Home / Fantasi / Sayap Tersembunyi : Misi Rafael / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Sayap Tersembunyi : Misi Rafael: Chapter 51 - Chapter 60

98 Chapters

Cahaya di tengah kekacauan

Dunia yang baru saja menemukan kedamaian mulai berubah. Liam berdiri di atas bukit kecil, memandang desa-desa di kejauhan. Di udara, ada sesuatu yang aneh. Udara terasa lebih berat, seperti dipenuhi bayangan yang tak terlihat. Bahkan cahaya matahari tampak redup, meskipun langit tidak berawan.Elena menghampiri dari belakang, membawa tongkat kecil yang digunakan untuk mengukur energi cahaya. Ekspresinya menunjukkan kecemasan yang sulit disembunyikan.“Energi Primordial Lumina melemah,” katanya dengan suara pelan. “Cahayanya terasa tidak stabil.”Liam mengangguk pelan. “Aku juga merasakannya. Sejak Nexus Kegelapan hancur, sesuatu berubah. Tapi aku tidak tahu apa.”Elena berdiri di sampingnya, memandang ke arah yang sama. “Apa kau pikir ini ulah Nexus Eterna?”Liam menghela napas. “Mungkin. Tapi Nexus Eterna seharusnya menjaga keseimbangan, bukan menghancurkannya.”****Pagi itu, Liam dan Elena berangkat ke desa terdekat, membawa perbekalan untuk membantu penduduk yang mulai membangun k
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Mimpi buruk liam

Malam itu, langit gelap tanpa bintang. Liam dan Elena beristirahat di sebuah pondok kecil di tengah perjalanan mereka kembali ke desa utama. Di luar, angin dingin bertiup, membawa suara yang samar, seperti bisikan dari tempat yang jauh. Liam duduk di sudut ruangan, mencoba bermeditasi untuk memulihkan energinya setelah pertempuran di desa yang hilang. Namun, pikirannya dipenuhi oleh bayangan-bayangan dari makhluk yang mereka temui, dan kata-kata Kael terus terngiang di telinganya: “Tanpa kegelapan, cahaya tidak cukup untuk melindungi dunia ini.” Ketika akhirnya ia tertidur, mimpi buruk segera datang. Liam menemukan dirinya berdiri di tengah hamparan kegelapan yang tak berujung. Tidak ada tanah di bawah kakinya, tidak ada langit di atas kepalanya—hanya kehampaan yang dingin dan menyesakkan. Di kejauhan, ia melihat cahaya kecil, seperti lilin yang menyala di tengah badai. Cahaya itu bergetar, hampir padam. Ia berjalan menuju cahaya itu, tetapi setiap langkah terasa berat, sepe
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Kota yang hilang

Asap masih mengepul di atas reruntuhan kota itu ketika Liam dan Elena tiba. Angin membawa bau tajam hangus dan debu yang menyelimuti jalanan yang dulunya penuh dengan kehidupan. Kota di perbatasan ini adalah salah satu tempat pertama yang mereka bantu setelah Nexus Cahaya memberikan kekuatannya ke seluruh dunia. Kini, semuanya hancur, meninggalkan kehampaan yang menyayat hati.“Apa yang terjadi di sini?” bisik Elena, menatap bangunan-bangunan yang runtuh.Liam memeriksa puing-puing yang berserakan di sepanjang jalan. Tidak ada tanda-tanda tubuh atau bahkan darah. Hanya kehancuran yang sunyi. “Mereka menghilang,” gumamnya.Elena mengerutkan kening. “Menghilang? Maksudmu seperti di desa sebelumnya?”Liam mengangguk, merasa gelisah. “Ini lebih besar. Kota ini memiliki lebih dari seribu penduduk. Bagaimana mungkin mereka semua lenyap begitu saja tanpa jejak?”****Saat mereka berjalan lebih dalam ke kota, suara langkah kaki terdengar di belakang mereka. Elena segera memegang senjatanya, t
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Kepercayaan yang diuji

