak menunjukkan kemarahan sedikit pun. Pasalnya memang Mario tidak pernah menaruh dendam pada Bara. “Ngapain lo ke sini?!” bentak Bara kala tiba di depan Mario. “Gue ke sini, karena ingin bertemu Bintang. Gue nggak punya urusan sama lo. Jadi, lebih baik jangan ikut campur,” jawab Mario tetap tenang, meski mendapatkan tatapan tajam dari Bara. Mendengar apa yang dikatakan Mario, membuat Bara langsung mencengkeram kerah bajunya. “Lo itu nggak dibutuhin! Pergi dari sini!” bentak Bara keras. Mario tersenyum samar. “Lo lupa, gue punya hubungan khusus sama Bintang? Kenapa lo malah larang gue ketemu dia? Lo pikir siapa diri lo? Lo itu nggak dibutuhin!” Aura kemarahan di wajah Bara terlihat jelas, terlebih mendengar apa yang Mario katakan. Detik itu juga yang dilakukan Bara adalah melaya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 52. Emosi Bara yang Membakar Diri 

    “Kenapa ini bisa terjadi, Bodoh!” gelegar Della keras pada salah satu orang kepercayaannya yang berdiri di hadapannya, dengan kepala yang masih tertunduk. Aura wajah wanita paruh baya itu menunjukkan jelas kemarahan yang tak terkira. “Maaf, Bu. Saya sudah mengatur agar pria yang Anda bayar menjalankan aksinya dengan lancar, tapi—” “Tapi kamu gagal?! Iya?!” bentak Della lagi tak kuasa menahan emosi pada Bondan—yang tak bisa menahan gejolak emosi di dalam dirinya. Tampak jelas kilat mata wanita paruh baya itu memancarkan kemarahan yang tak terkira. Bondan menundukkan kepalanya. “Bu, ini karena putra Anda.” Kening Della mengerutkan keningnya. “Putra saya? Kenapa dengan putra saya?” tanyanya tak mengerti, akan maksud dari orang kepercayaannya itu. Bondan tampak bingung untuk menjawab pertanyaan Della. “Bu—” “Bicara yang jelas, Bondan! Kamu ini jangan membuatku semakin emosi!” bentak Della lagi tak sabar ingin tahu. “Aku yang menyelamatkan Bintang!” Suara Bara menggema keras, melang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 53. Meminta Bantuan  

    Bintang melangkah masuk ke sebuah restoran yang terletak tak jauh dari Gunaraya Group. Suasana di dalamnya hangat dan sedikit ramai, dengan aroma masakan yang menggugah selera memenuhi udara. Jam makan siang baru saja dimulai, dan para pengunjung tampak menikmati hidangan mereka sambil berbincang dengan rekan kerja.Bintang mencari-cari sosok Mario di antara meja-meja yang dipenuhi orang. Akhirnya, dia melihat pria yang di acari ternyata duduk di sudut restoran, mengenakan kemeja biru yang rapi dan tampak menunggu dengan sabar. “Mario, maaf membuatmu menunggu.” Bintang duduk di hadapan Mario, dengan senyuman hangat di wajahnya. Wanita cantik itu menepati janji ketika jam makan siang tiba, akan bertemu dengan Mario. Mario tersenyum hangat. “Nggak apa-apa. Aku juga baru aja sampai. Makasih sudah datang, Bintang.” “Aku sudah janji akan makan siang sama kamu. Nggak mungkin aku inkari janji aku,” jawab Bintang hangat. Mario mengangguk. “Aku sudah memesan tenderloin steak. Kalau misalka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 54. Hasil Test DNA Bara dan Bima 

    Bara melangkahkan kakinya hendak menuju ke ruang kerjanya, tetapi langkahnya seketika terhenti di kala melihat kursi meja kerja Bintang kosong. Pria tampan itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya—melihat ini jam makan siang. Namun, seketika kepingan memori Bara mengingat akan percakapan singkat Bintang dan Mario kemarin tentang rencana Mario mengajak Bintang makan siang bersama. Bara mengembuskan napas kasar seraya mengepalkan tangan kuat. Emosi di dalam diri tak bisa lagi teratasi. Hal yang paling dia benci adalah Bintang terus menerus menunjukkan kedekatan pada Mario. Ini memang terdengar gila. Dia membenci Bintang dekat dengan Mario, tetapi sialnya dia tak bisa membenci begitu dalam pada sosok Bintang—yang selalu menghancurkan segala hal di pikirannya. Bara memejamkan mata singkat, dan memilih untuk masuk ke dalam ruang kerjanya. Pria tampan itu tahu bahwa sekeras apa pun dia akan tetap percuma, karena tetap dirinya dan Bintang memiliki batasan—di mana dia tak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 55. Menunggu Bom Waktu 

