Home / Fantasi / Sayap Tersembunyi : Misi Rafael / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Sayap Tersembunyi : Misi Rafael: Chapter 31 - Chapter 40

98 Chapters

Awal pencarian sekutu

Langit malam penuh bintang, tetapi bagi Rafael, Elena, dan Liam, suasana tidak lagi terasa damai. Suara di benteng Azariel masih bergema di pikiran mereka, memperingatkan bahwa ancaman yang lebih besar tengah menunggu. Rafael tahu mereka tidak bisa melawan ancaman ini sendirian. “Kita butuh bantuan,” kata Rafael dengan nada tegas, memecah keheningan di sekitar perapian kecil yang mereka buat di tengah desa. “Bantuan dari siapa?” tanya Elena, duduk di samping Liam yang masih terdiam, memegang bunga dari penduduk desa. “Kita bahkan tidak tahu apa yang sedang kita hadapi.” Rafael memandang api yang berkedip-kedip di depannya. “Ada entitas kuno yang melindungi Nexus Cahaya,” katanya pelan. “Sumber kekuatan yang bisa menyeimbangkan dunia ini. Kita harus menemukannya.” “Nexus Cahaya?” Liam mengangkat wajahnya dengan ekspresi penasaran. “Apa itu?” “Itu adalah jantung dari cahaya,” jelas Rafael. “Dan Penjaga Nexus adalah entitas yang melindungi akses ke sana. Tapi mereka tidak mudah ditem
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Ujian Nexus cahaya

Rafael, Elena, dan Liam tersedot ke dalam pusaran energi yang diciptakan oleh Penjaga Nexus. Tubuh mereka terasa ringan, seolah melayang di udara, tetapi mereka tahu ini bukan perjalanan biasa. Udara dipenuhi cahaya putih yang berputar, bercampur dengan bayangan samar yang menyelimuti mereka.“Hanya mereka yang benar-benar memiliki hati murni yang bisa bertahan,” suara Penjaga bergema di sekitar mereka. “Tunjukkan bahwa kalian layak untuk menerima cahaya ini.”Ketika pusaran berhenti, mereka menemukan diri mereka berdiri di tempat yang berbeda. Sebuah dataran kosong membentang tanpa batas, diterangi oleh cahaya pucat dari atas. Namun, di kejauhan, mereka bisa melihat tiga pintu besar berdiri berjajar, masing-masing memancarkan aura yang berbeda.****Rafael melangkah maju, menatap ketiga pintu itu dengan penuh perhatian. Pintu pertama bercahaya lembut seperti sinar bulan, pintu kedua bersinar seperti matahari, dan pintu ketiga dikelilingi oleh bayangan yang bergerak pelan.“Kita harus
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Ujian ketakutan rafael

Rafael berdiri di tengah medan perang yang pernah ia kenal dengan baik. Tanah di sekitarnya basah oleh darah, senjata patah berserakan, dan udara dipenuhi aroma logam serta asap. Suara teriakan para prajurit menggema, tetapi tidak ada seorang pun yang terlihat. Ia menggenggam tongkat patahnya, matanya menyapu sekeliling dengan waspada.“Ini... ini tidak mungkin,” gumam Rafael, tubuhnya tegang. “Aku sudah meninggalkan tempat ini bertahun-tahun lalu.”Namun, suara yang familiar menyambutnya dari belakang. “Kau tidak pernah benar-benar meninggalkan kami, Rafael.”Rafael berbalik dan menemukan sosok yang sangat dikenalnya—kaptennya dari masa lalu, seorang pria dengan baju zirah perak dan pedang yang kini berkarat. Wajahnya tampak lelah tetapi penuh amarah.“Kau meninggalkan kami,” katanya, matanya yang dulu bersinar penuh kepercayaan kini suram. “Kau lari ketika kami paling membutuhkamu.”****Rafael menatap kaptennya dengan perasaan bersalah yang tak bisa ia sembunyikan. “Aku tidak lari,
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Ketakutan terdalam elena