Udara di sekitar mereka semakin tegang, seiring makhluk besar yang dijuluki Kael sebagai "Penghancur Cahaya" mendekat. Langkah-langkahnya yang berat mengguncang tanah, dan tubuhnya yang hitam pekat seperti kabut terus bergerak, seolah-olah bentuknya tidak stabil. Mata merahnya bersinar tajam, memandang Liam, Elena, dan Kael dengan kebencian yang dalam. “Waktumu tidak banyak, Pembawa Cahaya,” Kael berkata sambil melirik Liam. “Jika kau terus ragu, kau akan kehilangan segalanya.” “Jangan mencoba memanipulasiku,” Liam menjawab tajam. “Aku tidak mempercayaimu, dan aku tidak akan membangun kembali Nexus Kegelapan tanpa alasan yang jelas.” Kael tersenyum kecil, lalu melangkah maju, menghadapi makhluk itu dengan tenang. “Kau tidak harus mempercayaiku, tapi kau akan melihat kebenarannya sendiri. Dan kebenaran itu ada di depan matamu.” Makhluk itu bergerak cepat, jauh lebih cepat dari yang mereka duga. Dengan satu ayunan lengannya yang seperti kabut pekat, ia menyerang mereka, menciptakan
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Serangan pertama

Di tengah malam, desa kecil di tepi lembah itu tenggelam dalam bayang-bayang pekat. Angin dingin menusuk tulang, membawa aroma tanah basah bercampur sesuatu yang asing—aroma kematian. Suara gemuruh berat seperti langkah kaki raksasa menggema dari hutan yang gelap gulita, memecah keheningan dan memicu kepanikan.Penduduk desa, yang sejak awal sudah dilanda kecemasan, berlarian ke tengah jalan utama. Wajah mereka pucat pasi, mata mereka penuh ketakutan.“Makhluk itu kembali!” teriak seorang pria tua dengan suara serak, menunjuk ke arah hutan yang kini seperti rahang hitam tak berujung.Liam berdiri tegak di tengah kerumunan, tubuhnya diterangi remang cahaya lentera. Ia mengangkat tangan, suaranya tegas meski ada ketegangan di dalamnya. “Semua masuk ke rumah! Kunci pintu, dan jangan keluar, apa pun yang terjadi!”Elena berdiri di sampingnya, memandang ke arah hutan yang kini menggelegar dengan bunyi yang semakin mendekat. “Liam,” katanya, berbisik nyaris putus asa. “Mereka tidak akan be
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Dimensi kegelapan

Langit di atas hutan itu terasa menekan, gelap seolah menghapus batas antara malam dan kehampaan. Angin dingin berdesir di antara pepohonan yang menjulang, membawa bisikan lirih yang menggetarkan jiwa.Di tengah suasana yang menakutkan itu, sebuah lingkaran ritual bersinar samar, dikelilingi oleh aura kegelapan yang mencekam.Liam, Elena, dan Kael berdiri di tepi lingkaran. Wajah Elena menunjukkan keraguan, tetapi tekad Liam terpancar jelas.Kael, berdiri di tengah lingkaran, terlihat seperti bagian dari kegelapan itu sendiri. “Ini adalah satu-satunya jalan ke dimensi kegelapan,” ujar Kael, suaranya datar namun penuh dengan peringatan.Ia mengangkat tangannya, memanggil energi yang semakin mempertegas lingkaran ritual itu. “Jika kalian masih ragu, ini kesempatan terakhir untuk mundur.”Elena melirik Liam, matanya penuh keraguan dan ketakutan. “Liam, apa kau yakin? Ini—”“Ya,” potong Liam dengan tegas. Ia menatap Elena, lalu Kael. “Kami tidak akan mundur. Jika ini satu-satunya cara unt
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Pengkhianatan di dimensi kegelapan

Kael menatap Liam dengan ekspresi yang sulit ditebak, senyum tipis masih menghiasi wajahnya. “Pertanyaan bagus, Pembawa Cahaya. Jawabannya sederhana: kau tidak bisa tahu. Namun, jika aku memanipulasimu, bukankah kau sudah hancur sejak awal?”Liam menggertakkan giginya. Ia tahu bahwa Kael memiliki poin, tetapi tetap saja, keberadaan pria itu terasa seperti pedang bermata dua.Kael melanjutkan, nadanya berubah menjadi lebih serius. “Liam, kau harus mengerti sesuatu. Kegelapan bukan musuhmu. Ketakutanmu, kebencianmu, itulah yang membuatnya menjadi ancaman. Aku memanfaatkan kegelapan karena aku menerima kenyataan itu. Jika kau ingin bertahan di sini, kau harus belajar melakukan hal yang sama.”Liam menatap bola cahaya di tangannya, yang sekarang bergetar dan tampak lebih lemah. Suara-suara bayangan kembali terdengar, kali ini lebih dekat, berbisik lebih keras. Liam memejamkan mata, mencoba memusatkan pikirannya.“Aku tidak akan menyerah pada kegelapan,” katanya dengan tegas. “Tapi aku jug
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Cahaya dalam kegelapan