    Bintang duduk di kursi kerjanya, kembali melanjutkan pekerjaannya setelah tadi dirinya selesai makan siang bersama dengan Mario. Sungguh, hingga detik ini hati Bintang benar-benar merasa tidak enak menolak tawaran Mario, tetapi dirinya sendiri tak bisa memaksakan diri. Bintang sadar bahwa selama ini terlalu banyak hal yang Mario lakukan untuknya. Bahkan Mario rela hingga dibenci Bara, karena dirinya. Namun, pindah bekerja bukan sebuah solusi hanya karena dirinya merasa tak enak pada Mario—yang selama ini terus menerus menolongnya. Suara dering telepon masuk terdengar, membuat Bintang membuyarkan lamunannya. Wanita cantik itu menoleh, dan mengambil gagang telepon—langsung menjawab telepon yang dia tahu itu adalah panggilan dari Bara. “Halo, Pak?” jawab Bintang sopan kala panggilan terhubung. “Segera ke ruanganku sekarang,” titah Bara tegas dari seberang sana, dan langsung mematikan panggilan secara sepihak di kala sudah memberikan perintah. Bintang menghela napas dalam mendapatkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 56. Pertemuan dengan Bima di Taman

    “Den Bima, jangan main jauh-jauh. Nanti Mbok Inem dimarahi ibu,” ucap Mbok Inem berlari mengejar Bima yang sejak tadi tampak sangat aktif di taman dekat apartemen. Bocah laki-laki itu seakan memiliki energy penuh yang tidak mengenal kata lelah. Lihat saja bocah laki-laki itu sekarang mengejar layangan yang dimainkan oleh anak-anak lain. “Mbok, nggak usah kejar Bima. Bima main sendiri saja,” kata Bima yang semangat mengejar layangan. Bocah laki-laki itu tampak enggan mendengar permintaan dari pelayan sekaligus pengasuhnya. Bima berlari semakin jauh, dan Mbok Inem tak sanggup mengejar Bima. Mbok Inem duduk di taman sambil mengatur napasnya. Ya, Bima tampak sangat aktif. Bayangkan saja bocah laki-laki itu seperti tak pernah mengenal kata lelah sedikit pun. “Yeay! Layangan ayo sini main sama Bima!” pekik Bima sambil mengejar layangan berwarna biru. Bocah laki-laki itu memekik bahagia dan tertawa melihat layangan mengudara begitu tinggi. Bima melompat-lompat kegirangan, dan tanpa seng

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 57. Membelikan Mainan untuk Bima 

    “Ya Tuhan, Den Bima! Mbok Inem kelimpungan cari Den Bima,” seru Mbok Inem di kala Bima telah diantar oleh Bara mendekat padanya. Wanita paruh baya itu sudah mondar-mandir mencari Bima, tapi kehilangan jejak. Hal itu tentu saja membuatnya sangat khawatir dan takut hal buruk menimpa Bima. Sebab, bagaimanapun Bintang telah menitipkan Bima padanya agar dijaga dengan baik. Bima tersenyum manis pada Mbok Inem. “Mbok, jangan khawatir. Bima tadi bersama dengan Om Keren. Mbok ingat, kan? Om Keren ini teman Mama,” jawabnya dengan riang. Meskipun Bima masih berusia tiga tahun, tapi bocah laki-laki itu sangat pandai berbicara. Pun ucapan yang terucap sangat jelas—hingga membuat para orang dewasa mengerti akan ucapan bocah laki-laki itu. Mbok Inem menatap sopan Bara yang mengantarkan Bima. “Maaf, Pak, kalau tidak salah bapak ini teman Bu Bintang, ya?” tanyanya sopan, berusaha mengingat lagi sosok Bara yang pernah dia lihat. Usia yang sudah tak lagi muda, tentunya membuat Mbok Inem sedikit lupa.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 58. Adanya Kejanggalan