Elena berdiri di tengah desa yang tampak seperti desanya dulu—tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Tetapi desa itu kini hancur, hanya tersisa puing-puing dan abu yang tertiup angin. Udara di sekitar terasa berat, membawa aroma hangus yang menusuk hidung. Suara tangisan dan jeritan samar terdengar, meskipun tidak ada siapa pun di sekitarnya. “Elena...” sebuah suara memanggil, lembut tetapi penuh duka. Elena menoleh, matanya membelalak saat melihat sosok seorang wanita tua berjalan ke arahnya. Itu adalah ibunya, dengan pakaian yang pernah ia kenakan di hari terakhir mereka bersama. Wajahnya penuh luka, tetapi matanya dipenuhi rasa kecewa. “Kenapa kau meninggalkan kami?” tanya ibunya, suaranya gemetar. “Kau pergi dan kami semua hancur.” **** Elena terdiam, tubuhnya membeku. Kata-kata ibunya terasa seperti belati yang menusuk jantungnya. “Aku... aku tidak punya pilihan,” katanya pelan, mencoba menahan air matanya. “Aku harus pergi untuk mengejar kehidupan yang lebih baik.” “Dan deng
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Ketakutan terdalam liam

Liam berdiri sendirian di tengah kegelapan. Tidak ada cahaya, tidak ada suara selain detak jantungnya yang terdengar begitu keras di telinganya. Ia merasa terisolasi, seolah-olah dunia telah meninggalkannya. Tubuhnya gemetar, tidak karena dingin, tetapi karena rasa takut yang merayap di dalam dirinya.“Liam...” sebuah suara berbisik, dingin dan tajam. Suara itu datang dari mana-mana, seakan-akan kegelapan itu sendiri berbicara padanya.“Kau tidak cukup kuat.”****Liam mencoba melangkah maju, tetapi kakinya terasa berat, seperti terjebak dalam lumpur yang tidak terlihat. “Aku... aku tidak akan menyerah,” katanya pelan, meskipun suaranya bergetar.Suara itu tertawa kecil. “Kau hanya seorang anak kecil. Apa yang bisa kau lakukan melawan kegelapan? Kau bahkan tidak bisa melindungi dirimu sendiri.”Tiba-tiba, kegelapan di sekitarnya berubah. Liam menemukan dirinya berada di tengah sebuah desa yang hancur, tempat yang ia kenal sebagai kampung halamannya. Rumah-rumah terbakar, dan penduduk
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Beratnya jadi pembawa cahaya

Langit terlihat lebih gelap dari biasanya, meskipun tidak ada awan yang menutupi. Rafael, Elena, dan Liam berjalan perlahan meninggalkan Nexus Cahaya, tubuh mereka masih terasa lelah meskipun energi baru mengalir di dalamnya. Cahaya dari tongkat Rafael kini bersinar terang, dan Liam memegang kristal kecil di tangannya—sepotong Nexus Cahaya yang kini menjadi sumber kekuatannya. Namun, meskipun cahaya ada di dalam dirinya, hati Liam terasa berat. Ia terus menunduk, langkahnya melambat setiap beberapa meter. Rafael dan Elena menyadari hal itu, tetapi mereka membiarkan Liam menyimpan pikirannya untuk sementara waktu. “Dia butuh waktu,” kata Rafael pelan kepada Elena. “Perjalanan ini belum selesai, dan beban yang dia pikul tidaklah kecil.” Elena mengangguk, meskipun wajahnya masih menunjukkan kekhawatiran. “Tapi bagaimana jika dia tidak bisa menanggungnya?” Rafael menatap Liam sejenak. “Kita tidak akan membiarkannya menyerah.” **** Saat mereka berhenti untuk beristirahat di seb
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Langkah menuju pertarungan terakhir

Rafael, Elena, dan Liam tiba di sebuah reruntuhan tua yang tersembunyi di dalam hutan. Dindingnya dihiasi dengan ukiran kuno yang menggambarkan pertempuran besar antara cahaya dan kegelapan. Tempat ini, meskipun sudah lama terlupakan, memancarkan aura kedamaian yang membuat mereka merasa aman—setidaknya untuk sementara.“Kita bisa bertahan di sini,” kata Rafael, menatap sekeliling dengan hati-hati. “Azariel mungkin tidak akan menemukan kita secepat itu.”Elena meletakkan ranselnya di tanah, menghela napas panjang. “Tapi apa kita punya cukup waktu untuk menyusun rencana? Dia sudah semakin kuat.”“Kita harus menggunakan waktu yang kita punya,” balas Rafael. Ia menatap Liam, yang duduk di sudut sambil memegang kristalnya. “Dan kita harus memastikan Liam siap untuk apa yang akan datang.”****Malam itu, mereka duduk di sekitar api kecil yang Rafael buat di tengah reruntuhan. Rafael menggambar sketsa kasar di tanah, menunjukkan apa yang mereka ketahui tentang Azariel dan kekuatan barunya.
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Pelarian yang berat