“Kau tidak bisa terburu-buru,” kata Kael dengan nada memperingatkan. “Dimensi ini merespons emosi kita. Semakin kau biarkan kegelisahanmu menguasai, semakin besar kemungkinan kegelapan akan memakanmu.” Liam menatap tongkat Primordial Lumina yang bergetar di tangannya, cahayanya mulai berkedip seperti nyala lilin di tengah badai. “Ini adalah satu-satunya yang memberiku arah di tempat ini. Jika cahaya ini padam...” Kael melangkah mendekat, pandangannya penuh ketegasan. “Cahaya itu berasal dari hatimu, Liam. Bukan dari benda itu. Jangan biarkan dirimu tergantung pada sesuatu yang bisa dimanipulasi oleh dunia ini.” “Tapi Elena…” Liam menggigit bibirnya. “Aku harus menemukannya. Aku sudah berjanji.” Kael menghela napas panjang. “Jika kau benar-benar ingin menyelamatkan Elena, kau harus tetap tenang. Kegelapan ini tidak hanya mengaburkan jalan, tapi juga menciptakan ilusi. Bahkan Primordial Lumina tidak selalu bisa membedakan kenyataan dari tipuan.” Kabut di sekitar mereka mulai berger
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Jalan kembali

Liam menatap Kael dengan tatapan penuh kekhawatiran. “Bagaimana caranya? Apa yang harus kita lakukan?” Kael berdiri dan menatap Primordial Lumina di tangan Liam. “Kau harus menggunakan itu. Hanya kekuatan Lumina yang bisa memurnikan racun kegelapan dari luka seperti ini.” “Tapi bagaimana caranya?” tanya Liam, menggenggam tongkat itu lebih erat. “Aku belum sepenuhnya memahami kekuatannya.” Kael mendekat, suaranya lebih rendah namun tegas. “Primordial Lumina sekarang memiliki sebagian energi kegelapan di dalamnya. Itu sebabnya kau bisa menyembuhkan luka ini. Tapi kau harus bertindak cepat, sebelum racun itu menyatu sepenuhnya dengan jiwanya.” Liam berlutut di samping Elena, mengarahkan tongkatnya ke luka di lengan gadis itu. Cahaya lembut mulai memancar dari Primordial Lumina, namun Liam merasakan keraguan dalam dirinya. “Bagaimana jika aku gagal? Bagaimana jika ini justru menyakitinya lebih parah?” bisik Liam, suaranya nyaris tenggelam dalam angin yang berhembus. Elena meng
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Nexus cahaya

Langkah mereka bergema di dalam gua yang gelap dan sempit. Hanya cahaya lemah dari Primordial Lumina di tangan Liam yang menerangi jalan mereka. Kael berjalan di depan, tatapannya penuh fokus, seolah-olah ia tahu persis ke mana harus pergi. Elena mengikuti di belakang, masih lemah tetapi cukup kuat untuk terus berjalan. “Tempat ini... terasa berbeda,” kata Elena pelan, suaranya menggema di sepanjang dinding gua. “Itu karena kita semakin dekat dengan Nexus Cahaya,” jawab Kael tanpa menoleh. “Kau bisa merasakan auranya, meskipun tersembunyi di bawah lapisan tanah ini.” Liam berhenti sejenak, memperhatikan bahwa cahaya Primordial Lumina di tangannya tampak lebih terang dari biasanya. Tetapi ia juga merasakan sesuatu yang lain—sebuah tarikan yang kuat, seolah-olah sesuatu di tempat ini memanggilnya. “Kau yakin Nexus Cahaya ada di sini?” tanya Liam. Kael menoleh dan menatapnya dengan tajam. “Aku tidak pernah ragu. Leluhur malaikat menyegel Nexus Cahaya di sini ribuan tahun yang lalu.
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status