    Bintang baru saja pulang dari kantor, lelah tapi sedikit tenang, Hari ini Bara banyak menghabiskan waktu di luar, tapi entah ke mana. Kini Bintang sudah tiba di lobi apartemennya. Dia melangkah masuk ke dalam lift, menuju unit apartemennya berada. Bintang tidak pulang dengan tangan kosong. Wanita cantik itu menggenggam kotak kebab yang masih hangat, aroma daging dan rempahnya menggoda selera. Dia tahu betapa Bima, putranya, sangat menyukai kebab, dan hari ini dia ingin memberikan kejutan kecil untuknya. “Bima! Mama bawa kebab kesukaanmu!” seru Bintang sambil tersenyum, memasuki apartemen. “Mama sudah pulang?” Bima tersenyum bahagia melihat ibunya sudah pulang. Bintang menundukkan tubuhnya, bersejajar dengan tubuh Bima. “Iya, Sayang. Mama sudah pulang. Mama membawakan kebab untukmu.” Bima memeluk ibunya, dengan mata berbinar penuh semangat. “Kebab! Kebab! Yeay!” teriaknya, melompat-lompat kegirangan. Bintang tersenyum bahagia di kala Bima tampak senang. Namun, tiba-tiba tatapanny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18

Bab terbaru

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 108. Cinta Pantas Diberikan Kesempatan 

    Matahari menyinari bumi begitu terik dan indah. Cahayanya menembus sela-sela jendela. Bintang sudah terbangun di pagi hari, menatap ke arah jendela. Tubuhnya masih lemah di ranjang. Luka bakar yang dia derita cukup parah membuatnya masih belum bisa untuk pergi dari ruang rawatnya. “Bu, apa ibu ingin makan sesuatu?” tanya sang perawat yang kebetulan ada di sana. Sekitar lima menit lalu, Bara keluar untuk menjawab telepon. Sementara Bima dibawa oleh Mbok Inem berjemur di taman. Hanya ada perawat yang menemani Bintang, karena memang Bintang yang meminta Mbok Inem untuk membawa Bima berjemur di taman. Bintang menggelengkan kepalanya pelan. “Saya masih kenyang. Tadi sudah sarapan cukup banyak. Terima kasih sudah nawarin.” Tiba-tiba, pintu ruang rawat terbuka. Tatapan Bintang teralih pada Wilona yang ternyata datang. Ya, tentu dia sama sekali tak menyangka Wilona datang ke rumah sakit. Kejadian yang menimpa dirinya, membuatnya sempat hilang kontak dengan rekan kerja, karena kondisi pon

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 107. Hati Emas Bintang

    Bintang menatap Della yang kini meninggalkan ruang rawatnya dibantu oleh perawat yang sudah dipanggil. Permintaan maaf telah lolos di bibir Della. Sebuah perkataan yang tak pernah Bintang sangka akan dia dengar. Selama ini, dia sangat mengenal sifat ibu Bara itu, tetapi ternyata pada akhirnya ibu Bara menyadari kejahatan yang dilakukan. Bintang tak menaruh dendam sedikit pun pada Della. Bahkan meski dulu ibu Bara itu telah memisahkannya dengan Bara, tetap tidak membuat Bintang menaruh dendam. Kecewa ada, karena Bintang juga manusia biasa, tetapi untuk membenci, dia merasa sangat tidak pantas. Sebab, bagaimanapun ibu Bara hanya ingin yang terbaik untuk Bara. Alasan utama Bintang tak menaruh dendam, karena dulu dia menyadari akan posisinya. Bara bagaikan langit, sedangkan Bintang hanya bumi. Terlalu perbedaan yang sangat jauh. Oleh karena itu, dia berusaha mengerti bahwa memang Della menginginkan yang terbaik untuk Bara—meski dengan cara yang sangat salah. “Harusnya tadi kamu kasih t

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 106. Apakah Aku Layak di Dunia Ini?