Bayangan besar bergerak semakin dekat, menutupi langit malam. Rafael, Elena, dan Liam berdiri di tengah reruntuhan, dikelilingi oleh makhluk-makhluk kegelapan yang mendekat. Rafael menggenggam tongkatnya, sementara Elena melindungi Liam, yang terbaring di tanah dengan napas terengah-engah setelah menggunakan kekuatannya.“Kita tidak bisa bertahan di sini,” kata Rafael, suaranya tegas tetapi sedikit gemetar. “Liam terlalu lemah untuk melanjutkan.”Elena menatap Liam dengan penuh kekhawatiran. “Apa yang kita lakukan sekarang? Kita dikepung!”Rafael menatap bayangan besar di langit, mendengar suara tawa dingin Azariel yang bergema di udara. “Kita harus keluar dari sini, sekarang.”****Rafael melangkah maju, menghadapi makhluk-makhluk kegelapan yang mengepung mereka. Tongkatnya bersinar terang, menciptakan gelombang cahaya yang mendorong beberapa makhluk itu mundur.“Elena, bawa Liam ke tempat aman,” teriak Rafael tanpa menoleh.“Apa kau gila?!” balas Elena, mencoba melawan makhluk yang
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Pertempuran di desa

Desa yang sebelumnya damai kini menjadi lautan api. Penduduk berlarian di jalan-jalan, berusaha menyelamatkan diri dari bayangan-bayangan yang menyerang mereka tanpa ampun. Di langit, Azariel berdiri megah dengan sayap hitamnya, memancarkan aura kegelapan yang membuat udara terasa berat.Rafael, Elena, dan Liam berdiri di tepi hutan, menyaksikan kehancuran itu dengan hati yang berat.“Kita tidak bisa membiarkan ini terus terjadi,” kata Rafael, menggenggam tongkatnya lebih erat. Matanya menyipit, penuh tekad.“Tapi bagaimana caranya?” tanya Elena, menatap desa dengan rasa cemas. “Azariel terlalu kuat, dan Liam belum sepenuhnya pulih.”“Aku... aku harus membantu,” kata Liam, meskipun suaranya lemah. Ia menatap kristal di tangannya, yang mulai memancarkan cahaya kecil. “Aku tidak bisa membiarkan mereka menderita karena aku.”Rafael menepuk bahu Liam, memberikan dorongan. “Kita akan melawan ini bersama. Kau tidak perlu menghadapi dia sendirian.”****Ketika mereka memasuki desa, Rafael se
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Kebangkitan liam

Debu tebal masih menyelimuti desa yang kini hampir rata dengan tanah. Suara jeritan penduduk yang terluka dan api yang masih menyala samar-samar terdengar di kejauhan. Rafael dan Elena berlutut di samping tubuh Liam, yang tergeletak tak bergerak. Kristal Nexus yang ia pegang kini telah pecah menjadi serpihan kecil yang bersinar redup.“Liam, bangun!” seru Elena, mengguncang bahu anak itu dengan tangan yang gemetar.Rafael memeriksa denyut nadinya. “Dia masih hidup,” katanya dengan napas lega. “Tapi tubuhnya terlalu lemah untuk bertahan lama.”Elena menatap Rafael, matanya penuh air mata. “Apa yang harus kita lakukan? Kristalnya sudah hancur. Bagaimana dia bisa pulih?”Rafael mengalihkan pandangannya ke serpihan-serpihan kristal di tanah. “Kekuatan Nexus masih ada di dalam dirinya,” katanya pelan. “Tapi kita harus menemukan cara untuk memulihkan cahayanya sebelum terlambat.”****Sementara itu, beberapa penduduk yang berhasil selamat mulai berkumpul di sekitar Rafael dan Elena. Mereka
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status