    “Mbok, di mana Bima?” tanya Bintang pada Mbok Inem yang menyuapinya makan. Tadi, beberapa menit lalu perawat mengantarkan makanan. Itu yang membuat Bintang sekarang sedang makan siang. Namun, dia dibantu oleh Mbok Inem, karena kondisinya masih lemah. “Den Bima tadi ke mini market membeli ice cream bersama Pak Galih,” jawab Mbok Inem sopan memberi tahu. Dia begitu cekatan menjaga Bintang.Bintang menganggukkan kepalanya pelan. “Lalu, di mana Bara? Aku dari tadi nggak lihat dia. Apa dia bertemu Andi?” tanyanya ingin tahu. Sekitar sepuluh menit lalu, Bintang baru saja bangun tidur. Namun, di kala dia membuka mata hanya ada Mbok Inem yang ada di dekatnya. Bima tidak ada. Begitu juga dengan Bara yang tidak ada. “Tadi Pak Bara terima telepon, Bu. Tapi karena sampai sekarang Pak Bara belum kembali, mungkin Pak Bara menemui dokter,” jawab Mbok Inem sopan. Bintang menganggukkan kepalanya. “Bara selalu ketemu dokter. Dia selalu cemas sama keadaanku, Mbok. Padahal aku baik-baik aja. Mungkin

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 105. Rasa Kecewa Bercampur Kesal 

    Bara dan Bintang hanyut akan ciuman yang mereka ciptakan, sampai mereka benar-benar tak sadar bahwa Mario sejak tadi menatap mereka. Tentu adegan di mana Bara dan Bintang berciuman, telah membuat Mario tampak sangat hancur. Namun, meski tampak hancur, Mario nyatanya tetap diam tak bersuara sedikit pun. Perlahan, Mario memilih untuk meninggalkan tempat di mana dia berdiri. Pria berperawakan tampan itu menyadari bahwa dirinya hanya mengganggu Bara dan Bintang. Pergi adalah cara yang terbaik. Meski hatinya sekarang benar-benar kacau. “Pak Mario?” Andi yang kebetulan ada di depan ruang rawat Bintang, menyapa Mario. Mario menghentikan langkahnya, menatap Andi dengan tatapan tenang. “Saya ke sini ingin menjenguk Bintang. Saya baru saja mendapatkan kabar musibah yang dialami Bintang,” jawabnya dengan nada datar. Andi mengangguk sopan. “Baik, Pak. Kebetulan Bu Bintang sudah siuman. Bu Bintang sudah melewati masa kritisnya. Anda ingin bertemu dengan Bu Bintang sekarang?” tanyanya hati-hati

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 104. Selalu Jadi Bintang di Hati Bara 

    Bintang menatap hangat Bima yang kini terlelap di pelukan Mbok Inem. Putra kecilnya itu tadi sempat terlelap di pelukannya, tapi karena kondisi tubuhnya diperban menyulitkannya untuk memeluk erat tubuh Bima. Hal itu yang membuat Bima sekarang digendong oleh Mbok Inem. “Den Bima anak yang pintar dan kuat,” kata Mbok Inem seraya menimang tubuh Bima. Bintang tersenyum lembut. “Aku benar-benar beruntung memiliki putra yang pintar dan kuat seperti Bima, Mbok. Aku yakin di masa depan nanti Bima akan menjadi sosok pria yang hebat.” Mbok Inem mengangguk setuju. “Saya juga berpikir demikian, Bu. Perpaduan antara ibu dan Pak Bara sangat sempurna.” Bintang kembali tersenyum menanggapi ucapan Mbok Inem. “Bima tidur?” Bara masuk ke dalam ruang rawat Bintang, menatap Bima yang ada digendongan Mbok Inem. Senyuman di wajahnya terlukis, padahal tadi dia meminta Bima untuk menjaga Bintang, tapi malah putra kecilnya itu tertidur pulas. Mbok Inem mengangguk sopan. “Iya, Pak. Den Bima tidur.” Bara

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 103. Peringatan Tak Main-Main

    “Mama! Mama!” Bima berlari masuk ke dalam ruang rawat Bintang, dan langsung dibantu Bara duduk di ranhang Bintang, memeluk ibunya itu. Tampak jelas kebahagiaan di wajah bocah laki-laki itu kala memeluk ibunya. Bintang tersenyum sambil mengusap punggung Bima. “Anak Mama yang tampan, Mama kangen banget!” bisiknya lembut. Bima mengurai pelukan itu. “Bima juga kangen sekali sama Mama! Bima takut Mama tinggalin Bima.” Bintang membelai lembut pipi bulat Bima. “Mama nggak akan tinggalin Bima. Mama janji akan selalu temani Bima.” Bima mengangguk, tetapi sedikit muram. “Papa juga bilang kayak gitu. Papa bilang kalau Mama nggak akan mungkin tinggalin Bima. Soalnya Mama udah janji selalu temenin Bima. Tapi, kemarin Mama nggak sadar. Mama juga punya banyak luka. Jadi, Bima takut.” “Mama nggak apa-apa. Luka Mama akan segera sembuh,” jawab Bintang hangat. “Bu, saya senang sekali ibu sudah siuman.” Mbok Inem yang ada di sana mendekat, menatap hangat Bintang. Bintang mengalihkan pandangannya,

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 102. Janji Untuk Selalu Bersama 

    Perlahan mata Bintang mulai bergerak, dan pelupuk matanya terbuka secara pelan. Keningnya sedikit mengerut di kala cahaya lampu menyorot ke matanya. Suara hangat dan tenang menyerukan namanya begitu terdengar di indra pendengarannya. Hal tersebut membuatnya terpaku beberapa saat, menyadari yang memanggilnya adalah Bara. “B-Bara,” panggil Bintang dengan susah payah. Bara tersenyum haru melihat Bintang sudah membuka mata. “Terima kasih sudah membuka matamu, Bintang.” “A-aku d-di mana?” tanya Bintang lemah, seakan dirinya tak memiliki energi untuk bicara dengan Bara. “Tunggu sebentar. Aku panggilin dokter. Kamu jangan banyak gerak.” Bara mulai khawatir, dan memutuskan untuk menekan tombol darurat guna memanggil tim medis. Tak selang lama, dokter datang bersama dengan perawat. Sang dokter yang melihat Bintang sudah membuka mata, langsung segera memeriksa Bintang. Pun tentu Bara yang ada di sana—sedikit menjauh agar sang dokter bisa leluasa dalam memeriksa keadaan Bintang. Bara tampa

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 101. Bintang Kembali Sadar

    Bara menatap Galih yang melangkah menghampirinya. Pria tampan itu melihat jelas aura kemarahan di wajah sang ayah. Hal itu menandakan bahwa memang ada yang membuat ayahnya itu marah, dan tentu dia tahu akar permasalahan yang membuat ayahnya itu murka. “Pa,” sapa Bara kala Galih tiba di hadapannya. “Bagaimana keadaan Bintang?” tanya Galih yang langsung menanyakan Bintang. Bara terdiam sebentar, dan mengembuskan napas kasar. “Bintang masih belum siuman. Aku harap setelah ini Bintang bisa segera siuman. Terlalu banyak penderitaan yang Bintang alami, setelah dia siuman aku berjanji akan memperbaiki segala kekacauan ini.” Galih menatap dingin, dan tegas Bara. “Beri tahu Papa, kenapa kamu lebih menyelamatkan mamamu daripada Bintang? Apa Bintang yang meminta semua ini?” tanyanya yang sudah menduga, tetapi demi memastikan dia harus bertanya agar tak salah. Bara memejamkan mata singkat, mendengar pertanyaan ayahnya. “Ya, ini semua atas permintaan Bintang. Saat gudang kebakaran, dia dan ma

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 100. Berpisah Akan Jauh Lebih Baik 

    Bara sudah cukup lega melihat kedatangan Mbok Inem yang dijemput oleh Andi. Paling tidak, ada yang membantunya untuk menjaga Bima dan menenangkan Bima. Selama ini Mbok Inem selalu menemani Bima. Itu yang membuatnya cukup lega, paling tidak hadirnya Mbok Inem bisa membuat Bima tak selalu berfokus pada keadaan Bintang. Bara kini berdiri di depan ruang rawat Bintang. Terdiam seraya memejamkan mata singkat. Pikirannya sangat kacau, tak sanggup untuk berpikir jernih. Dia ingin bertindak, tetapi pikirannya masih berantakan akibat mendengar ucapan sang dokter. “Pak Bara,” panggil Andi cepat seraya melangkah menghampiri Bara. Bara mengalihkan pandangannya, menatap Andi yang wajahnya babak belur mendekat ke arahnya. “Apa yang ingin kamu laporkan?” tanyanya sudah menduga akan ada yang dilaporkan oleh asisten pribadinya itu. Saat ini Bara hanya seorang diri saja di depan ruang rawat Bintang. Bima diajak Mbok Inem untuk ke kantin rumah sakit, karena Bima sejak tadi belum makan. Sementara ayah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status